Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Friday, February 29, 2008

Joy of Christmas
(Tugas Bina Iman ku....)

Pengalaman menarikku selama liburan akhir tahun 2007 dan liburan awal tahun yang singkat

Joy of Christmas

Natal sudah berakhir, tapi rasanya saya belum mau beranjak dari pesta Natal. Ada suatu kegembiraan yang pasti dianugerahkan Bayi Kudus pada hari itu. Salah satu kegiatan menarik saat liburan yaitu hari-hari sekitar Natal.

Tanggal 24 Desember 2007, tidak seperti natal sebelumnya. Ini Natal terbaik selama ini. Sebenarnya tidak indah-indah amat, tapi setidaknya, sesuatu yang berbeda yang saya lakukan. Acara malam Natal, tentu saja Perayaan Ekaristi yang amat saya sukai dan acara bersama teman-teman PDKM.

Saya mengikuti Misa Natal pertama di Paroki saya, Paroki Santo Alfonsus Rodriguez, Pademangan, dimulai pukul 18.00. Tahun ini saya pergi bersama Mama saya. Kalau tahun-tahun lalu mungkin pergi bersama teman-teman atau bahkan sendiri. Mama belum Katolik, tapi lebih dari setengah tahun belakangan ini, saya ajak ke Gereja, ikut misa, dan sekarang sedang mendaftar untuk katekumen periode Paskah 2009, thanks God. Saya pergi pukul 17.30, setibanya di gereja, tempat sudah penuh, singkat cerita, dengan penuh perjuangan, Mama dan saya duduk dibawah tenda tambahan, dikursi plastik. Walau tidak nyaman, banyak nyamuk dan berisik, saya yakin tempat itu jauh jauh lebih baik daripada tempat Yesus lahir dulu.

Singkat cerita, Perayaan Ekaristi pun dimulai. Misa dipimpin ketiga Pastor yang ada di Paroki saya. Homilinya diisi oleh Romo Kristophorus Bala,SVD., pembimbing PDKM kami yang tercinta, yang sudah sangat amat akrab dengan kami, dan sudah sering kami iseng-in. Homilinya? Saya lupa. Yang pasti bagus. Setelah Misa, ada ritual yang biasa saya lakukan, yaitu mencari teman-teman dan mampir dan mengucapkan salam singkat yang manis untuk Bunda Maria. Kemudian saya pulang dan menanti waktu untuk acara selanjutnya.

Yang membuat malam Natal ini berbeda dari sebelumnya adalah acara malam Natal bersama teman-teman tim PDKM. Beberapa hari yang lalu tim PD ini baru saja dilantik, dan saya termasuk didalamnya. Saya masih tidak tahu benar apa rasanya ambil bagian dalam pelayanan sesungguhnya untuk Tuhan, tapi mungkin ini salah satu cara untuk menyenangkanNya.

Kami berkumpul pukul 22.00 di markas besar tim PD, atau yang lebih sederhananya disebut rumah salah seorang teman yang sering dijadikan tempat berkumpul. Teman-teman lain sudah mempersiapkan makanan, ada Pizza Hut, bakmi Ayung depan gereja (langganan kami bersama), serta koktail. Sebelum acara makan-makan, kami berdoa syafaat dulu dan dilanjutkan dengan sharing atau pengajaran dari Ketua PD. Doa syafaatnya seperti biasa, ala Karismatik, pujian dan penyembahan, serta doa-doa permohonan, dipimpin oleh ketua PD kami. Malam itu saya merasakan cinta Tuhan yang mendalam dan makna Natal itu sendiri, yaitu kelahiran dan kehadiranNya didalam hati kita.

Sebelum sesi makan-makan, ketua PD sharing dulu. Sharingnya cukup panjang sehingga tidak mungkin saya tulis di sini, tetapi intinya ‘Make Your Life Meaningful’. Carilah tempat dan pekerjaan dimana hidupmu bisa berarti untuk orang lain dengan menggunakan apa yang Tuhan berikan padamu. Dan yang ditunggu-tunggu, adalah sesi tukar kado. Saya membawa kado sebuah salib untuk diletakkan dimeja yang sudah dibungkus amat rapi dan ‘vakum’ oleh Papa saya. Berlapis-lapis dan menimbulkan banyak sampah saat dibuka kembali. Semua orang penasaran kado dari siapa itu, kurang kerjaan sekali, tapi saya diam. Saya menerima kado sebuah salib juga, entah dari siapa.

Dan setelah foto-foto dan main-main sebentar, pada pukul 01.30 tengah malam, saya pulang duluan. Papa sudah menjemput. Saya adalah yang termuda diantara mereka, hanya saya yang masih bersekolah, yang lain sudah kuliah dan kerja, jadi mereka sudah maklum kalau saya harus segera pulang. Mereka itu sudah seperti kakak-kakak saya yang baik. Dalam tim ini, saya seperti Rasul Yohanes yang paling muda, tetapi paling dikasihi Yesus, haha!

Acara malam Natal ini memulai kegembiraan Natal yang penuh sukacita dan kegembiraan Natal ini menghapus semua kesedihan sebelumnya yang disebabkan oleh berbagai pergumulan hidup dan nilai raport yang kurang memuaskan. Setelah pulang, saya bersiap-siap tidur, dan tak lupa berdoa. Lalu saya hanya tidur kurang lebih 4 jam.

Saya dibangunkan oleh malaikat pelindung saya dan alarm handphone saya sekitar jam 6. Saya segera bersiap-siap karena saya ingin ikut misa anak-anak lagi jam 7.30 pagi keesokkan harinya. Pergi sendiri tentunya, teman-teman PD tak terlihat pagi itu. Berdasarkan pengalaman kemarin malam, saya datang ke gereja jam 7 kurang. Ternyata gereja masih sepi. Saya rela bangun pagi lagi hanya untuk mengikuti misa anak-anak. Saya amat menyukai misa anak-anak, karena dulu, saat saya masih kecil saya tidak pernah ikut misa anak-anak. Saya dibaptis kelas 2 SMP. Dan dalam misa anak-anak biasanya pasti ada sesuatu yang menarik dan mengejutkan. Dan bukankah Yesus sendiri mengajarkan untuk datang kepada-Nya seperti anak-anak? Maka kadang-kadang kita perlu mengamat-amati seperti apa anak kecil itu.

Setelah misa selama 3 jam yang dipenuhi berisik oleh keributan mulut anak-anak yang bawel, saya melakukan ritual saya. Dan memang tidak ada teman-teman yang hadir pagi itu. Tapi ada Romo Kristo yang bisa disalami dan beberapa guru Bina Iman Anak yang saya kenal. Saya bergabung dengan mereka dan mengucapkan ‘Merry Christmas’ dan ternyata ada sesi foto-foto singkat. Seorang teman, guru Bina Iman Anak memperkenalkan saya kepada seorang teman lain yang katanya mukanya agak mirip dengan saya. Padahal menurut saya tidak. Bahkan Romo pun ikut-ikutan membanding-bandingkan saya dengan anak yang mirip dengan saya itu. Dan saya ditangkap untuk berfoto-foto dengan mereka. Aneh, tidak disangka, tapi seru juga, ya seru kalau diingat-ingat, hahaha!

Dan karena tidak ada kerjaan yang berarti, untuk mengisi Natal, saya pergi ke gereja lagi pada sore harinya. Sesuai pengalaman kemarin sore, tempat duduk gereja yang cepat penuh, maka saya berencana datang 1.5 jam sebelum misa dimulai. Cuaca sudah agak mendung. Saya pergi bersama Mama dengan berjalan kaki, karena Gereja Santo Alfonsus itu tidak jauh dari rumah saya. Saya lebih senang jalan kaki ke gereja. Sejak awal, Mama sudah bilang kalau tidak perlu pagi-pagi pergi ke gereja, tapi saya tidak terlalu peduli. Maka sampailah kami di gereja tercinta, dan terkejutlah kami, dan saya menjadi sedikit atau mungkin sangat malu dalam hati. Karena gedung gereja masih tutup! (gubraks, hahaha…!) Hanya ada satpam dan katanya bahkan koster gereja pun belum datang, haha. Maka kami pulang lagi. Lalu setengah jam sebelum Misa, saya kembali ke gereja dengan cuaca yang sudah turun hujan deras sehingga harus naik becak. Dan pada malam itu, gereja sepi sekali, seperti misa pagi harian. Apa yang terjadi? Mengapa orang-orang malah tidak ke gereja pada hari Natal? Saya kira itu akan menjadi perayaan paling sukacita, tapi kebanyakkan orang memiliki pikiran yang berbeda dari saya. Saya sedih melihat gereja yang sepi pada hari Natal, dan ramai di mal . Saya tidak tahu apa yang Bayi Kudus rasakan dengan situasi itu. Saya sampai bertanya-tanya ke beberapa teman apa ada yang salah dengan saya yang berpikiran demikian? Orang-orang hanya ‘ikut-ikutan’ meramaikan malam Natal, dan mereka pikir itu sudah berakhir, huh! Tidak bagi saya.

Dalam kegembiraan Natal, saya menanti Tahun baru, hari-hari menuju tahun baru hanya diisi dengan misa pagi yang menyenangkan. Dan sambil membuat resolusi-resolusi dan refleksi dan revolusi. Bagi saya tahun 2008 adalah tahun kebangkitan, Bangkit! Ya, itu yang Tuhan dan saya inginkan. Tidak hanya saya yang ingin lebih maju dan lebih baik ditahun depan, Tuhan juga ingin saya bangkit. Dengan kegembiraan Natal, Ia menghibur saya dengan penuh sukacita dengan mengingatkan kembali akan Kelahiran Penebus.

Begitulah pengalaman menarik yang dapat saya ceritakan untuk tugas Bina Iman. Semoga Tuhan menjamah dan memberkati Frater yang membaca sehingga dapat memberi tugas ini nilai yang baik, karena begitulah keinginan Tuhan yang ingin melihat anak-anakNya senang dengan mendapat nilai bagus, haha! Tak lupa, dalam kesempatan Natal dan Tahun Baru ini, saya dan mewakili teman-teman IPA 2, mengucapkan terima kasih dan maaf atas semua kesalahan yang menyakiti hati Frater.

‘Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.’, Roma 12:11.

Merry Christmas and Happy New Year 2008,

JC LU,

m0nJC,

diselesaikan pada 130108,

Pada Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus.

Sunday, February 17, 2008

Another side of me...

Don't be afraid.....
this just another 'crazy' side of me..

peace
JCLU


==>a bit stress




==>at Karmel

Sunday, February 3, 2008

H.U.M.B.L.E. by St. Josemaria Escriva (Opus Dei Founder)

17 BUKTI AKAN KURANGNYA KERENDAHAN HATI
oleh St. Josemaria Escriva


1. Berpikir bahwa apa yang dikatakan atau dilakukan lebih baik dari apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain.
2. Selalu ingin menuruti kemauan sendiri.
3. Berdebat dengan keras kepala dan dengan sikap yang kurang baik tanpa peduli benar atau salah.
4. Menyatakan pendapat ketika tidak diminta.
5. Memandang rendah pendapat orang lain.
6. Tidak menganggap bakat-bakat serta kemampuan diri sebagai pinjaman dari Tuhan.
7. Tidak menyadari bahwa diri sendiri tidak layak atas segala penghargaan dan pujian, bahkan tidak atas bumi tempatnya berpijak dan atas barang-barang yang dimiliki.
8. Membicarakan diri sendiri sebagai contoh dalam percakapan-percakapan.
9. Berbicara buruk tentang diri sendiri sehingga orang lain kagum atau menyanggah dengan pujian.
10. Membela diri apabila ditegur.
11. Menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang memalukan dari pembimbing rohani, sehingga kesan baiknya terhadapmu tidak berkurang.
12. Senang menerima pujian dan penghargaan.
13. Sedih karena orang lain lebih dihargai.
14. Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan remeh.
15. Berusaha menonjolkan diri.
16. Mempercakapkan kejujuran, kecerdasan, kecakapan atau gengsi jabatan diri sendiri.
17. Merasa malu atas kekurangan diri sendiri.

Saturday, February 2, 2008

Pope Ben XVI

Paus Benediktus XVI
ringkasan pljran b.i. waktu kelas atu...


Pada tanggal 19 April 2005, umat Katolik memiliki pemimpin gerejanya yang baru setelah Paus Yohanes Paulus II meninggal pada tanggal 2 April 2005. Beliau adalah Paus ke-265, dan Paus yang ke delapan yang berasal dari Jerman dan juga Paus tertua yang pernah terpilih, yaitu pada usia 78 tahun.

Beliau dilahirkan pada tanggal 16 April 1927 di Maktl am Inn, Bayern, Jerman. Dilahirkan dengan nama Joseph Alois Ratzinger oleh pasangan Katolik yang saleh. Ayahnya, Joseph Ratzinger adalah seorang polisi Negara yang anti Nazi dan Ibunya, Maria Riger. Beliau adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dengan seorang kakak laki-laki, Georg Ratzinger dan seorang kakak perempuan, Maria Ratzinger. Beliau lahir pada hari Jumat Agung dan keesokkan harinya dibaptis, yaitu pada Malam Paskah. Beliau amat mensyukuri hal tersebut.

Pada masa itu Nazi yang berusaha menguasai semua orang Katolik, oleh sebab itu keluarga Ratzinger hidup berpindah-pindah. Dari Auschau am Inn, di kaki pegunungan Alpen dari tahun 1932 sampai 1937, lalu pindah ke Hufschlag, di pinggiran kota Traunstein, Jerman. Bapa Suci Paus Benediktus XVI ini menguasai sepuluh bahasa. Ia adalah seorang pianis ulung, khusunya dalam karya-karya Mozart dan Beethoven.
Sejak kecil, cita-cita Joseph Ratzinger hanyalah menjadi seorang imam dan bahkan menjadi seorang uskup. Oleh sebab itu, pada tahun 1939, Joseph masuk ke seminari di Traunstein. Tetapi ketika Ia berusia 14 tahun, sesuai ketentuan wajib militer, ia bergabung dengan Pemuda Hitler. Tetapi Joseph dan teman-teman seminari lainnya sama sekali tidak tertarik dan sering melarikan diri dari pertemuan-pertemuan Nazi.

Bahaya maut mengancamnya pada hari menjelang kekalahan Jerman. Ia memberanikan diri mengambil kesempatan dalam kekacauan perang untuk pulang ke rumah. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk menghindari tembakan dan serangan tentara di setiap persimpangan jalan. Ia berhasil pulang ke rumah, namun diikuti oleh 2 perwira Nazi. Namun oleh perlindungan Allah Bapa yang Mahabaik, ia berhasil lolos. Kedua perwira Nazi itu hilang begitu saja. Sementara, banyak temannya yang tertangkap dan mati digantung. Pada akhirnya, ia pulang.

Lalu pada bulan Januari 1949, bersama dengan kakaknya, Joseph kembali melanjutkan pendidikan seminarinya di keuskupan Munich. Wajib militer dan peperangan membuat mereka harus mengejar ketertinggalan mereka yang bertahun-tahun tertinggal. Mereka bertujuan untuk melayani Kristus dalam gereja untuk membangun dunia yang lebih baik.

Dengan penuh iman Bapa Suci berkata, “Tak seorang pun dari antara kami yang ragu bahwa Gereja merupakan pilihan yang tepat bagi kami. Kendati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam menghadapi serangan gencaran Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan lain dalam masyarakat, gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya. Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami sendiri. Tetapi kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab dibangun di atas batu karang.”
Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan menjadi imam di Katedral Freising. Pastor Ratzinger mulai mengajar, dan belajar filsfat dan teologi. Empat tahun kemudian, ia menjadi dosen dan mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi di Freising lalu pindah ke Bonn, Munster, Tubinga dari tahun 1953 sampai dengan 1969. Kemudian, Pastor Ratzinger menjadi professor teologi dogmatik dan sejarah dogma serta Wakil Rektor di Universitas Regensburg.

Pada usia 35 tahun, beliau menjadi penasihat ahli teologi dalam Konsili Vatikan II. Beliau mengarang banyak buku, karya terbaiknya adalah “Pengantar Agama Kristen” yang berisi kumpulan pelajaran kuliah tentang pengakuan iman apostolik, serta karya ”Dogma dan Wahyu”, kumpulan khotbah dan renungan.

Pada tanggal 27 Mei 1977, beliau ditahbiskan sebagai Uskup Agung Munich dan Freising. Lalu pada tanggal 27 Juni, Paus Paulus, mengangkatnya sebagai Kardinal. Pada tanggal 25 November 1981, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai Prefek Kongregrasi untuk ajaran iman serta sebagai Presiden Komisi Kitab Suci dan Komisi Teologi Internasional Kepausan.

Pada tanggal 6 November 1998, Kardinal Ratzinger dipilih sebagai Sub-dekan Dewan Kardinal dan pada tanggal 30 November 2002, Paus Yohanes Paulus II mengesahkan pemilihannya sebagai Dekan Dewan Kardinal. Beliau juga adalah Presiden Komisi bagi Persiapan Katekismus Gereja Katolik.

Dengan beberapa peranan penting diatas, dapat kita simpulkan bahwa Kardinal Ratzinger adalah seorang yang paling berpengaruh dan dihormati di Vatikan sebelum menjadi Paus akhirnya. Beliau adalah tangan kanan Paus Yohanes Paulus II dan memimpin pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005.

Padahal berulangkali beliau sempat ingin mengundurkan diri ke suatu desa di Bavaria dan menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis. Namun demikian, beliau juga berkata bahwa beliau siap menerima segala beban tanggung jawab yang diletakkan Tuhan diatas bahunya.

Setelah Bapa Suci Yohanes Paulus II wafat, diadakan pemilihan Paus baru. Pemilihan Joseph Ratzinger sebagai Paus baru sudah dapat ditebak oleh para pejabat Vatikan. Pemilihan Paus baru (konklaf) tersebut dilakukan dengan mengumpulkan 115 Kardinal. Dibuka dengan Misa Kudus dan renungan. Pada siang hari, mereka berkumpul di Kapel Pauline, berdoa memohon bimbingan Roh Kudus, lalu pergi menuju Kapel Sistina untuk melaksanakan pemungutan suara.

Pemungutan pada pagi hari dan siang hari. Selama pemilihan, para Kardinal yang memilih dibiarkan sendiri. Untuk mendapatkan seorang Paus baru, harus mencapai 2/3 dari seluruh perolehan suara. Kertas suara dikumpulkan di atas altar di Kapel Sistina di dalam suatu wadah tertutup. Sebelum memasukkan kertas, dihadapan altar, Kardinal mengucapkan sumpah.

Setelah semua kertas suara terkumpul, wadah dikocok, kemudian dihitung sesuai jumlah semula. Kertas suara dibacakan oleh Kardinal yang ditetapkan untuk memantau jalannya pemungutan suara. Dengan tiga orang saksi, kertas suara yang sudah dibaca dijalin dalam satu benang menjadi suatu rangkaian.

Setelah suara dijumlahkan, pemeriksaan ulang dilakukan. Jika terjadi kecacatan pada surat suara selama pemungutan suara ini, semua dokumen pemungutan suara dibakar dan dilakukan pemungutan suara ulang setelah doa dan renungan selama satu hari. Setelah Paus baru terpilih secara sah, semua kertas suara dibakar. Pemilihan Paus ke-265 ini hanya dilakukan satu kali pemungutan suara, lalu diumumkan Paus baru tersebut kepada umat.

Ribuan orang menunggu pengumuman terpilihnya Paus baru, yang biasanya ditunjukkan dengan asap putih yang membumbung di udara dari cerobong asap Gereja Santo Petrus. Tak lama, Kardinal Medina keluar dan mengumumkan Paus baru telah terpilih, yaitu Kardinal Joseph Ratzinger dengan nama Benediktus XVI. Pelataran Basilika Santo Petrus gaduh dan tepuk tangan beserta bendera hitam-merah-kuning yang berkibar diantara umat. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Paus Benediktus XVI dan pengucapan berkat.

Pada tanggal 24 April 2005, umat kembali berkumpul untuk menghadiri Perayaan Ekaristi perdana Bapa Suci Benediktus XVI serta penyematan pallium penggembalaan, yang bermakna tanggung jawab penggembalaan dan cincin, melambangkan penjala manusia demi keselamatan.

Seperti yang kita ketahui, setiap Paus memiliki nama resmi tersendiri dan bebas memilih sendiri. Paus ke 265 umat Katolik memilih nama Benediktus XVI. Beliau memilih Santo Benediktus sebagai pelindungnya dengan beberapa alasan yang cukup menarik, logis, dan memiliki tujuan khusus.

Paus Benediktus sebelumnya, Paus Benediktus XV adalah seorang Paus yang dikenal melakukan banyak hal untuk perdamaian dunia. Pada zaman sekarang ini, perdamaian dunia-lah yang sedang gencar-gencarnya dipertahankan dan dikembangkan oleh pemimpin-pemimpin negara, maupun agama di dunia.

Ada pula yang mengatakan Paus Benediktus XVI memilih nama ini karena Santo Benediktus adalah Santo pelindung Eropa dan mendirikan Ordo Benediktin dan dihormati oleh umat Katolik karena melestarikan peradaban Kristiani dalam abad pertengahan. Agar Eropa tidak kehilangan warisan Kristiani mereka.

Melihat Paus Benediktus XV yang masa jabatannya singkat, Bapa Suci sadar betul bahwa masa pontifikatnya tidak akan berlangsung lama, mengingat usia dan kesehatannya, ia sempat mengalami pendarahan otak pada tahun 1991. Sementara itu banyak yang masih harus dilakukan.

Bapa Suci Benediktus XVI adalah orang yang terkenal dengan pemikiran konservatif dan dogmatis. Berbagai rumor sempat terdengar. Beberapa orang kurang setuju atas pemilihan beliau sebagai Paus. Bapa Suci yang sebelumnya hanya bekerja dibalik layar, sekarang harus berhadapan langsung dengan realitas dan permasalahan umat yang beragam di dunia. Namun, para Kardinal yang dulu memilih beliau tentu sudah tahu benar bagaimana jalan pemikiran dan pandangan Bapa Suci, yang konsevatif dan dogmatis itu.

Kepemimpinan Paus Benediktus XVI ini, tentu tak lepas dari beberapa tantangan. Bapa Suci yang berpandangan konsevatif harus menghadapi kenyataan, bahwa Gereja Katolik sudah menjadi sekular dan liberal. Paus Benediktus juga dihadapkan dengan masalah homoseksualitas, skandal seks, AIDS, aborsi, politik, dan pengeksploitasian terhadap binatang.

Berbagai kontroversi sebelum menjadi Paus pernah ia lakukan, yaitu penerbitan deklarsi Dominus Iesus yang menghebohkan, yang menolak paham pluralisme agama dan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan, lalu penolakkan pemberian komuni kudus kepada beberapa politikus Amerika Serikat yang dianggap bekerja sama dengan kejahatan, serta pertentangan terhadap komunisme dan sikap tidak menghormati Gereja Anglikan, Lutheran, dan Protestan.

Beliau di tahun 1960-an, dikenal sebagai teolog yang liberal. Tetapi marxisme yang berkembang pesat pada zaman itu dan banyaknya umat yang keluar dari ajaran Gereja Katolik, mengubahnya menjadi teolog yang konservatif.

Akan tetapi, konservatisme yang dimiliki oleh Paus Benediktus XVI, adalah suatu pernyataan dan peneguhan iman di tengah dunia yang diserang oleh ateisme, sekularisme, dan relativisme. Dibawah penggembalaan Paus yang murah senyum ini, Gereja Katolik diajak untuk mencari kembali asal ajaran dan tradisinya. Paus sendiri belakangan sering melakukan dialog antar agama-agama lain.

Terdapat beberapa perbedaan dalam kepemimpinan dibandingkan dengan Paus sebelumnya. Bapa Suci Yohanes Paulus II adalah seorang filsuf yang mudah berspekulasi, tetapi Bapa Suci Benediktus XVI adalah teolog yang dengan keras kepala membela ajaran-ajaran dan penghayatan iman. Namun keduanya tak jauh berbeda. Tentu saja, ia sudah menjadi tangan kanannya selama 23 tahun dengan kesamaan tugas dan permasalahan yang dihadapi.

Dibawah pimpinan nahkoda baru, hendak dibawa kemanakah bahtera Gereja katolik ini? Bagaimana Paus Benediktus XVI akan mengembangkan keyakinan Gereja Katolik dan membuat dunia yang lebih baik, masih harus dibuktikan. Masih banyak yang harus ia lakukan untuk menggembalakan umatnya untuk mendekat kepada Tuhan sebagai wakil Kristus.



untuk Pope JP2 menyusul beberapa bulan atau tahun lagi...
JCLU

SanPadrePio::.. quotezZ

Lebih mudah dunia tanpa cahaya matahari, daripada tanpa Misa Kudus.
(Arsip Padre Pio)


Engkau hendaknya hanya minta satu hal saja kepada Allah: mencintai-Nya. Sisanya adalah ucapan syukur.
(Surat kepada Padre Benedetto, 20 November 1921)


Jika engkau bisa bercakap-cakap dengan Allah, bercakaplah dengan-Nya, pujilah nama-Nya. Jika engkau tidak bisa berdoa karena kelelahan, janganlah khawatir. Ketika anda berbicara kepada Allah, masuklah kamarmu dan kuncilah, dan seperti seorang pengawal raja, sambutlah Dia. Dia akan melihatmu dan merasa senang dengan kehadiranmu. Kemudian pada kesempatan lain, Dia akan menghiburmu dengan membimbing tanganmu, berbicara kepadamu, dan berjalan bersamamu sepanjang jalan di taman doa-Nya.
(Kutipan Pencerahan)


Engkau sedang belajar menilai, memahami, merasakan, serta menyentuh kasih yang telah kauperoleh dari Allah. tetapi, Saudariku, engkau harus menerima dan percaya, bahwa semakin jiwamu mencintai Allah, semakin kurang ia merasakan cinta itu.
(Surat kepada Raffaelina Cerase, 19 Mei 1914)

JCLU