Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Tuesday, May 11, 2010

the Room

Aku terbangun di suatu ruangan. Ruangan ini kosong. Hanya tembok yang mengelilingi aku. Aku melihat di tembok sekelilingku terdapat tumpukkan catatan kecil. Aku mendekati catatan-catatan kecil itu. Ada satu yang menarik perhatianku, di depannya tertulis: ‘perempuan yang aku sukai’. Aku membaca isinya, aku terkejut, sepertinya aku mengenali nama-nama itu!

Rasanya aku tahu dimana aku berada. Aku berada di ruangan hidupku! Semuanya tercatat disini. Aku penasaran. Ku baca lagi beberapa catatan itu. Judul di cover setiap catatan ada mulai dari yang lucu-lucu sampai yang aneh. Ada yang mengingatkan ku pada kenangan indah, namun, ada juga yang membuatku tidak ingin membacanya lagi.

‘buku yang pernah kubaca’, ‘kebohongan yang kukatakan’, ‘lelucon yang aku sukai’, ‘makanan yang kubenci’, ‘game yang berhasil kuselesaikan’, ‘kata-kata kasar yang kuucapkan’, ‘prestasi yang membuat orang tuaku bangga’, ‘sesuatu yang kusembunyikan dari orang tuaku’, dan masih banyak lagi yang semakin mengejutkanku. Seringkali, rasanya catatan itu jauh lebih tebal dari apa yang kukira. Dan beberapa lebih sedikit dari apa yang kuharapkan.

Saya kewalahan membaca semua catatan-catatan itu. Apakah aku menuliskan semua itu? Rasanya tidak. Tetapi terdapat nama dan tanda tanganku disetiap lembarnya.

Aku melihat sebuah catatan yang amat tebal. Diatasnya tertulis:’lagu yang pernah saya dengar’. Saya membuka catatan itu dan menyadari bahwa catatan ini nampak tak berujung, begitu tebal. Saya kecewa, saya menutup catatan itu. Bukan karena lagu-lagunya, tetapi waktu yang habis untuk mendengarkan lagu-lagu itu. Lalu aku melihat catatan dengan judul ‘pikiran kotor’. Aku merinding. Aku mendekatinya, hanya untuk mengetahui ketebalannya. Aku gemetar. Rasanya muak mengingat hal-hal itu juga harus tercatat.

Satu hal yang muncul dipikiran saya: tidak ada seorangpun yang boleh masuk ke ruangan ini! Tidak ada yang boleh membaca catatan-catatan ini! Tidak! Saya harus melenyapkan semua ini! Saya berusaha untuk melepaskan catatan-catatan itu dari tembok, tetapi tidak bisa! Satupun tidak bisa, seberapa kuatnya saya menarik tetap tidak bisa.

Saya letih dan putus asa melenyapkan semua catatan itu. Saya duduk di tengah ruangan itu. Saya melihat ke satu arah, terdapat catatan yang belum kubaca: ‘orang-orang yang pernah kuceritakan tentang Yesus padanya’. Catatan itu nampak bersih, rapi, seperti baru. Saya menghitungnya, dan saya dapat menghitung jumlahnya dengan jari. Saya menitikan air mata. Dan saya menangis. Saya berlutut dan menangis, menangis karena malu. Tidak ada seorangpun yang boleh melihat!

Ketika saya berusaha bangun, saya melihatNya. Tidak! Jangan Dia! Jangan datang kesini! Jangan Yesus! Saya melihatNya datang, dan mulai membuka catatan-catatan itu. Saya rasanya tidak dapat bergerak menghentikanNya. Saya hanya melihat wajahNya yang membaca catatan hidupku. Saya melihat kesedihan yang mendalam, lebih dalam dari yang kurasakan.

Ia berbalik, menatapku dengan kesedihan dimataNya. Saya menundukkan kepala saya, menutup wajah saya dengan tangan saya. Ia datang, dan memelukku. Saya berusaha menjelaskannya pada Dia, Dia diam saja.

Lalu Ia bangkit. Ia mendekati kembali catatan-catatan itu. Ia mengambil semua catatan itu. Ia menuliskan NamaNya pada setiap catatan, ganti nama dan tandatangan saya.

Tidak! Saya berteriak. Saya hanya bisa berteriak tidak! Tidak! Saya mengambil catatan itu, dan NamaNya sudah berada pada setiap catatan itu, dengan begitu cepat. Ia datang kembali kepada saya. ia merangkul saya dan berkata, “Sudah selesai”.

By; Joshua Harris (new attitude magazine 1995)

Tuesday, April 20, 2010

Celibacy and Religious Life - TOB series

Celibacy and Religious Life in the light of TOB

Ketika anak remaja ditanyai mengapa tidak berminat jadi pastor/suster? Sebagian besar akan menjawab : ‘ntar ga bisa kawin’. Is it the right answer?


Celibacy and Marriage Analogy
Saya pernah makan dimsum sepuasnya dengan teman-teman saya. Menu yang kami tunggu-tunggu adalah ‘
hakau’, menu dimsum favorit kebanyakan orang. hakau sangat laku karena sangat disukai, so, harus memesan dan menunggu. Sebelum hakau datang, bakpau, lumpia, somay sudah tersedia.

Ada beberapa teman yang walaupun menunggu hakau, mereka tetap menikmati bakpau, somay, dll. ada juga teman yang hanya minum dan menunggu sang hakau datang, karena tidak ingin kenyang terlebih dulu oleh makanan selain hakau. Ketika hakau datang, teman-teman yang sudah makan terlebih dulu, mungkin sudah merasa sedikit kenyang, karena hakau datangnya lama banget. Sementara yang menunggu hakau, langsung dengan lahap menikmati seperti orang kelaparan. Anyway, kami semua puas, makan enak dan kenyang.

Teman-teman yang menunggu hakau merupakan analogi para selibater. Mereka menunggu perkawinan surgawi. Mereka tidak puas dan tidak mau menikmati perkawinan duniawi. Mereka mengkhususkan dan mempersiapkan dirinya khusus untuk perkawinan surgawi.
Sementara mereka yang makan terlebih dulu merupakan analogi orang-orang yang menikah. Mereka menikmati terlebih dulu perkawinan surgawi itu di bumi. Dan nantinya, mereka juga akan menikmati perkawinan surgawi itu.

Anyway, di Surga, kita akan mengikuti dan mengambil bagian dalam
perjamuan kawin Anak Domba Allah. Yaitu Yesus, sebagai mempelai laki-laki akan menikah dengan Gereja-Nya, kita.


Celibacy VS Sexual Excitement
Banyak orang berpikir bahwa, dengan hidup selibat maka hidup akan menjadi
boring dan tidak dapat merasakan nikmatnya seks. Wait! Sexuality is not just about intercourse, but it reveals who we are. Seks bukan hanya soal hubungan intim dan kenikmatannya. Seks berbicara soal diri kita. Lewat seksualitas kita sebagai pria dan wanita, kita dapat semakin memahami diri kita dan memahami Tuhan. Pilihan untuk selibat bukan hanya berarti tidak berhubungan seks.

Yang akan membawa
joy dalam hidup kita bukanlah sex, tetapi love.


Celibacy doesn’t reject sexuality
Jika anda berpikir selibat adalah pilihan untuk tidak melakukan hubungan seks maka, you lose the point of celibacy. Mereka yang memilih untuk selibat, tidak menolak seksualitas mereka.

Sebaliknya, mereka malah menggambarkan tujuan dan makna utama dari seksualitas manusia, yaitu pemberian secara utuh kepada Tuhan. Mereka berfokus pada suatu hidup yang lebih menyenangkan di Surga. Lewat pemberian diri secara utuh ini, mereka berfokus pada persatuan dengan Tuhan di Surga. Mereka menjadi saksi bahwa terdapat sukacita yang lebih besar daripada sukacita di dunia ini, yaitu sukacita surgawi.


Celibacy is not repressing and Marriage is not releasing
Selibat tidak menahan dan memendam dorongan seksual. Dan di sisi lain, marriage atau pernikahan bukanlah suatu zona aman melampiaskan dorongan seksual.

Para selibater menikmati seksualitas mereka dan mengalihkan segala dorongan seks mereka kepada persatuan utuh dengan Tuhan dan pemberian diri secara utuh. Pasangan yang menikah mengucapkan janji pernikahan mereka dan mereka mengucapkannya tanpa kata lewat penyerahan diri secara utuh, murni dan bebas lewat hubugan seks.

Baik memilih untuk menikah maupun selibat, seseorang tetap harus menjaga kemurnian diri masing-masing dan menjadi memenuhi panggilan dirinya yaitu untuk memberi. Baik dengan memberikan diri secara utuh kepada pasangan, maupun mempersembahkan diri lewat selibat.

Baik menikah, maupun selibat, seseorang dewasa juga dapat dipanggil sebagai orang tua. Ayah dan ibu sebagai orang tua bagi anak-anak mereka dan Imam dan biarawati dipanggil menjadi gembala bagi umat-umat-Nya.


The GIFT of Celibacy
Selibat merupakan suatu panggilan khusus dari Tuhan. Mereka seperti halnya kaum non-religious, mencintai Tuhan. Hanya saja mereka mengambil keputusan radikal, yaitu dengan bebas memilih untuk mempersembahkan diri mereka.

Tetapi hal penting yang perlu diingat, bahwa selibat bukanlah GIFT dari para selibater kepada Tuhan, melainkan GIFT dari Tuhan pada pilihan-Nya.


Am I called?
sepertinya saya dipanggil’ bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul. Dan ‘sepertinya saya tidak terpanggil’ bukanlah sesuatu yang tiba-tiba hilang. Setiap orang harus meneliti hatinya dan bertanya pada Tuhan, apa yang menjadi panggilannya. Dan diperlukan waktu dan proses untuk mengetahui panggilan seseorang.

Berikut tanda-tanda / gejala yang umumnya dialami oleh orang-orang yang terpanggil dalam panggilan khusus ini (taken from Fr. George, CSE notes):
  1. Senang ikut kegiatan di gereja. Senang kumpul-kumpul dengan teman-teman di gereja. Senang kalau berada di gereja.
  2. Suka melihat orang-orang yang berjubah. Pernah berpikir: "Kalau aku pakai jubah, seperti apa, ya?"
  3. Punya keinginan yang kuat untuk melayani Tuhan. "Kalau gak nikah, aku bisa lebih intensif melayani Tuhan!"
  4. Ada orang yang pernah bilang ke kamu: "Kau cocok jadi romo, deh!" atau "Kelihatannya engkau cocok jadi suster." Dan yang ngomong gak hanya satu orang aja!

Bila anda memang merasa dipanggil,
jangan ragu, kenali panggilanmu lebih lagi.

Jika anda merasa tidak terpanggil, benarkah anda tidak terpanggil??? Baiklah, mohon doamu untuk para selibater.



Source : Theology of the Body for teens by Jason Evert chapter 9, TOB leadership training by Brian Butler video chapter 9.

Tuesday, April 6, 2010

Ad Maiorem Dei Gloriam

Kemarin, saya dikejutkan oleh seorang teman.
Ceritanya, saya ingin meminta bantuan dia, untuk bergabung dalam pembuatan majalah paroki. Saya chat dan bertanya kepada dia, “mau bantu ga, jadi design and layout gitu?” Lalu ia berbalik bertanya, “Dibayar ga?” Heh? Saya mulai terkejut. Saya membalas, “ngak sih…” Dan ia berkata, “Ga mau kalo ngak ada bayaran. Habisin waktu.” Saya pun bingung mau jawab apa. Dan percakapan itu berakhir dengan kata-katanya “kalo dibayar gw mau. Thx.”

Percakapan singkat ini sungguh-sungguh mengejutkan saya. Dan mengecewakan saya.
Bagi saya, kalau tidak mau ikut, ya sudah bilang saja ga mau. Menyakitkan membaca tulisan : ‘habisin waktu.’ Saya aja sedih dengernya, apalagi Tuhan ya?
Dan percakapan ini membuat saya merenung.


Pelayanan – new insight
Zaman seperti sekarang-sekarang ini, rasanya jarang menemukan orang-orang yang ‘menyerahkan diri’ untuk ikut melayani Tuhan. Kebanyakan terjebak, terperosok, tertipu, terbawa arus, dsb. Pelayanan dianggap sebagai suatu pekerjaan yang menantang, membebani, merepotkan dan kata teman saya menghabiskan waktu.

Padahal, apa sih tujuan dan maksud pelayanan itu? Dalam melayani Tuhan, kita membalas sedikit dari begitu banyaknya berkat dan cinta yang Tuhan berikan. Dalam pelayanan, kita menunjukkan bahwa kita itu sudah mengenal dan mencintai Tuhan.

Saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk mulai berpikir dan menyadari bahwa pelayanan itu bukan lagi suatu beban, tetapi suatu kesempatan emas, untuk melayani Tuhan, untuk membalas apa yang Tuhan berikan dalam hidup kita.


Pelayanan – break school’s law means break GOD’s law
Bukan hanya di gereja, bukan hanya di PD, tetapi kita juga dapat melayani Tuhan dari setiap kegiatan harian kita. Baik itu belajar, bekerja, baik sebagai anak ataupun sebagai orang tua. Maka, bila kita menjadi malas bekerja, malas sekolah, malas kuliah, kita tidak melayani Tuhan dengan baik. Maka, bila kita melanggar aturan kantor, aturan sekolah, kita tidak saja melanggar aturan, tetapi kita juga mengecewakan Tuhan.


Pelayanan – emptying myself, to back to GOD
Setelah suatu retret atau suatu yang menyegarkan rohani, saya merasa tangki cinta saya begitu penuh. Tuhan yang memenuhkannya. Saya begitu powerful dan hidup terasa begitu indah. Tetapi setelah itu, saya cenderung lupa sama Tuhan, karena tangki cinta saya sudah penuh. Bila bensin motor atau mobil saya penuh, maka saya tidak kembali untuk isi bensin bukan?

Dalam pelayanan kita mengosongkan tangki cinta kita. Buat apa? Agar tangki itu menjadi kosong, sehingga kita akan terus kembali, kembali dan kembali mencari Tuhan.


Pelayanan – just glorify Him
Setelah tertampar dengan kata-kata teman saya diatas, saya berdoa. Tuhan, saya ga mau kayak gitu. Segitu perlunya akan uang pun, jangan sampe saya kayak gitu. If I say the same, please count me as dead.

Saya kembali teringat akan kata-kata dalam suatu buku renungan harian dan kata-kata itu menjadi rema dalam hati saya, kata-katanya sebagai berikut, “Tuhan, semoga orang lain dapat semakin kaya didalam Engkau, melalui aku.


My prayer
Semoga tangki-tangki cinta teman-teman yang kita layani, terisi melalui pelayanan kita.
Semoga tangki-tangki cinta orang-orang yang menikmati karya pelayanan kita, terisi melalui karya kita.
Semoga tangki-tangki cinta sahabat yang melayani Tuhan bersama kita, dikosongkan, agar ia semakin mencari Tuhan.
Sama seperti tangki cinta saya yang jadi bocor gara-gara teman saya itu, tapi ditambel Tuhan dan malah diingatkan dan dipenuhi kembali.


Semuanya hanyalah demi semakin luasnya Kerajaan Allah.
Semuanya hanyalah demi semakin besarnya Nama Tuhan.
Semuanya hanyalah demi semakin besarnya Kemuliaan Tuhan.
Ad Maiorem Dei Gloriam

Saturday, March 20, 2010

Homosexuality

Apakah anda mempunyai handphone? Saya rasa hampir semua orang punya. Seperti saya, saya hanya memiliki sebuah handphone Nokia 5800. Bentuknya agak besar. Dengan bentuk handphone yang sebesar itu, saya dapat melakukan banyak hal dengan handphone saya. Saya bisa menggunakan handphone saya untuk menimpuk anjing, saya bisa gunakan handphone saya sebagai pemberat penahan kertas, saya bisa gunakan untuk mengganjal pintu, meja atau kursi dan masih banyak lagi. Wait! Apakah itu tujuan utama diciptakannya handphone?


Natural law
Hidung kita pakai untuk mencium dan telinga untuk mendengar. Kalau ditanya mengapa demikian, jawabannya hanya satu : “dari sananya memang begitu!” Kata “dari sananya memang begitu” sebenarnya mengungkapkan bahwa ada suatu kebenaran yang tidak dapat diubah. Dan hal ini disebut dengan law of nature atau ’aturan alam’.

Dan, terdapat suatu aturan lain, yaitu ‘natural law’ atau ‘aturan yang alamiah’. Aturan ini mengatur kelakuan-kelakuan manusia dan sudah ‘tertulis’ dalam dasar diri setiap orang. Dan dalam natural law ini kita dapat menemukan siapa diri kita sebenarnya, siapa diri kita yang Tuhan ciptakan ini. Dan hanya dengan mengikuti natural law ini, kita dapat menemukan kebahagiaan yang sungguh-sungguh dapat memuaskan kita, karena kita memang diciptakan untuk itu.

Sama seperti handphone, handphone diciptakan untuk berkomunikasi dan hanya dalam berkomunikasi itu saja, tujuan utamanya terpenuhi. Dan hanya dalam mengikuti natural law kita sebagai manusia beratio, kita menemukan kebahagiaan yang sungguh kita pantas rasakan.


Subjective vs objective
Andaikan suatu hari ada seorang teman anda yang memakan sampah. Kita dapat dengan mudah berkata bahwa sampah itu bukan untuk dimakan. Mungkin ia merasa tidak senang dengan kata-kata kita, lalu ia berkata : ‘suka-suka gue donk!’ dan mungkin ia akan merasa bahagia setelah mengikuti kehendaknya sendiri.

Kita sebagai manusia diberi kehendak bebas dari Tuhan. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk mengikuti kehendak-Nya. Jika melihat contoh tadi, teman itu menggunakan kehendak bebasnya untuk memakan sampah, tetapi, apakah manusia pada umumnya memakan sampah?

Mengikuti kehendak bebas kita, bukan berarti kita melakukan apa yang terbaik bagi kita. Kita hanya melakukan apa yang kita pikir itu baik (pandangan subjective), tetapi sebenarnya tidak! Kita harus kembali kepada natural law, kembali kepada objektivitas. Kembali kepada dasar dan tujuan awal tubuh kita diciptakan. Kembali kepada tujuan awal handphone diciptakan. Dan kembali kepada tujuan awal seksualitas kita.


The Biological Theorem
Mari kita ingat-ingat lagi apa yang dulu mungkin pernah kita pelajari tentang seksualitas manusia di sekolah!

Dalam hubungan seksual (atau konjugasi) manusia, laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke alat kelamin wanita. Yang terjadi adalah : pria menyemprotkan sperma ke dalam rahim wanita. secara biologis, inilah natural law, tujuan awal diciptakannya seks, untuk berkembang biak.

Jika anda mempelajari biologi sma, maka anda akan mengetahui bahwa, sistem imun seorang wanita dapat menyerang zat-zat asing yang masuk ke sistem reproduksinya, agar sistem reproduksi tetap sehat dan terjaga. Tetapi, bila terdapat zat-zat yang merupakan sel-sel sperma laki-laki, sistem imun tidak menyerang. Sistem imun wanita akan relax dan menerima sperma masuk. Akhirnya, dapat terjadi pembuahan. Dan mengapa demikian? Jawabannya kembali kepada law of nature diatas.


Reason why the Church disagree with gay-lesbian-homosexuality.
Organ seksual pria diciptakan hanya dapat memberi. Dan organ seksual wanita diciptakan hanya dapat menerima. Organ seksual kita tidak dapat bekerja sesuai fungsinya bila dipasangkan dengan sesama jenis. We cannot change the fact that our bodies are created for opposite sex.

Bila sepasang wanita atau pria melakukan hubungan seksual sesama jenis, maka mereka tidak mengerjakan the ’natural law’ of their sexuality. Mereka melakukan sesuatu yang menyimpang dari tujuan. Sama seperti dengan contoh diatas, seperti menggunakan handphone untuk mengganjal kursi.

Selain dapat merusak organ seksual secara fisik, melakukan hubungan sesama jenis sama saja dengan meng-abuse tubuh kita. Karena hal ini berlawanan dengan tujuannya, yaitu hubungan saling memberi dan menerima. Tubuh kita, bahkan hingga tingkat mikroskopik sel, disesuaikan dengan tubuh lawan jenis kita.

Kembali kepada apa yang diajarkan oleh Paus Yohanes Paulus II bahwa syarat-syarat true love adalah FREE, TOTAL, FAITHFUL, FRUITFUL. Jelas bahwa hubungan sesama jenis tidak memberikan cinta secara TOTAL, dan tentu tidak akan pernah FRUITFUL, berbuah.


I don’t judge, we can’t judge, the GOD doesn’t judge, nobody is judged.
Sayangnya tidak semua orang memiliki dorongan seksual seperti diatas. Teori-teori diatas mungkin tidak akan pernah bisa memahami bagaimana orang-orang yang berjuang dalam ketertarikan sesama jenis, the people who struggle. Para struggler umumnya merasa bahwa mereka terperangkap dalam tubuh yang salah.

Sayangnya dunia ini mengajarkan solusi-solusi yang tidak tepat bagi para struggler. Pertama, diam dan bersembunyi. Atau, tunjukkanlah siapa dirimu, kalau memang demikian dirimu! Dan berakhir pada pandangan objective yang salah dan sexual repression.

Salah satu solusi tepat bagi para struggler adalah hidup dengan menjaga kemurnian seksual, atau mempraktekan chastity dan abstinence, yaitu dengan mengalihkan seluruh dorongan seksual kepada cinta akan Tuhan.


What about u?
Jika anda seorang same-sex attraction struggler, ingat, anda tidak sendirian. Tuhan tahu segalanya dan Ia mengerti kesulitanmu. Salah satu cara yang mungkin bisa anda lakukan adalah membuka hati anda untuk Tuhan masuk dan bekerja. Selain itu, anda juga dapat mengikuti suatu komunitas kristiani yang mampu membantu dan mengerti kesulitan anda, sehingga dapat bersama-sama mengangkat salib yang anda rasakan. Atau dengan mengikuti retret-retret penyembuhan luka batin. Dan seperti yang dikatakan diatas, make chastity as your life-style.

Jika anda bukan seorang struggler, merupakan kewajiban anda untuk tetap menghargai dan mencintai para struggler. Bukan hanya karena kesulitan hidup mereka berbeda dari anda, anda dapat merendahkan mereka. Tidak. Tuhan memanggil kita untuk mengasihi sesama kita seperti kita mencintai diri kita sendiri. Bukan hanya para struggler, anda juga berkewajiban mempraktekan gaya hidup chastity.


m0n
Salam chastity!




Source : Theology of the Body for teens, by Jason Evert, chapter 7, page 104-106, digging deeper: homosexuality.

Tuesday, February 16, 2010

Chastity VS Abstinence - Theology of the Body series

Percabulan merupakan dosa. Gereja mengajarkan demikian dan saya yakin semua orang setuju. Bahkan Yesus berkata, bila kita sudah mengingini perempuan atau laki-laki saja, kita sudah berbuat cabul dalam pikiran. Lalu kita mungkin bertanya : bagaimana dengan hasrat seksual saya?

Admit it : We have sexual desire
“Saya manusia biasa. Saya seorang Kristiani yang taat. Tapi… Bagaimanapun, saya akui, saya juga memiliki dorongan seksual.”

Selama ini mungkin kita berpikir bahwa dorongan seksual adalah dosa. Bila muncul pikiran soal seks, mungkin kita cenderung berkata pada diri kita, “Don’t think about sex! Don’t think about sex! Lupakan itu!” Kita cenderung menahan hasrat seksual kita, khususnya bagi yang belum menikah, kita tahu bahwa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks. Dan kita berpikir bahwa untuk menjadi seorang yang baik, yang kudus, yang suci, kita harus melupakan seks.

Mari buang semua pikiran lama, dan akuilah, kita memiliki keinginan seksual. Siapapun kita, laki-laki atau perempuan, seorang biarawan maupun awam, seorang pelayan Tuhan maupun umat biasa, semua manusia memiliki keinginan seksual.

Seksualitas kita merupakan suatu GIFT atau karunia dari Tuhan. Dan dorongan seksual bukanlah suatu dosa. Sebab seksualitas manusia diciptakan Tuhan juga. Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang buruk. Dengan adanya seks, suatu kehidupan baru dapat muncul. Tuhan menciptakan manusia dan Ia berkata, “amat sangat baik”, Tuhan juga berkata demikian terhadap seksualitas kita.


Dalam menghadapi dorongan seksual kita, terdapat 2 jenis pandangan, yaitu :
1. Abstinence
Di sekolah maupun di keluarga, bila ada pertanyaan mengenai seks, mungkin guru dan orang tua kita akan berkata : “itu hanya untuk yang sudah menikah.” atau “tidak boleh sebelum married!” Apa yang guru dan orang tua itu katakan, mengajarkan anak-anaknya tentang abstinence.

Jika kita lihat di kamus, abstinence artinya menahan nafsu. Seperti halnya ketika sedang berpuasa, kita menahan nafsu untuk tidak makan atau seperti berpantang, kita menahan nafsu untuk makan makanan kesukaan kita.

Namun, bila abstinence ini kita terapkan terhadap dorongan seksual. Seseorang tidak akan sepenuhnya bebas dari dorongan seksualnya. Yang ada ia malah menahan, menahan dan menahan hasrat seksualnya. Akibatnya dapat muncul bentuk pelampiasan seksual seperti ketergantungan pada pornografi dan masturbasi. Dan, bila seseorang sudah mencapai suatu kebebasan untuk melakukan hubungan seksual, segala dorongan yang terpendam itu akan BOOOM meledak. Akibatnya dorongan seksual menjadi tidak murni.


2. Chastity
Chastity berbeda dengan abstinence. Tepatnya, chastity jauh lebih indah daripada abstinence. Bila abstinence mengajarkan kita untuk berkata TIDAK pada seks, chastity tidak hanya mengajarkan kita untuk berkata TIDAK, tetapi juga berkata YA pada cinta sejati dan segala keinginannya.

Chastity tidak mengajarkan kita untuk menahan atau mengabaikan segala hasrat seksual alamiah kita, tetapi membantu kita mengarahkan hasrat seksual kita. Sebab Tuhan menginginkan kita untuk mampu mengendalikan dorongan seksual kita dan mengarahkannya kepada dorongan yang lebih dalam yaitu mencintai dengan murni.

“When you decide firmly to lead a clean life, chastity will not be a burden on you: it will be a crown of triumph." St. Josemaria Escriva

Tuhan memberikan manusia akal budi. Akal dan budi kita seharusnya mampu mengendalikan semua yang kita inginkan, termasuk mengendalikan dan mengarahkan hasrat seksual kita. Manusia berbeda dari binatang. Akal dan budi inilah membedakan kita dari binatang. Binatang hidup berdasarkan naluri atau insting atau keinginannya saja.



Chastity ialah gaya hidup baru yang dapat kita terapkan untuk menemukan cinta sejati. Karena cinta sejati bukan hanya soal seks, melainkan cinta sejati adalah soal pengorbanan diri, pemberian diri secara total, bebas, setia dan berbuah. Dan hanya orang-orang yang mampu mengendalikan hasrat seksualnya yang mampu untuk menemukan makna cinta sejati itu.


Let’s make chastity as our lifestyle!


“Only the chaste man and the chaste woman are capable of true love.” Pope John Paul 2


m0n
JCLU


Source : TOB for teens leadership training video chapter 2.

Monday, February 15, 2010

Hope and Redemption in Christ - Theology of the Body series

Suatu kali, saya tergerak untuk mengaku dosa. Ada suatu dosa yang sebenarnya sudah sering saya akui, tapi lagi-lagi jatuh dalam dosa yang sama. Romo mungkin juga bosan mendengar dosa saya itu. Saya pun bilang ke Tuhan, saya bosan. Tapi saya mencoba meninggalkan itu semua, saya mengakukan dosa itu lagi. Karena sudah cukup sering, rasanya rasa penyesalan mendalam menjadi tidak ada, hanya sekedar keinginan untuk lebih baik. Saya masuk dalam ruangan pengakuan, dengan hati biasa-biasa saja, tidak ada detak jantung yang lebih kencang atau air mata penyesalan yang menetes.

Saya mengakukan dosa-dosa saya, Romo pun memberikan nasehat dan doa. Saya mulai merasakan, degup jantung yang lebih ketika saya menyadari bahwa Romo nampak begitu sedih mendengar dosa-dosa saya. Saya pun mulai terketuk hatinya. Pengakuan selesai, saya berdiri, keluar dari ruang pengakuan. Saya menyesal. Saya mulai menangis, apalagi ketika muncul suara yang terngiang-ngiang di hati saya, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”

Saya tidak bisa menjawab apa-apa, tapi saya tahu Ia yang berbicara. Sambil berjalan menuju tempat duduk, suara itu terus terngiang-ngiang: “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”. Saya duduk tepat dihadapan Sakramen Mahakudus, saya tidak bisa berkata apa-apa, saya hanya menutup wajah saya, merasakan air mata yang mengalir di wajah saya. Saya merasakan, Tuhan begitu sedih.



NGAKU DOSA? MALES AH~
Pengakuan dosa menjadi sesuatu yang cukup dihindari banyak orang. Ada yang beralasan malas, tidak punya waktu bahkan beralasan tidak punya dosa . Namun, pada umumnya kita merasa malu. Mengakui dosa dan kesalahan kita memang sesuatu yang memalukan.

Saya mengenali Romo itu dengan baik. Saya sering menyapanya dan meminta bantuannya. Keesokkan harinya, saya menjumpai Romo itu lagi. Tersirat sedikit perasaan malu. Tetapi saya tidak mau merasakannya. Saya tidak mau mengingat rasa malu itu, tetapi yang mau saya ingat hanyalah bahwa saya dibersihkan dari dosa-dosa. Sudah seharusnya saya bahagia.

Tuhan tidak memberikan Sakramen Pengampunan Dosa untuk membuat kita malu. Tetapi Ia ingin agar kita bersih, layak dan mampu menerima kepenuhan cintaNya. St. Agustinus berkata bahwa kita tidak menyembunyikan diri kita dari Tuhan, tetapi sebaliknya, kita sering menyembunyikan Tuhan dari diri kita. Tuhan adalah Tuhan yang Mahatahu. Ia tahu segalanya. Dan Tuhan tidak pernah ingin membuat kita menjadi malu, tetapi Ia ingin agar kita disucikan, dibaharui sehingga mampu menampung cintaNya yang begitu banyak yang akan diberikan pada kita.

Suatu hari seorang Pastor pernah ditanyai, “Bila ada seorang muda yang Pastor kenali dengan baik mengakukan suatu dosa besar, yang bahkan sepertinya tak mungkin dilakukan oleh anak itu, apakah pandangan Pastor terhadapnya akan berubah?” Pastor itu menjawab, “Ya, pandangan saya akan berubah. Bukan berubah menjadi suatu pandangan yang negatif, tetapi saya akan sangat mengagumi anak itu. Mengagumi kerendahan hati yang ia miliki.”

Orang yang mampu mengakui dosa-dosanya adalah orang yang rendah hati. Seperti yang Rasul Paulus katakan, “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.“ (Yakobus 4 : 10)

Tuhan juga memiliki yang namanya RAHMAT atau GRACE untuk kita.¬ Rahmat Tuhan inilah yang memampukan kita untuk bangkit dari segala dosa. Ketika kita berpikir bahwa kita tidak akan pernah mampu mengakui dan meninggalkan dosa-dosa kita, mintalah RAHMAT daripadaNya.


GOD OFFERS HAPPINESS, do you receive it?
Dalam suatu pengakuan dosa lain, saya pernah ditanyai oleh seorang Romo, “Ada 2 jalan, surga dan neraka, kamu pilih mana?” Lalu saya jawab dengan pasti: surga. Ia melanjutkan: “Tapi kenapa kamu masih sering pilih neraka?” Saya terdiam. Kita pasti memilih surga, walau dalam kenyataan, tindakan, perbuatan, keinginan kita selalu mengarah ke neraka.

Dan akibat dosa, hubungan manusia dengan Tuhan terputus. Karena dosa awal Adam dan Hawa, seluruh manusia yang lahir, pasti berdosa. Dosa atau yang sering dilambangkan dengan keinginan daging berlawanan dengan kehendak Tuhan, sehingga seringkali kita tidak melakukan kehendak Tuhan dan kehendak kita juga. (Galatia 5)

Namun, perlu kita sadari, Tuhan memutuskan untuk menyelamatkan kita dari dosa. Yesus menyerahkan diriNya untuk membayar semua hutang dosa kita. Yang menjadi pertanyaan, maukah kita menerima pengampunanNya?

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.(1 Yohanes 1:9)

Tuhan adalah Allah yang Maha Pengampun. Sebelum kita jatuh dalam dosa, Ia sudah terlebih dulu mati di kayu salib. St. Yohanes Maria Vianney berkata, “dosa-dosa kita hanyalah kerikil kecil di gunung kasih setia Tuhan yang besar.” Masih ada harapan dalam YESUS. Masih ada kesempatan untuk melepaskan segala keterikatan dosa kita. Masih ada kesempatan untuk bangkit LAGI dari segala keberdosaan kita.

Maukah kamu menerima tawaran ini?


m0n
JCLU

Friday, February 5, 2010

5 February 2010

Today, I’m so happy. I feel so blessed. I really enjoy my activities today.
First, I wake up at 6 am this morning. I slept enough, so, I wake up and feel so fresh! Then I pray. I go to campus around 7.30 and arrive at 8 to study together with my friends for the test. It feels good when I can share my knowledge and teach them the lesson they don’t understand. And then come the test, thanks GOD, I can do it. It’s a big success! I hope I can get full score: 100. Then I go home. I have my lunch, and then I take rest for awhile.

Then, it’s time for teaching again. Today, I have my old students who want to have lesson with me again. And they both, boy and girl, are so sweet. Lol. Start from 3 pm and which suppose to end at 5pm, but they still don’t want to stop doing the math questions until 6.15 pm! So diligent! And for me, doing the trigonometric question makes me headache! But I enjoy doing that, paying all my sadness when I had to take remedial for my trigonometric test when I was in senior high.

Then I have Mass with my mom. It’s first Friday. Then, I go home and have my dinner. And now, I’m writing this diary. Tomorrow I’ll go for a retreat. And on Wednesday, I’ll go to Bali. Hm… I can feel the beach and the waves. Xixixi.

Thursday, January 14, 2010

Sukacita Ketika Aku Dirugikan

Sukacita Ketika Aku Dirugikan


Mungkin karena latar belakang mereka yang bekerja sebagai pedagang dan juga keturunan cina dari daerah atau kota kecil di Indonesia ini, mereka jadi begitu. Rasanya kalau tidak memberikan suatu keuntungan, maka aktivitas itu sebaiknya dihentikan.


Masa ada orang tua yang bukannya bangga anaknya bantu orang, tapi malah ngomel!” begitu seruku. Agak menyakitkan hari ini. Seorang teman gereja meminta bantuanku untuk ngeprint dekat kampus. Karena jadwal kuliah yang mepet, aku ngeprint nya sehabis semua kelas. Kelas terakhir sendiri bubarnya telat. Untung aku sempet sms papa agar menjemput setengah jam lebih telat.

Setelah berjalan tak begitu jauh dari kampus, aku tiba di tempat ngeprint. “Kenapa semua percetakan kerjanya lelet-lelet!” GRAOR. Belum mulai ngeprint aja rasanya sudah sangat-sangat membuang-buang waktu. Sewaktu mulai cetak, terjadi kesalahan-kesalahan . “Pegawai nya baru ya? Ga ngerti pake potosop ya? Duh, nCi nya malah leha-leha, lelet buanget!!!” Emosi semakin muncul melihat cara kerja mereka yang berlelet-lelet ria dan tidak bisa memakai waktu dengan efektif. “Orang lelet tidak akan pernah sukses!” begitu kamus hidupku. Nyatanya usaha mereka cukup lancar. Banyak orang ngeprint disitu. Weks!

Tetapi aku sudah bilang akan membantu temanku ini. Ia ingin ngeprint untuk buat portfolio. Sesuatu yang aku tahu, ini cukup penting dan berharga untuk kerja. Maka aku coba menenangkan hatiku, lagipula papa belum datang menjemput. Akhirnya ngeprintpun mulai jalan. Sedikit-sedikit. Aku tahu, tidak boleh ada kesalahan dalam ngeprint ini. Portfolio gitu lho. Aku teringat dengan firman Tuhan: kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Aku menganggap seperti mengerjakan portfolioku sendiri. I know, it must be perfect. Maka aku berdiri selama kira-kira 1-2 jam itu, dan bolak-balik ngecekin juga apa yang mereka klik di komputer.

Setelah ini, masih harus menjilid spiral untuk portfolio ini. Tempat nya berbeda lagi, harus jalan lagi. Aku mulai berpikir untuk tidak membantunya menjilid mengingat mungkin kalau menjilid saja dekat rumah juga ada. Tapi kan udah bilang begitu, ga enak juga dalam hati. Aku sudah bolak-balik ingin mengetik sms menanyakan sesuatu tentang jilid,berharap ia bilang: ga usah jilid deh. Tapi aku ga bisa mengetik sms apapun. Tetapi , dalam hati terus ada pemberontakan, udahlah biar dia sendiri aja, kamu kerajinan, kamu terlalu baik, kamu udah kayak dibegoin. Tapi Firman Tuhan harus diatas segalanya dan menjadi pusat terus mengingatkan. Ingat, mon, kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri.

Baru jalan beberapa halaman, papa datang menjemput. Bahkan papa datang terlambat setengah jam, aku masih belum selesai. Ia terpaksa ikut menunggu. Aku ga bisa ngomong apa-apa, aku harus menunggu ngeprint itu, maka terpaksa papa ikut menunggu. Aku hanya berdoa agar ia tidak marah. Dan satu jam sepuluh menit berikutnya, barulah selesai mengeprint 20 lembar portfolio bolak-balik yang aku teliti proses cetaknya agar tidak salah.

Setelah keluar, papa baru nanya, “ngeprint apa sih?” Aku jawab, “itu punya temen, nitip ngeprint.” Papa mulai cuap-cuap, memprotes kebaikan ku yang telah membantu teman itu. Aku Cuma bisa jawab, “ya diakan minta bantuan, trus gimana donk? Masa nolak?” Yahaha. Papa malah marah beneran. Intinya papa bilang kalau bantuin sih ga papa, tapi soal waktu yang terbuang sia-sia. Aku diam.

Lalu kita pergi menjilid yang kira-kira hanya 5 menit. Lalu pulang ke rumah jem 3. Seharusnya jam 1.15 sudah bisa pulang. Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya bisa terus mengingat-ingat FirmanNya, “kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri.” I will do my best for my work so do I work to help my friend. “Begini ya Tuhan artinya mengasihi sesama seperti diri sendiri.” Memang tidak mudah, makanya Tuhan ingatkan kita. Ya setidaknya hari ini aku sudah melaksanakan Firman Tuhan deh. Aku juga berdoa agar papa ngak lapor ke mama, kalau tidak masalah bisa makin fatal.

Aku merenung, di sepanjang jalan, dibalik helm yang rasanya begitu nyaman menikmati renunganku seorang diri. Aku membantu teman, tapi kok orang tua ku malah ngomel sih? Bukannya mereka harus bangga kalau aku bisa bantu orang? Memang aku begitu egois. Apakah hal ini mungkin dikarenakan didikan orang tuaku yang membuat aku egois? Mungkin karena mereka pedagang yang selalu mencari keuntungan. (bukan berarti pedagang itu egois ya.)

Aku mengingat-ingat semua yang pernah aku lakukan menyangkut mencari keuntungan. Seperti nya selama ini semua yang pernah mereka ajarkan bagiku adalah hal-hal yang pasti harus mendatangkan keuntungan bagiku. Aku ingat ketika aku masih SD, aku sudah membantu mama menjual tas sekolah anak-anaknya, hingga setiap anak perempuan berjejer memakai tas yang sama. Aku dapat 5000-10000 atas penjualan tiap tas. Aku juga menawarkan jasa membuat label nama milik pamanku ke teman-teman. Kalau pesen 4, sebenarnya gratis satu. Maka aku disuruh mengumpulkan sebanyak-banyaknya perorangan, lalu aku gabung hingga jadi 4. Bagian yang gratis itulah jatahku.


Aku juga ingat betul percakapan singkat 10 tahun lalu ketika kelas 3 SD. Aku duduk dimeja terdekat meja guru. Aku lupa tepatnya apa yang guru bahasa inggris berambut panjang keriting itu tanyakan padaku. Sepertinya ia bertanya apakah aku ingin punya adik? Tetapi aku menjawab tanpa ragu dan tanpa pikir panjang: aku anak tunggal, aku ga mau punya adik. Dan yang kuingat benar hanyalah kata-katanya ini: “Eh, ga boleh begitu, itu namanya egois.” Rasanya kata-kata itu menancap dalam hatiku.

Tapi sekarang aku yakin, aku sudah berhasil meninggalkan sifat lama itu. Aku suka berbagi ke teman-teman. Aku suka membuat jelly lalu membaginya dikelas sewaktu kelas 1 SMA. Aku juga suka membantu teman-teman yang kurang mengerti pelajaran, walaupun akhirnya aku malah menyesatkan atau nilaiku malah lebih buruk. Aku juga ikut pelayanan dalam gereja dimana aku tidak mendapat keuntungan. Namun, orang tua ku juga mulai protes akan hal ini, buat apa sih ke gereja terus?

Ketika aku ikut pelayan di gereja atau kegiatan apapun dalam gereja. Aku berusaha menonjolkan keuntungan yang aku peroleh: iya ma, ini namanya pengalaman organisasi, nanti pas kerja tuh orang lebih nyari yang punya pengalaman organisasi. Iya ini kan sekalian belajar vocal, belajar music. Iya ini kan aku juga jadi belajar soal ini dan itu. Tak pernah aku bilang: aku mau melayani Tuhan, ma. Aku cuma tidak mau mereka illfeel dengan pelayanan gereja. Mereka mungkin belum mengerti ini.

Mungkin aku berubah seiring berubahnya zaman dan pergaulan disekitarku yang tidak seperti pola pikir atau mindset orang tuaku. Orang-orang disekitarku yang baik-baik dan penuh cinta saling menunjukkan ketidak egoisan mereka. Mereka benar-benar membantu teman seperti adik sendiri. semuanya terkadang membuatku iri karena aku masih belajar menuju seperti mereka dan juga bertanya kenapa aku bisa egois begini ya? I wish I could reset myself. Ke-anak-tunggal- an ku sungguh-sungguh membuat aku begitu individualis.

Tetapi hari ini, aku membantu. Dan lebih daripada itu, aku dirugikan. Aku membuang waktu istirahatku. Dan yang paling parah, aku membuat orang tua ku semakin berpikiran buruk tentang teman-teman gereja ku. Makin banyak orang/teman yang mereka kenal dan mereka blacklist. Yang secara tidak langsung membuat aku semakin terbatas dalam kegiatan gereja dan pelayanan. Papa cuma bilang: lain kali jangan mau titip-titip print lagi! Aku cuma bilang dimulut: iya. Dalam hati: ah, aku harus lebih pintar besok-besok.

Tetapi aku merasa senang hari ini bisa membantu, dan khususnya bisa merasakan, menjalani dan mempelajari Firman Tuhan berikut: kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Sesama itu adalah ‘aku’ku yang ada disana. Aku senang aku bisa melakukan sesuatu yang baru dan gila hari ini. Bukan lagi seperti prinsip biasa, senang kalau dapat untung. Hari ini aku senang karena aku rugi.

Memang, biasa kita merasa biasa-biasa saja kalau kita tidak rugi dan tidak untung. Kita senang kalau kita dapat untung. Tetapi diatas segalanya, aku senang, aku bangga dengan diriku, yaitu aku bisa merasakan sukacita ketika aku dirugikan. Hm… aneh bukan? Sesuatu yang rasanya tidak akan pernah menjadi filosofi hidup siapapun didunia ini.

Melalui sharing ini, semoga kita juga bisa semakin menjalani hidup dalam Firman Tuhan. Dan menjadikan FirmanNya sebagai basic dan tujuan hidup kita. Aku bersyukur orang tua ku masih seperti itu, sehingga aku bisa merasakan beratnya salib dan susahnya menjalankan Firman Tuhan. Ya, aku belajar dari ini. Dan aku berharap teman ku ini tidak membaca sharing ini, kalaupun ia membaca, aku hanya ingin bilang: “terima kasih teman, kau membuat ku merasa rugi hari ini. Aku bersukacita.”

Ayuks, kembali ke pekerjaan, mencari keuntungan untuk dana hidup!



m0n
JCLU

Sunday, January 3, 2010

Pure Womanhood - Theology of the Body series

Menjadi seorang perempuan bukanlah sesuatu yang kebetulan atau ‘memang dari sananya begitu’. Tetapi terdapat suatu makna yang sangat sangat mendalam menjadi seorang perempuan.

Bukan hanya karena perempuan bisa melahirkan kehidupan baru, bukan hanya kata-kata: “dibalik pria sukses terdapat wanita hebat.” Tidak. Pemahaman keindahan wanita yang demikian masih dalam tingkat “kulit” nya saja.

Pernahkah anda mendengar bahwa ada seorang remaja laki-laki yang kecanduan atau addicted melihat gambar pegunungan, laut, sunset? Saya rasa tidak. Yang ada laki-laki kecanduan dan bahkan memiliki keterikatan melihat gambar tubuh wanita. Mengapa? Memang, tubuh wanita itu indah.

Namun keindahan dan keberhargaan seorang wanita seringkali hanya dilihat dari tubuhnya saja. Padahal dalam daging yang indah itu, juga terdapat yang namanya pribadi. Pribadi seorang wanita, yang seringkali kurang dihargai oleh pria dan bahkan oleh wanita itu sendiri.


You’re so MYSTERYOUS!
Tahukah kamu, hai wanita kalau kita menyimpan misteri dalam diri anda. Sebuah misteri yang tidak dibuat-buat tetapi pada hakekatnya sudah demikian.

Gampangnya begini. Secara anatomi tubuh, alat kelamin pria terletak diluar tubuh dan alat kelamin wanita terletak didalam tubuh, tersembunyi. Sesuatu yang biasanya tersembunyi, pasti sesuatu yang sangat berharga hingga harus disembunyikan. Yes, woman, our body is hiding a mystery and the mystery is you!

Maka bukan lagi menjadi misteri bila kita, wanita, memakai pakaian yang tidak sopan dan memamerkan keindahan tubuh anda. Salah kaprah bila anda berpikir bahwa pakaian yang kita kenakan untuk menutupi aurat-aurat. Wanita memakai pakaian untuk menutupi keindahan tubuhnya. Tetapi bukan berarti keindahan itu disembunyikan terus sehingga tidak bisa dilihat. Misteri keindahan seorang wanita menjadi nampak dalam berpakaian yang sopan.

Bila anda merasa geli jika mendengar kata-kata: berpakaian sopan atau tertutup, saya jelaskan sedikit. Tanpa kita sadari, pakaian yang kita pakai menarik perhatian pria. Dikatakan bahwa, woman is more audible and man is more visual. Laki-laki lebih sering menangkap sesuatu lebih kearah visual. Maka anda memancing ke-nafsu-an pria datang kepada anda. Anda memancing ‘lust’ dari pria, bukan ‘love’ dari pria. Bila anda mencari pria yang anda idam-idamkan menjadi suami atau pasangan anda, mulailah berpakaian sopan hari ini.

Nah, misteri bukan misteri namanya bila tidak dicaritahu, dicari-cari apa yang ada dibalik misteri itu. Menjadi tugas pria untuk membuka tudung dibalik misteri itu.
Keperawanan kita atau virginity merupakan inti dari misteri kita sebagai wanita. Oleh sebab itu, hubungan seksual bukanlah sesuatu mainan atau rekreasi yang dapat kita lakukan sesuka nafsu kita, kapanpun dengan siapapun. Tidak. Misteri keperawanan anda haruslah tetap menjadi misteri, hingga anda menemukan satu pangeran berkuda putihmu yang dengan janji perkawinannya membuka tudung misterimu sebagai wanita. Ingat! Tidak sembarang orang berhasil menemukan harta karun terpendam. Hanya boleh satu orang dan orang itu bukanlah orang biasa-biasa saja.


Myself against my pure womanhood
Mendengar kata: “pure womanhood”, mungkin rasanya menjadi sesuatu yang terlalu prestigious, mungkin terlalu indah, mungkin terlalu sulit atau mungkin agaknya mustahil?

Tuhan menciptakan manusia pria dan wanita. Tuhan memberikan cinta dan Tuhan menciptakan seks. Cinta dan seks itu bukan suatu “kesalahan” yang tidak sengaja Tuhan ciptakan. Love dan sex merupakan kehendak Tuhan. Namun, love dan sex itu menjadi SALAH maknanya bila diartikan dengan menggunakan kacamata kehendak manusia. Love, sex, womanhood, manhood yang Tuhan kehendaki adalah yang murni. PURE.


Berikut saya jabarkan kesulitan dan kemustahilan dan KEBODOHAN wanita karena mereka malah bertindak melawan pure womanhood itu.


I can’t be alone
Menjadi single merupakan hal terburuk dan memalukan yang pernah ada! Begitu pikiran yang ada sekarang ini. Sehingga banyak wanita mempertahankan mati-matian hubungan dengan pacarnya. Atau status ‘in relationship’ ini harus dipertahankan! Walaupun nyatanya pasangan itu tidak lagi harmonis dan bahkan saling melukai. Ini merupakan bukti bahwa anda tidak bebas jika anda berpikir demikian.

Jika anda tidak dengan bebas mencintai pasangan anda, maka anda tidak benar-benar mencintai, tetapi anda diperbudak oleh hormon dan emosi anda sendiri. Akibatnya, anda akan terus menjalani hubungan pacaran yang dangkal dan hidup anda terasa seperti sinetron yang penderitaannya tak kunjung habis.

Menjadi single bukan saja hanya ‘boleh’, tetapi terkadang juga ‘HARUS’. Jika kita ingin mencari cinta, maka kita HARUS terlebih dulu mengenali diri kita sendiri. Siapa diri anda sebenarnya? Apa tujuan hidupmu? Apa yang kamu sukai? Bila tidak demikian, umumnya, wanita mencari jati diri mencari kedewasaannya lewat pria. Sayangnya, terkadang pria itu sendiri juga tidak mengenali diri mereka atau pria itu memandang wanita sebagai barang objek pemuas nafsunya saja atau pria itu belum cukup dewasa.
Menjadi single memiliki makna tersendiri. Kita menjadi pribadi yang bebas. Bebas menentukan arah dan tujuan hidup kita. Menjadi single bukan berarti sendiri atau alone. menjadi single artinya mengambil kesempatan untuk belajar hidup untuk orang lain. Kenyataannya, wanita yang bebas atau independence akan terlihat lebih menarik.


Nobody wants me
Beberapa bulan lalu, disuatu forum terdapat seorang wanita yang mengirim thread: ‘mencari pasangan hidup’. Ia menulis, memperkenalkan diri nya dan menurut saya malah menjadi mempromosikan dirinya. Ia menjelaskan hidupnya. Ia berkata, ia perempuan yang baik, yang cantik, beriman, tetapi di usia kepala tiga ini dia belum pernah berpacaran sekalipun. Ia pun melanjutkan bahwa katanya tidak pernah ada yang suka dengannya, lalu bagaimana ia bisa memulai suatu hubungan apalagi menikah? Padahal ia tidak pilih-pilih. Siapapun yang mau dengannya, ia pasti bersedia.

Lagi-lagi single menjadi masalah, apalagi bila sudah mencapai usia 30an. Bagi wanita ini menjadi masalah besar. Seperti wanita diatas, seringkali karena sudah dekat ‘batas’ waktunya, kita menjadi ‘asal-asalan’ atau ‘apa saja ok lah’ atau dengan kata lain: menurunkan standard kita.

Saya tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi pada wanita ini, tetapi ia pasti merasa dirinya yang tidak berharga karena tidak ada yang mau. Akibatnya ia bisa memiliki kecenderungan bunuh diri atau lari kepada obat-obatan terlarang atau free sex jika ia tidak beriman dan setia pada Tuhan. Atau bila ada seseorang yang mau dengannya, apapun motivasinya, entah cinta benaran atau tidak, ia kemungkinan mau begitu saja. Akibatnya hubungan perkawinan yang ia jalani pasti tidak akan harmonis dan malah membuat masalah dalam hidupnya semakin besar.

Orang-orang dalam forum malah menyuruhnya menghapus thread itu karena mengandung sesuatu yang sensitive. Tetapi saya berusaha menghiburnya sedikit. Saya hanya bilang: kalaupun anda memilih, tidak apa-apa kok. Pasangan hidup adalah untuk selamanya, maka wajar bila anda memilih. Terus berdoa dan melihat ke sekeliling anda.

Saya lalu berpikir, wanita yang ingin menikah, misal pada usia 30 tahun, tidak mungkin mencari pria saat itu juga, rasanya memang terlambat sudah. So, sesuatu yang wajib dilakukan para remaja yang ingin menikah untuk berteman sebanyak mungkin, termasuk teman laki-laki. Hingga pada saatnya yang tepat, kita tidak usah panic lagi. Atau pangeran kuda putihmu akan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu yang kita lalui.

Dan kalau kamu belum pernah berpacaran hingga usia tertentu karena belum menemukan pria sejatimu, kamu tidak boleh berkecil hati, justru kamu harus bangga, bahwa anda dengan setia menunggu the one and true love. Maka terus berdoa dan bekerja!


If I say no, I might lose him
Polling pertanyaan yang paling sering muncul dalam suatu sex talk, adalah bagaimana cara untuk berkata ‘no’ tanpa menyakiti hati pria. Sebenarnya yang wanita hindari bukanlah menyakiti hati pria itu, tetapi wanita takut akan penolakan pria.

Seringkali ada saat dimana wanita merasa terpojok dan harus membuat keputusan yang sulit. Memilih antara mengikuti kehendak pria yang mana ia merasa dimanfaatkan dan dalam hatinya terus berkata tidak, namun jika ia menolak pria itu, ia takut kalau pria yang ia sayangi akan pergi dan tidak lagi mencintainya.

Dan tidak jarang ‘pemanfaatan’ wanita oleh pria berada dalam lingkaran seks dan nafsu. Contoh ekstreem dari apa yang dilakukan pria kepada wanita pekerja seks komersil adalah mereka hanya melihat wanita sebagai ‘barang’ yang indah, tanpa memikirkan pribadi atau personal nya, dan tentu saja menghapus sesuatu yang dianggap pengganggu yaitu virginity.

Mungkin dalam keseharian kita, sering kita menjumpai pasangan yang kurang sehat dalam hubungannya. Terkadang si wanita berpikir bahwa ia sangat mencintai pria itu dan tidak mungkin melepaskannya setelah sejauh ini, tetapi seringkali wanita juga merasa takut bahwa pria hanya menyukai kesenangan yang wanita berikan saja. Dan akhirnya, pasangan itu terus menjalani hubungan yang mana hanya menyenangkan pria saja, tetapi wanita merasa tertekan. Wanita cenderung ikut arus saja dan hanya bisa berharap suatu saat pria berubah.

Tetapi kemurnian atau ‘purity’ tidak akan pernah menghambat suatu hubungan. Jika hubungan pria dan wanita itu didasari oleh nafsu belaka, maka kemurnian atau purity akan mengakhirinya. Tetapi jika relasi itu sungguh didasari oleh cinta yang sejati, maka kemurnian akan menjaga cinta itu.

Dengan menjaga kemurnian dirinya, wanita mengajari pria bagaimana cara memahami dan mengerti bahwa tubuh wanita adalah harta karun yang harus di hargai, bukan sesuatu yang harus ditaklukkan.

Kita harus mulai belajar mengatakan ‘no’ pada hubungan-hubungan yang tidak sehat. Relasi yang sehat adalah relasi yang berpusat pada Tuhan. Mungkin kita tidak akan perlu mengatakan ‘no’ untuk sesuatu yang tidak baik, tetapi pria yang didalam Tuhan itu yang akan membawa engkau kepada kemurnian. Mencari pria yang demikian bukanlah sesuatu yang mustahil, tetapi inilah standard yang benar!


I am dirty
Jika anda merasa ‘I am dirty’ dan pure womanhood menjadi sesuatu yang sudah terbuang dimasa lalu, mari lihat kembali dalam diri anda. Coba lihat kembali apakah yang anda lakukan selama ini membuat anda sungguh-sungguh bahagia? Mari lihat kembali siapa diri anda dan bagaimana nilai awal anda diciptakan. Tuhan menciptakan anda begitu berharga. Ya, memang, kita dengan begitu mudah mengotori diri dengan dosa. Kita menurunkan nilai mahal yang Tuhan telah tulis dalam diri kita.

Bisa dimengerti bila seringkali kejadian menyakitkan dalam hidup kita, membuat kita menjadi ragu akan Tuhan. Dan terkadang kita menyalahkan Tuhan akan semua yang terjadi dalam hidup kita. Terkadang kita takut untuk kembali kepada Tuhan dan merasa malu akan semua yang telah terjadi dalam hidup kita. Tetapi, masih ada yang namanya pengharapan.

Beranilah berharap pada Tuhan. Berharap akan pengampunanNya, berharap akan belas kasihNya. Ia Maha Pengampun dan Ia telah melepaskan segala ke-Allah-an-Nya untuk turun menjadi manusia dan menebus setiap kita dengan Darah-Nya yang tertumpah di kayu salib. Ia tidak hanya menebus jiwamu, Ia juga menebus tubuhmu, keinginanmu, hasratmu, dan segala yang ada dalam dirimu.

Tetapi pengampunan Tuhan bukanlah suatu mainan yang anda pikir bisa anda dapatkan dengan mudah sekarang lalu nanti juga tinggal meminta ampun lagi. Anda sedang mempermainkan Tuhan kalau begitu. Dan hatimu tidak akan pernah penuh oleh cinta, karena anda sedang bergerak menjauh dari sumber Cinta itu, yaitu Tuhan. Datang kembali kepadaNya dengan segenap hatimu, segenap dirimu, segenap kehendak dan keinginanmu.

Anda juga harus ingat bahwa masa lalu anda tidak bisa anda hapus begitu saja, tidak bisa anda pendam begitu saja. Masa lalu akan tetap ada. Tetapi yakinlah bahwa masa lalu anda tidak menentukan masa depan anda.



Satu-satunya kunci akan semua masalah yang anda hadapi dan kunci untuk hidup dalam pure womanhood hanya: bawalah semua kepada Tuhan. Ingat! Tuhan punya Rahmat! Mungkin anda tidak bisa, ya, memang anda sendiri tidak akan bisa, tetapi Tuhan pasti bisa!
Mari kita membuka hati bagi Tuhan, Pencipta kita.

Mari kita sembunyikan misteri kewanitaan kita di pelataran baitNya selalu, sampai ‘the knight in shining armour’ itu datang menghadap Tuhan untuk mencari ‘the pure woman’.

Naked without Shame - Theology of the Body series

Kali ini, kita akan berbicara tentang tubuh, body.
Pernahkah anda telanjang? Telanjang bulat maksud saya? Pasti pernah saat mandi, bukan? Dan, cobalah bercermin. Apa yang anda lihat? Anda melihat diri anda, secara fisik. Ada kepala, tangan, kaki, tubuh, anggota tubuh dan organ seks.

Is body that bad?
Waktu saya masih kecil, saya pernah berpikir, buat apa sih kita pake baju? Kenapa sejak awal, tak perlu ada yang namanya baju? Bisa hemat sumber daya alam tekstil juga kan? Saya memiliki beberapa keponakan yang masih kecil, usia TK. Setelah mandi ia segera berlarian keluar. Lalu saya bilang ke anak itu, “eh, pake baju dulu donk. Malu. Malu. Ntar masuk angin lho.” Malu. Kita memakai baju agar tidak malu. Malu akan apa? Malu biasanya kita rasakan bila ada sesuatu yang buruk dari kita, diketahui orang lain. Lalu kita memakai baju, agar tubuh kita ditutupi. Lalu, apakah tubuh kita itu sebegitu buruk atau sebegitu memalukannya sehingga harus ditutupi?

Awal mula penciptaan
Jika anda melihat gambar Adam dan Hawa, mereka pasti digambarkan telanjang. Namun, Adam dan Hawa yang telanjang itu, hidup bersama, telanjang bersama, dan mereka tidak merasa MALU. Saya ulangi, mereka TELANJANG tetapi tidak merasa MALU. Naked without shame. Terdengar aneh, bukan?
Telanjang tanpa malu inilah yang pada mulanya ada dan diciptakan Tuhan, sebelum dosa masuk dalam hidup manusia awal.

Telanjang
Ketelanjangan menjadi sesuatu yang laris manis zaman sekarang ini. Iklan dan barang dagang menggunakan model wanita seksi untuk menarik perhatian dan konsumen. Hal ini menunjukan bahwa ada kebingungan manusia mengenai tubuh mereka.

Pada awalnya, Adam melihat Hawa telanjang, Hawa tidak kabur. Saat itu, manusia belum berdosa. Segalanya masih kudus, murni. Termasuk Adam yang melihat pasangannya telanjang dengan pikiran, motivasi, hasrat seksual yang murni, pure. Oleh sebab itu, tidak ada kebingungan dalam diri Adam untuk membedakan antara ‘love’ dan ‘lust’.
Adam tidak merasa canggung atau malu melihat tubuh pasangannya. Dan begitu pula Hawa melihat Adam. Mereka tidak menutupi tubuhnya karena mereka saling memandang sebagai ‘subjek’, seperti yang dikatakan di chapter sebelumnya.

Rasa malu merupakan perasaan yang muncul untuk melindungi diri. Manusia telanjang bila dilihat orang, akan malu. Karena mereka takut martabatnya dimanipulasi atau dimanfaatkan oleh orang lain. Paus mengatakan bahwa rasa malu merupakan proteksi diri dari ancaman orang lain atau self-defense.

Dan Adam dan Hawa tidak takut dijadikan objek satu sama lain, karena bagi mereka, ketelanjangan adalah panggilan untuk saling memberi. Cinta diantara Adam dan Hawa adalah cinta yang murni. Paus Yohanes Paulus 2 mendefinisikannya sebagai: original nakedness.


Original nakedness
Original nakedness atau ketelanjangan asali, merupakan panggilan dasar manusia. Paus Yohanes Paulus 2 menunjukan kepada kita bahwa ketelanjangan asali merupakan kunci utama untuk mamahami secara penuh dan komplit rencana awal Allah bagi kehidupan manusia. Ketelanjangan asali ini tidak memalukan. Mengapa? Karena mereka tidak memanipulasi martabat pasangannya.

Telanjang tanpa malu ini tidak ada kaitannya dengan anak kecil yang tidak malu kalau telanjang. Dengan kata lain, original nakedness ini, tidak berada dibawah kontrol psikologis manusia. Dan menjadi sulit bagi manusia sekarang untuk memahami makna sebenarnya tentang ketelajangan ini, karena setan telah memutarbalikkan fakta mengenai tubuh manusia.

Dosa telah membuat manusia kehilangan kemampuan untuk memahami ketelanjangannya. Ketelanjangan dianggap sebagai sesuatu yang buruk sehingga harus ditutupi. Dan tubuh manusia pun diartikan sebagai sesuatu yang buruk. Sesuatu yang bisa memancing hasrat seksual, sesuatu yang menimbulkan dosa.

The meaning of your BODY
Lalu, jika tubuh sebegitu sering digunakan setan untuk membuat kita jatuh dalam dosa, buat apa Tuhan ciptakan tubuh kita? Apa gunanya, kalau hanya bisa jadi penjatuh ke dalam dosa? Apa makna tubuh kita? Apa makna tubuhmu? What’s the meaning of your body?
Apa yang bisa anda lakukan dengan tubuh anda? Berolahraga, bekerja, bermain, bertemu orang-orang lain, dll. Saya tidak bisa membayangkan diri saya bila tanpa tubuh, saya hanya berupa roh yang melayang-layang, seperti Casper mungkin? Atau lebih buruknya tanpa wujud, tanpa rupa. Saya rasa semua orang atau semua roh akan nampak sama saja bukan?

Lalu apa gunanya Tuhan memberi kita tubuh? Tubuh kita bisa kita gerakkan sesuka kita. Bila kita sedih, kita bisa mengekspresikannya dengan berwajah muram. Bila kita senang kita bisa loncat-loncat, teriak-teriak gembira, berwajah ceria. Kita mengekspresikan diri kita lewat tubuh. Begitu pula dengan panggilan hidup setiap dari kita (yang sudah dibahas di chapter 1, created for love). Kita dipanggil untuk mencintai. Maka, Tuhan menciptakan tubuh kita menjadi sarana kita dapat saling mencintai dan mengasihi. Tidak hanya mengasihi sesama dengan keberadaan kita disampingnya saat teman kita sedih. Tetapi juga bisa menjadi sarana memuliakan Allah. Kadang saya ke gereja tidak membawa apa-apa. Hanya bawa badan. Ya, dengan badan inilah kita bisa hadir di gereja, kita bisa bernyanyi memuji Tuhan, bergerak, menari untuk Tuhan, melayani Tuhan, semua dilakukan dengan TUBUH kita. Spiritualitas Kristiani dilaksanakan lewat tubuh.


JESUS
Alkitab berkata: Allah adalah Roh. Jika demikian saja, rasanya akan sulit bagi kita untuk memikirkan Allah, apalagi memahami Allah. Dan bila kita berpikir tentang pribadi Allah dalam diri Tuhan Yesus, maka kita bisa sedikit membayangkan tubuh manusia laki-laki yang berjanggut, memakai jubah, dsb. Katekismus berkata: dalam “Badan Yesus” kita melihat, Allah kita dibuat kelihatan, sehingga kita ditangkap dalam kasih Allah yang tidak dapat kita lihat. Kristus menjadi kunci jawaban atas tubuh yang Allah ciptakan.


Male and Female
Lebih dalam lagi, seperti yang dikatakan pada chapter sebelumnya, tentang seks yang memaknai diri kita, Tuhan menciptakan kita pria dan wanita. Laki-laki dan perempuan. Saya juga pernah bertanya dalam hati: kok saya lahir sebagai cewek ya? Kenapa ga cowok aja, Tuhan?

Dosen saya pernah bertanya, apakah perempuan itu? Jawabannya, perempuan adalah seseorang yang berpotensi sebagai istri dan seorang ibu. Ya, karena dalam tubuh wanita, terdapat sel telur yang mampu menghasilkan kehidupan baru. Kehidupan manusia baru yang begitu menakjubkan dan sungguh merupakan karya Allah sendiri.

Maka sebenarnya, secara tidak langsung, fungsi segala organ tubuh wanita mengarahkan wanita untuk dapat melahirkan anak dan mengurus anak. Dengan buah dadanya, ia menyusui. Dengan kelemah lembutannya, ia memberi cinta pada keluarganya.

Sedangkan pada pria, pria dapat menghasilkan sperma yang memberi kehidupan. Dosen berkata, pria adalah seseorang yang berpotensi sebagai suami dan seorang ayah. Dan fungsi segala organ tubuhnya, mengarahkannya menjadi seorang ayah yang memberi proteksi, perlindungan dan rasa nyaman bagi keluarganya.

Dan seksualitas kita, laki-laki dan perempuan, tidak berhenti sampai sini saja. Ini merupakan gambaran dari hubungan Allah dan umatNya, GerejaNya. Mengapa sering dikatakan: Allah adalah mempelai pria dan Gereja mempelai wanita? Hal ini tidak dikatakan begitu saja, tetapi memiliki makna yang lebih dalam. Dan makna ini hanya dapat ditemukan pada diri kita, pada seksualitas kita.

Allah sebagai mempelai pria maksudnya Ia yang menjadi sumber atau PEMBERI kehidupan seperti pria yang memberikan sperma. Dan Gereja menerima KEHIDUPAN, berkat, cinta yang Allah berikan, layaknya wanita yang menerima sperma saat pembuahan.
Maka tak akan pernah seorang wanita hamil, tanpa ada pria yang memberikan sperma, kehidupan baru tak akan muncul. Begitu pula Gereja yang sangat butuh, bergantung dan hanya berharap pada Allah, Sang Pemberi, Sumber segala sesuatu.

Luar biasa bukan, makna tubuhmu! Kita lahir sebagai laki-laki atau perempuan, bukanlah suatu yang kebetulan atau Tuhan bentuk secara random. Tetapi memiliki makna mendalam dibalik itu.



Maka, sekarang rasanya Paus menjawab pertanyaan saya, mengapa manusia harus memakai baju? Ia menjawab: karena tubuhmu terlalu berharga sehingga harus ditutupi. Seperi mobil tetanggamu yang ditutup atau dimasukkan ke garasi, terlalu berharga bila diletakkan di luar rumah, nanti dicuri atau dibaret orang.




Sumber: Jason Evert, Theology of the Body for teens chapter 3; bahan pengajaran Camping Rohani dari Fr. Albert, CSE :D