Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Monday, October 19, 2009

Addicted

Hari Minggu besok, kamu harus menghadiri event besar dari tempat kerjamu dari pagi hingga malam. Sehingga tak memungkinkanmu untuk ke gereja hari itu. Maka, kesempatan Ekaristi hanya pada sabtu sore. Tetapi hari sabtu sore, ada Praise and Worship. Wah… gimana ya?

Kalo ikut PW, berarti ga bisa Misa.

Kalo Misa, berarti ga bisa ikut PW. Gila, tuh PW pasti seru banget! Khusus anak muda, dibawakan oleh band rohani yang lagi naik daun. Trus, jarang-jarang, kapan lagi ikut acara beginian? Mungkin diadakan seumur hidup sekali! Tiketnya dah beli, mahal! Hm…

Gimana nih, pilih mana…?


PD vs MISA

Dulu saya hidup hanya menunggu hari rabu, yaitu untuk PD. Saya berpikir, saya hanya dapat menjalin relasi dengan Tuhan lewat PD. Ternyata saya salah besar!

Dalam PD kita merasakan hadirat Tuhan. Kita merasakan jamahan-Nya, merasakan sapaan-Nya. setiap hati yang berbeban berat Ia angkat, yang terluka Ia sembuhkan.

Tetapi ada suatu waktu dimana kita tidak lagi hanya bertemu dan merasakan hadirat-Nya, tetapi kita bisa bersatu dengannya. Hati kita tidak lagi dijamah oleh-Nya, tetapi hati kita bisa melebur, bersatu dengan hati-Nya, yaitu hanya didapat dalam Ekaristi saja.

Apa yang akan terjadi bila seorang anak kecil hanya makan vitamin saja, tapi tidak makan nasi dan lauk pauk? Pagi makan vitamin, siang makan vitamin, malam makan vitamin saja. Apakah anak itu bertumbuh dengan normal? Tidak bukan? Begitu juga dengan jiwa kita. Jiwa kita memerlukan makanan sejati untuk bertumbuh, makanan pelengkap saja tidak cukup. Ekaristi merupakan makanan (santapan) utama jiwa kita. Ekaristi itu seperti oksigen yang kita butuhkan, dan tanpa itu kita tidak bisa hidup.


Jesus, our Eucharistic Love

Ada sepasang kekasih, sang pria suatu hari mendapat tugas dan ia harus pergi untuk waktu yang lama sekali. Ia memberi suatu cincin mahal sebagai tanda janji untuk kekasihnya, bahwa ia akan kembali untuk menikahinya.

Setelah pria itu pergi, si perempuan melihat cincin pemberiannya. Ketika ia teringat akan sang pria, ia melihat dan mengelus cincin itu. Terkadang ia berpikir dan membayangkan kekasihnya, apa yang sedang ia lakukan ya? Apakah ia masih ingat padaku? Jangan-jangan ia memiliki perempuan lain disana. Namun, ketika ia melihat cincin itu, ia terhibur dapat terus berharap dan percaya bahwa sang pria akan kembali.

Tuhan Yesus mendahului kita ke Surga untuk mempersiapkan tempat bagi kita, Dia tidak sepenuhnya meninggalkan kita, karena sewaktu Yesus naik ke Surga, Dia telah bersabda kepada murid-murid Nya “Aku senantiasa menyertai kalian sampai kepada akhir zaman” Ia menjanjikan kepada kita Roh Kudus setelah Ia bangkit dan Ia memberikan dengan rela Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi. Tuhan tidak membiarkan kita berjalan dalam ketidakjelasan, kebingungan, kelaparan maupun kehausan akan cinta-Nya. Ia bersabda, Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (Yohanes 6:35) Tetapi Dia memberikan Roti Hidup yang mana didalamnya kita peroleh kekuatan untuk menjalani perjalanan hidup kita di dunia ini.


Eucharist: Being Small

Tetapi kenyataannya, kalau di Misa, rasanya ngantuk deh. Tapi kalo PD, ngak ngantuk, malah bisa merasakan hadirat Tuhan. Dulu saya juga tidak mengerti rahasia dibalik Ekaristi tersebut. Misa, ya rasanya begitu saja. Tetapi kemudian, saya belajar mencoba menggali makna Ekaristi itu. Saya berusaha datang Misa ga lagi untuk rutinitas atau kewajiban belaka. Tetapi saya datang dengan kerinduan, ingin bertemu Tuhan. Saya ga lagi memikirkan yang lain-lain selain Perayaan Ekaristi itu. Saya berusaha fokus dan menaruh sikap hormat pada Perayaan Ekaristi.

Tuhan hadir dalam bentuk hosti kecil, yang nampak ga berarti. Ia telah merendahkan Diri-Nya yang mahabesar dan hadir dalam roti kecil yang dapat kita lihat, pegang dan makan. Begitu pula kita harus datang dalam Ekaristi, yaitu dengan hati yang rendah dan memohon cinta-Nya. Dan percayalah bahwa Tuhan hadir dan Ia menunggumu untuk merendahkan diri bersamaNya, agar berkat-berkat-Nya dari tempat tinggi mengalir ke hatimu yang rendah.

Lama-lama, Ekaristi menjadi hidup dalam diri saya. Ekaristi tidak lagi menjadi rutinitas, tetapi menjadi sumber kehidupan. Dan rasanya tanpa Ekaristi, hidup ini ga ada artinya.


Eucharist, the center of my life

Kembali kepertanyaan awal, pilih mana?

Mari kita mulai belajar memahami rahasia besar dibalik Ekaristi dan menjadikan Ekaristi menjadi pusat hidup kristiani kita! Mintalah bimbingan Roh Kudus agar kamu dapat memahami Ekaristi lebih dan lebih lagi.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin saya ceritakan tentang Ekaristi, dan rasanya kertas dan waktu tidak akan cukup, semua biarlah terangkum dalam kata-kata orang kudus favorit ku ini.

It would be easier for the earth to exist without the sun, than without the Holy Mass.”
St. Padre Pio

Sunday, October 18, 2009

Tujuan atau sarana? Sarana atau tujuan?

Ketika ditanyai, cita-citanya seorang teman menjawab: dokter! Lalu saya lanjut bertanya, kalo udah jadi dokter, trus ngapain? Jawabnya: um… ya… menikmati hidup, menikmati kesuksesan.

Hal itu tidak salah. Tetapi jawaban pertama teman saya itu salah. Karena setelah ditanyai lebih lanjut, jawaban akhirnya bukan lagi dokter, tetapi menikmati hidup, sukses. Jadi, cita-citanya, impiannya, keinginannya sebenarnya adalah kesuksesan, hidup tenang. Bukan dokter. Dokter hanyalah sarana untuknya meraih kesuksesan itu.

Dokter, tujuan atau sarana?


Seorang kenalan, ia seorang pekerja keras. Motivasi sejak kecil terus dipegangnya, yaitu ingin rumah besar. Akhirnya, bisnisnya sukses, lancar. Dalam satu periode, bermiliaran Rupiah bisa ia dapatkan. Tetapi keluarganya retak. Anaknya terlantar. Kondisi tubuhnya mudah sakit. Walaupun kaya, ia tidak pernah mau membeli makanan yang enak-enak, katanya mahal. Gaya berpakaiannya pun tidak nampak seperti orang berduit. Anaknya dibiarkan makan bersama para pegawai makan makanan warteg.

Ia begitu giat mengusahakan saldo di rekening bank terus meningkat. Sampai-sampai ia mengorbankan keinginan pribadinya ataupun keinginan anaknya untuk sedikit saja menikmati hidup. Kerja keras tidak salah, tetapi untuk apa kita kerja keras? Yaitu supaya kita bisa hidup berkecukupan, dapat membeli atau menikmati apa yang kita inginkan, dapat membantu orang yang berkekurangan, memiliki uang tabungan bila terjadi sesuatu hal buruk. Dan akhirnya hidup tenang, tanpa perlu pusing berpikir besok makan apa, gimana cara bayar cicilan rumah, tagihan listrik, uang sekolah anak. Karena kita memiliki cukup uang untuk membayar semua kebutuhan hidup kita. Begitu bukan?

Uang, tujuan atau sarana?



Seorang teman bercerita, ia kehilangan handphone. Lalu ia berdoa, Tuhan, aku rela handphone itu hilang, semoga orang yang mengambilnya benar-benar membutuhkan. Tapi Tuhan, aku butuh handphone. Aku suka banget dengan handphone seri itu, Tuhan. Beberapa hari kemudian, temannya menawarkan hp second yang ia inginkan tersebut dengan harga sekian. Tetapi ia hanya punya setengah dari harga itu. Ia berdoa lagi, Tuhan, uang ku tidak cukup, aku butuh 750rb lagi. Tak lama, ada tawaran job yang entah darimana asalnya dan tepat membayarnya sejumlah 750rb. Ia pun berdoa lagi, Tuhan, Engkau baik banget deh, Kau cukupkan semua kebutuhanku.

Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu seperti jin milik Aladin yang mampu memberikan semua kebutuhannya atau seperti doraemon yang selalu mampu mengeluarkan alat-alat yang dibutuhkan nobita. Tetapi temanku ini lanjut berkata, Tuhan, aku tuh pengen banget hp model itu, karena aku ga pernah punya hp yang bisa program Alkitab. Kalau pake hp itu, aku kan bisa membawa-bawa FirmanMu dan membacanya dimanapun dan kapanpun.Kerinduan hatinya adalah Tuhan, SabdaNya, FirmanNya yang mana bisa ia peroleh lewat bantuan teknologi yaitu handphone.

Handphone, tujuan atau sarana?

Tuhan mengabulkan permintaannya karena Ia meminta bukan untuk keinginan matanya, keinginan tangannya, keinginan egonya, tetapi untuk kerinduan jiwanya, untuk tujuan panggilan hidupnya yaitu keselamatan jiwanya.

“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Yakobus 4:3

Tuhan, tujuan atau sarana?


m0n

JCLU

Sunday, October 4, 2009

Intercessory Prayer - Pendoa Syafaat

“Han, gue ada di aquarium. Liat kebelakang aja.” Begitu isi sms ku ke teman ku. Saat itu, sedang ada acara KRK-Kebangunan Rohani Katolik- bukan karaoke ya. KRK itu seperti PD yang besar dan meriah, full band, rame banget, dihadiri penduduk seantero kota dan pake tiket segala gitulah. Saya dan teman-teman turut berpartisipasi menjadi tim doa syafaat. Para pendoa syafaat duduk di suatu ruangan terpisah di bagian belakang auditorium tempat KRK berlangsung. Namun, kami masih dapat melihat KRK yang berlangsung karena dibatasi kaca tembus pandang, seperti di dalam ‘aquarium’.


Pendoa Syafaat? Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan?

Di ‘aquarium’ ngapain aja? Ya, berdoa. Kami yang di aquarium melakukan berbagai jenis doa, mulai dari Rosario, doa pribadi, doa lewat nyanyian, doa bahasa Roh, dan masih banyak lagi. Untung Gereja Katolik kaya akan jenis-jenis doa.

Para tim doa syafaat KRK itu berdoa untuk kelangsungan acara KRK, kami berdoa agar umat mau membuka hatinya, kami berdoa agar umat dengan setia mendengar Firman yang dibawakan, kami berdoa agar tidak mati lampu, kami berdoa agar senar gitar tidak putus, kami berdoa agar umat bebas dari macet saat datang, kami berdoa agar kuasa jahat dipatahkan, kami berdoa agar umat yang berbeban berat pulang dengan hati yang baru. Pendoa syafaat adalah orang yang setia berdoa untuk orang sekitarnya, baik diminta maupun tidak.


Cuma berdoa buat orang lain? Diri sendiri, gimana?

Pulang KRK apa yang saya rasakan? Cape, man! Gila, rahang gue rasanya mau lepas! Lidah gue udah lemes deh pokoknya. Rosario tiga lap, man!. Mungkin ga cuma saya, tapi teman-teman pendoa juga demikian.

Saat masa sebelum KRK, kami ditawari, siapa yang ingin bantu menjadi pendoa syafaat untuk KRK itu. Awalnya saya ragu. Mengapa? Gila, KRK besar tuh. Dipimpin oleh worship leader kondang. Pembawa Firman nya import pula! Kalo jadi pendoa syafaat, ya berarti cuma duduk diam, berdoa untuk KRK itu. Ga bisa ikutan loncat-loncat, jingkrak-jingkrak, ga bisa melantunkan penyembahan yang saya rindukan. Wah. Mau ga ya? Demikian pikir saya dan saya rasa teman-teman lain juga berpikir begitu. Akhirnya, hanya beberapa teman saja yang bersedia ikut menjadi tim pendoa syafaat.

Sebenarnya, saya agak kecewa dengan teman-teman yang menolak menjadi pendoa syafaat, namun tetap ikut KRK – jadi yang di luar aquarium-. Ya, itu pilihan mereka sih. Entah apapun alasannya, mereka lebih memilih untuk turut langsung dalam kemeriahan KRK daripada kebosanan di aquarium. Awalnya, saya pikir pendoa syafaat pulang dengan tidak membawa apa-apa, tidak seperti yang di luar aquarium, yang mungkin merasa on-fire lagi, merasa dipulihkan, sukacita ruarrbiasa, dll. Mengapa? Karena pendoa syafaat fokus berdoa untuk umat yang hadir, pendoa syafaat tidak mencari kepuasan hati sendiri. Yang ada malah cape.

Namun, diakhir KRK, rasanya saya juga dipulihkan oleh Tuhan dengan melihat para umat yang pulang dengan pancaran sinar harapan baru dimata mereka, dengan mata bengkak, dengan obrolan-obrolan: ‘Tuhan memang luar biasa ya!’ dan yang terutama saya rasanya bisa merasakan isi Surga yang bersukacita karena jiwa-jiwa boleh kembali dan bertobat. Dan juga mengingat bahwa pahala yang menuggu saya di Surga, yang mana orang-orang di luar aquarium ga dapet. Hehe.


Mendoakan Vs. Didoakan

Pilih mana, hayo…? Didoakan pasti seneng, bukan? Kalo mendoakan orang lain, nampaknya kita ga dapet apa-apa ya?

Tidak, jika kamu didoakan, mungkin kamu akan merasakan suatu ‘penghiburan rohani’. Namun, berdoa untuk orang lain memberikan sesuatu yang lebih indah, lebih mahal daripada ‘penghiburan rohani’ biasa, yaitu tidak adanya penghiburan rohani baru itu sendiri.

Lho, kok begitu? Ya! Mungkin kita setelah berdoa, setelah ikut PD, ikut KRK, merasa bahwa kita telah diberkati Tuhan, telah dicintai Tuhan. Setelah itu, kita cenderung untuk melupakan Tuhan karena kepuasan jiwanya rasanya telah penuh. Kita akan kembali mengingat Tuhan dan bertekun dalam relasi pribadi bersama Tuhan saat hati kita kosong. Lalu, apakah Tuhan sama dengan pom bensin? Yang hanya kita kunjungi saat hati kita kosong? Tidak mau begitu, bukan? Maka dengan berdoa syafaat mungkin kita tidak akan mengalami kepenuhan secara langsung. Namun, kita dibuatNya untuk terus merasa kosong, sehingga kita selalu kembali dan mengingatNya.

St. Fransiskus Asisi berkata, “Demikian yang harus kau katakan dalam doa dan ketika kamu meninggalkan doamu, kamu harus muncul sebagai pendoa yang miskin, bukan seseorang yang baru saja menerima anugrah baru. Karena kau dapat kehilangan sesuatu yang berharga demi kepuasan kecil dari kesombongan dan dengan mudah menggusarkan Dia, sehingga tidak memberi lagi.”


Siapa aja, yang berdoa syafaat?

1. Tuhan Yesus

Yesus juga pendoa syafaat? Yup! Yohanes 17 dengan jelas berjudul: Doa Yesus untuk murid-muridNya.

2. Paulus

Hampir di setiap surat rasul Paulus, ia selalu menulis bahwa ia dan rekan-rekannya selalu berdoa bagi umat Kristen saat itu. Salah satunya, “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.” 1 Tesalonika 1:2

3. Santo-santa

Begitu banyak doa-doa dan novena yang didoakan melalui perantaraan para kudus. Mereka yang begitu mencintai Tuhan juga rindu agar umat Tuhan yang lain juga semakin mencintai Tuhan.


Bertumbuh dalam doa

Seiring bertumbuhnya iman kita, isi doa kita pun berubah. Saya pernah merasa doa saya stuck di situ-situ saja. Lalu, saya coba mempersembahkan doa bagi orang-orang di sekitar saya. Lama-lama saya merasa bahwa doa menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.


Mulai berdoa syafaat? Yuk…

Jika kamu merasa doa pribadimu begitu-begitu saja, cobalah untuk berdoa syafaat. Doakanlah dulu orang-orang disekitarmu. Sebutkan namanya, bawa ia kepada Tuhan. Salah satu cara yang saya pakai biasa saya mendokan 50 orang dalam 50 butir doa Salam Maria pada doa Rosario, dijamin, kamu pasti ingin menambah satu putaran Rosario lagi deh. Kalau masih bingung bagaimana harus berdoa, mintalah bimbingan Roh Kudus karena Roh Kudus akan membantu kita dalam setiap doa kita (Roma 8:26-27).

Bawalah hanya kepada Tuhan, setiap pergumulanmu, keraguanmu, ketidakmampuanmu dengan tidak ragu-ragu. Yakin dan percayalah bahwa setiap doa yang dengan yakin didoakan, saaangat besarrr kuasanya (Yakobus 5:16). Dan ingat selalu Firman Tuhan terpendek dalam Alkitab: Tetaplah berdoa (1 Tesalonika 5:17).



m0n

JCLU

Wednesday, September 30, 2009

Serving GOD and Serving Others

Serving GOD and serving others

It was taken from the theme of 150th anniversary of St. Ursula School in Jakarta. I served in that event with making the booklet with my bestie. Typing and saying that theme again and again, it became planted inside my heart actually. I thank God that I may study in St. Ursula with its motto SERVIAM –I serve-.


Inauguration of the new Prayer Group team

Tonight, September 30th 2009, we had the 6th anniversary Mass of PDKM and also inauguration Mass of the new servants in St. Alfonsus Prayer Group. Hm…. What to say? It’s just a sweet and touching beginning, right? Wanna cry? No. Feel sad? No. Feel happy? No either. Nothing to say. Just congratz for all.


Coz I’m gonna serve Him in every way of my life

Well, my heart keeps saying tonight: For me, it’s just formalities, coz I know, I’m gonna serve Him in every way of my life. Sebenarnya ga ada pelantikkan pelayan baru ato masa jabatan baru or anything, coz I’m gonna serve Him in every way of my life. I don’t know since when I start loving and serving Him.


menjadi penjala manusia

I like the Words of God tonight, ‘menjadi penjala manusia’. It’s written in Luke 5. One of my favorite readings and which became my base motivation when I want to apply to Singapore universities. I used to only focus on the word: ‘bertolaklah ke tempat yang lebih dalam’ and they got lot of fish with Jesus in their boat. And it has gone with the wind since I was rejected there. And I also forget the Words. But tonight, it comes again specifically to the end of the reading: ‘menjadi penjala manusia’. Hm, this reading still lives in my life, but it strikes me that I may stay here in Jakarta to serve in St. Alfonsus Prayer Group, my second family.


Short post. Thanks for all. Pray that I may be faithful like our God is faithful to us.

Monica is processing, loading, walking, searching, trying, feeling, knowing.



m0n

JCLU

Tuesday, September 22, 2009

Avoiding the Fall!!!

Again, this is the TOB for teens assignment. This assignment is:

Write a ‘back to the future’ story. Imagine that you and another person are actually Adam and Eve and living in the Garden of Eden. Then imagine that you know all the information that you know today about the temptation of the devil (the snake), the Fall, and the baggage that comes with original sin. Here’s the catch: You have this knowledge but your spouse doesn’t. and there’s only one week before the Fall takes place. You have a job to do: Avoid the Fall! Write a creative, pure, and humorous message to your spouse in the Garden that pledges your love and simultaneously attempts to avoid the upcoming “FALL.”

Sound great, right? Seru yah! Let’s do this!

Dear Adam (hihi),

Hi, the sexiest man alive in this world (yeah, you’re the only man lived, lol). I’m very happy with the life we’re now going through. I love the beauty of life and this nature we live in that God’s created for us. And I also love the creatures God has made, especially you (weks… haha…). I really enjoy every moment we shared together in the pure love which God put in us.

But you know what, darling. I heard that this pure love and happiness will end next week! I heard them saying: the Fall, the Fall. I don’t know what it is but they said that this will end our happiness. I heard that, after the Fall, there’ll be no pure love and we’ll feel shame. I don’t know what it’s like. They said that we’re living a ‘naked without shame’ life now. And after the Fall, we’ll feel ashamed if we’re naked.

Then I asked more, why we’ll feel ashamed. They replied me that, it’s because the Fall will affect us the weakness of lust. Then, we’ll seeing each other as object of our lust. Lust is the opposite of love. After the Fall, it’ll be hard for us to distinguish love and lust. Well, they also said that it must be very strange for us to understand it now, since we’re looking each other as subject not as object for our self.

And after the Fall, the meaning of sex with change! Sex will not be a true love anymore; sex will not be an original unity anymore. They will have sex to express their lust, but God said that sex is to express the FTFF love (FTFF: Free, Total, Faithful, Fruitful). Sex loses its sacredness and mystery. Sex will be a recreational activity instead of wonderful gift to be cherished.

Oh, sweetheart, I’m afraid to hear that! I don’t want our pure love and original happiness ended. I don’t want our perfect love changed with lie. We need to trust God more. Because I heard that the Fall was caused by our lack of trust in God. It’s because we (you: Adam and I: Eve), choose to serve our own wills than to God’s will. And this is called original sin which will last forever, generation to generation.

The Fall next week, we’ll be started by the snake! You know what, I’ve smelt that the snake was evil. Yesterday, I accidentally heard the snake’s plan. He plans to give me the fruit from the forbidden tree! Which after eating the fruit, we will be sinned against God. But at first he will offer me and told me that God said that we can eat all the fruit in this Garden. Hm… it’s wrong, right? Before we eat the fruit, he’ll convince me that if God had things His way, we would live miserably, but actually it’s vice versa!

Adam, we have to avoid the Fall! Let’s make a plan. Next week, before the D-day, let’s put some pure love poison in the forbidden tree. You know what, devil hates love, more over pure love, haha. I will make a pure love poison which will make the snake fall in love. And your job, Adam, is to find a female snake. So, after closing the tree, the evil snake will become in love and after meeting the female snake, he will fall in love to the female snake, then they’ll live happily under pure love also… hahaha… isn’t it a great plan??? So, the Satan will never turn human race to sin since the forbidden tree is poisoned with pure love also. And I will water the forbidden tree with pure love water, so, anyone who even gets close to the tree will feel love and trust God 100%, so, the Fall will never happen!

Reply my email ASAP. Let me know what you’re thinking about this too, hon.

With full and pure love,

Eve

Sunday, September 20, 2009

Future Husband...

Aaaaaaaaaa… u might think I’m crazy… yes, I am!!!

Well, not really… Lately, I have some Theology of the Body ‘classes’ on youtube which made me awake till mid night. Especially through what the Evert speak. Jason and Crystalina Evert. They spread the good news about chastity, pure love, and many sweet, deep, wonderful, amazing and shocking things in life. The thoughts they share are so amazing that makes me wanna know more: who they are. So, I ask uncle Google and it tells me some brilliant story in both’s life.

Each time I watch the teaching video in YouTube from Jason and Crystalina, I am always amazed. By the teaching itself and by them. They are couple, husband and wife. They have the same passion, both are good in preaching, both are very interesting person. Aaa… make me so envy… sometimes I stared at Crystalina and say: I truly envy to you, to your life, to what you’re doing and for having a husband like Jason Evert, wkwkwk… He is cool.

Well, deep inside I truly interested to TOB. And ready to spend my whole life to learn, talk and spread TOB. And deep inside my heart, I know, I’ll serve God in every way of my life. And I know, I do want to serve God like she does. Crystalina Evert is the second people, whom if I met, I’m gonna say to her:” I wanna serve the Lord like you do.” (the first is Bo Sanchez). And also maybe like you have, your cool husband. Hihi.

So… uncle Google led me to a kind of conversation of Crystalina in a magazine QnA, I guess. In the conversation, she said that when she was 15, she wasn’t virgin anymore, and kept doing that mortal sin for around 3 years, blablabla, long story. Until one day in a retreat she made a conversion of her life. After that, she lived out chastity and pure life and one story make me inspired is: one night she prayed for her future husband, write him letters and then celebrate thousand of Masses for her future husband. Wow! And you see, right, her husband: Jason Evert. Kyaaaa!!!

Well, in the midst of my confusedness of my vocation, I do this absurd thing, write a letter to my future husband. I even still don’t know whether there’ll be a 'real gentleman - yo my man!' whom this letter is written to. Lol. Well, I love doing crazy things, so, let’s do it!!! Check this out.



Dear my future husband,

Hi… firstly I wanna say that thank you for choosing me to walk the rest of your life with. I’m a good person, you won’t regret it. :) And I really hope that God Graces really keep you, wherever you are.

From myself, I’m now trying to know what’s my calling first. Since I still doubt about my vocation also. Pray for me ya. Haha. And I’m trying to be a mature woman. Mature in God also. I’m looking information about what my life is about, what love is about, how to build a family which last forever. Lol.

Sometimes, I think about someone who will help me to walk my life until I am old. We can help each other, share our love, and have a nice family with children??? O, I’m a bit shocked now, but later I won’t. I actually wish that we can serve the Lord together (as what the Everts do), I truly envy to them. And our love may bless other people too.

Now I’m trying to keep chastity in my life. To save the one and last forever love with you. Now, I think, I’m good enough protected with God’s Graces also.

I just pray that now, wherever you are, you are always under God’s protection. That you always remember God and put Him in the center of your life, honey. And although we still don’t know each other (or maybe already know!!! Idk.), I hope that you ever think about me, a woman-will-be whom you gonna spend your life with. Coz I’m praying for you. Today, after inspired about you, my future husband, I told the Lord: God, I have one more people in my prayer list now. Haha…

Well, keep faith, honey. Until we both meet and know that you’re the love of my life. Love you. (I will love my husband whom God gives to me with all you are). Also hope that God makes you ready for me, and makes me ready for you, (if u really are). Take care. God bless.


m0nica (in the midst of doubtness),

September 19th 2009



maluu bgt!!! ga berani kasi tau ada posting-an baru... im freak, yeah!!!

Tuesday, September 1, 2009

Mengasihi Sesama

Jika anda mendengar kata-kata judul diatas, dan ditanyai, ayat Alkitab apa yang anda ingat tentang mengasihi sesama? Mungkin kebanyakkan dari anda akan menjawab: “Kasihilah sesama mu seperti dirimu sendiri.” Namun jika ditanyai lebih lanjut, apakah anda sudah mengamalkan Firman itu? Kebanyakan mungkin menjawab belum.

Apa itu mengasihi?

Paulus berkata: “Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah…” Sumber cinta kasih adalah Tuhan. Mengapa Tuhan menginginkan kita mencintai sesama juga setelah mencintaiNya? Karena Tuhan ingin cintaNya dalam kita menjadi sempurna! Agar cinta Tuhan itu dapat menjadi sempurna, kita harus dilatih. Dan salah satu cara menyempurnakan cinta itu adalah dengan mencintai sesama kita.

Dengan belajar mengasihi sesama, kita ikut melakukan apa yang Yesus lakukan kepada sesamaNya ketika Ia masih didunia. Sebab Yesus berkata: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Bagaimana Yesus mengasihi sesamaNya? Yesus mengasihi dengan tinggal bersama-sama sesamaNya, memberi makan, makan bersama, memperhatikan, menyembuhkan, memperingatkan, mengajar sesamaNya tentang kebenaran sampai akhirnya memberikan diriNya untuk sesamaNya diatas kayu salib, tidak hanya untuk sesamaNya, tetapi untuk para algojo dan orang-orang yang tak suka padaNya dan untuk kita juga yang terus menerus mengkhianatiNya lewat dosa kita. Akar cinta kasih Yesus adalah komitmen untuk memperdulikan dan melayani.


Yesus mati demi cinta

Yesus mencintai sampai mati

Yesus mati dalam cintaNya pada kita

Yesus mencintai sambil mati terhadap DiriNya sendiri


Yesus berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.“


Siapa yang tidak tahu Beata Mother Teresa? Ia memberikan contoh pada dunia bagaimana kasih Yesus itu dalam tindakan nyata. Ia yang seorang putri dari keluarga berada, merelakan dirinya untuk melayani orang-orang kecil dan miskin. Mother Teresa pernah berkata: “Hidup itu tidak pantas dihidupi kecuali kalau dihidupi untuk orang lain.” Life is to love.



Siapa itu sesamaku?

Dengan demikian, haruskah kita melakukan seperti yang Beata Mother Teresa lakukan atau seperti orang-orang kudus lainnya? Meninggalkan comfort zone dan turun kejalan melayani orang-orang miskin? Mungkin kita akan berpikir dua kali. Hal ekstreem itu bukannya tidak perlu atau boleh kita hindari, tetapi saya mengajak teman-teman sekalian untuk merefleksikan mulai dari orang-orang sekitar kita.


Bayangkanlah jika kita harus turun ke jalan menolong orang-orang miskin dan kecil dan kita dikagumi oleh seisi kota akan perbuatan kita, namun kita tidak pernah akur dengan ayah atau ibu atau kakak-adik kita didalam rumah sendiri. Sungguh ironis bukan jadinya? Oleh sebab itu, saya mengajak teman-teman untuk kembali melihat hubungan kita dengan keluarga kita dulu. Apakah aku sudah sungguh-sungguh mencintai ayah-ibu-kakak-adik-om-tante dan semuanya seperti yang Yesus katakan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”? Apakah kita sudah memberikan diri kita untuk mengasihi mereka atau kita masih menolak keinginan-keinginan kecil yang mereka sampaikan pada kita?



Mengampuni sesama…

Dalam memberikan kasih bagi sesama kita, kita juga harus mengampuni. Seseorang tidak mungkin mengasihi orang yang ia benci tanpa sebelumnya mengampuni orang tersebut terlebih dahulu bukan? Dendam dan benci terhadap sesama dapat menjadi akar pahit yang merusak hubungan kita dengan Allah. Tidak sedikit orang-orang yang mengalami sakit fisik karena batinnya tak mampu mengampuni orang yang telah melukainya dan rasa dendam dan benci terus berakar dihatinya. Yesus meminta kita mengasihi sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita. Yang Ia lakukan kepada kita adalah menerima segala kekurangan kita dan mengampuni dan melupakan dosa-dosa kita yang mungkin kita lakukan berkali-kali.



Mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri?

Yesus berkata: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dalam memahami Firman ini rasanya butuh waktu lama sekali bagi saya. Dulu saya hanya meng-amin-I Firman tersebut. Saya hanya dapat berkata: “Saya akan berusaha melakukannya.” Tanpa memahami maksud dibalik Firman itu, Firman itu rasanya hanya kata-kata saja dan tidak ngefek dalam hidup saya. Namun, puji Tuhan, rasanya Tuhan memberikan penjelasan yang sangat-sangat jelas tentang mengasihi sesama itu kepada saya melalui pengajaran Theology of the Body yang saya peroleh saat Camping Rohani 2009 di Lembah Karmel.


Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan rahasia yang sungguh-sungguh besar tentang eksitensi atau keberadaan manusia dan apa atau siapa sebenarnya manusia yang Allah ciptakan. Paus Yohanes Paulus mengatakan setiap manusia memiliki kebutuhan mendasar atau hasrat untuk mencintai dan dicintai. Oleh sebab itu manusia tidak mungkin hidup tanpa cinta. Dan lebih lanjut beliau menegaskan bahwa lawan dari mencintai adalah memanfaatkan. Manusia dalam hubungannya dengan orang lain dapat mengalami yang namanya: mencintai-dicintai-saling mencintai atau memanfaatkan-dimanfaatkan-saling memanfaatkan.


Orang yang memanfaatkan sesamanya berarti memandang sesamanya sebagai ‘objek’. Objek untuk memuaskan keinginan mereka, memuaskan hasrat mereka. Sementara hubungan yang Tuhan kehendaki kita miliki terhadap sesama kita adalah hubungan yang memandang sesama kita sebagai ‘subjek’, dan memperlakukan sesama kita sebagai ‘subjek’ pula, bukan ‘objek’ pemuas keinginan kita.


Yesus juga bersabda: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Oleh sebab itu jika kita ingin dicintai orang lain kita harus mencintai orang lain juga. Jika kita memanfaatkan orang lain untuk keuntungan tertentu berarti kita meminta orang lain pula untuk memanfaatkan kita dan tidak memberikan kita cinta yang tulus.


Saya memahami Firman Tuhan: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” karena orang lain adalah ‘aku’ku yang lain. Orang itu adalah ‘aku’ku yang disana.


Santo Petrus dengan tegas mengatakan pentingnya mengasihi sesama: “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”




m0n

JCLU