Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Friday, November 14, 2008

Pier Frassati's quotes

"The end for which we are created invites us to walk a road that is surely sown with a lot of thorns, but it is not sad; through even the sorrow, it is illuminated by joy."


“To live without faith, without a patrimony to defend, without a steady struggle for truth, that is not living, but existing.”

"You ask me whether I am in good spirits. How could I not be, so long as my trust in God gives me strength. We must always be cheerful. Sadness should be banished from all Christian souls. For suffering is a far different thing from sadness, which is the worst disease of all. It is almost always caused by lack of Faith. But the purpose for which we have been created shows us the path along which we should go, perhaps strewn with many thorns, but not a sad path. Even in the midst of intense suffering it is one of joy."

"With all the strength of my soul I urge you young people to approach the Communion table as often as you can. Feed on this bread of angels whence you will draw all the energy you need to fight inner battles. Because true happiness, dear friends, does not consist in the pleasures of the world or in earthly things, but in peace of conscience, which we have only if we are pure in heart and mind."

Tuesday, August 26, 2008

Santa Monica feast...

Santa Monica

http://imagecache2.allposters.com/images/pic/SSPOD/SuperStock_1158-1351~Saint-Augustine-and-Saint-Monica-Posters.jpg


Masa kecil penuh bimbingan Tuhan

Monica lahir dari sebuah keluarga Kristiani yang baik. Ia lahir di Tagatse, Algeria, Afrika Utara, pada tahun 332. Keluarganya tergolong mapan. Selama masa kecilnya, ia dididik cukup keras oleh seorang pelayan ayahnya. Didikan dan perhatian pelayan tua itu melebihi perhatian orang tuanya. Maka Monica pun dibimbingnya menjadi seorang anak yang takut akan Allah.



Dalam bukunya, Confessions, St. Agustinus menuliskan cerita saat ibunya sempat terjatuh dlam dosa minum-minuman keras. Saat itu, anggur hanyalah minuman untuk para Tuan atau nyonya dalam sebuah keluarga. Sesuai dengan kebiasaan, orang tuanya menyuruh Monica untuk mengabil anggur dari tahang anggur. Suatu hari, Monica yang masih remaja dan penuh keingintahuan, mencoba anggur murni itu. Walaupun hanya sedikit sekali, ia merasa muak.

Namun, keesokkan harinya, ia mencicipi lagi. Begitu pula keesokkan harinya lagi. Dari tegukkan kecil lama-kelamaan bertambah banyak. Lama-kelamaan, sudah menjadi kebiasaannya meneguk dengan lahap semangkuk penuh anggur murni.

Orang tuanya tidak tahu akan hal ini. Tetapi, pelayan ayahnya tahu. Sampai suatu hari, ia berhenti meminum anggur karena ditegur pelayan tersebut. "Kecil-kecil tukang minum anggur murni!" cerca sang pelayan. Dari kata-kata yang menusuknya itu, ia mulai menyadari kebiasaannya yang buruk dan mulai meninggalkannya. Agustinus menulis bahwa hanya karena kasih Allah saja, ibunya boleh bertobat.




Keluarganya, salibnya

Monica dibesarkan dalam kedisiplinan dan kesederhanaan. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ketika sudah cukup umur, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria, yaitu Patricius. Sebenarnya, Patricius baik hati, tetapi suka marah dan geram. Patricius bekerja sebagai pejabat pemerintahan.

Patricius adalah kafir. Oleh sebab itu, Monica berusaha membawanya suaminya itu untuk mengenal Tuhan. Segala upaya dilancarkannya. Patricius yang sering marah-marah dihadapinya dengan bijak.

Monica tidak pernah melawan suaminya, tetapi ia hanya diam saja. Lalu ketika suaminya sudah tenang, ia kembali mendekatinya.

Monica menjadi panutan bagi ibu-ibu saat itu. Walau Patricius sering berbuat kejam terhadapnya, Ia tetap menghormatinya. Ibu-ibu lain memiliki suami yang lebih baik dari Patricius, namun, keluarga mereka tidak setentram keluarga Monica. Maka, Monica dengan senang hati membantu mereka menyelesaikan berbagai permasalahan rumah tangga mereka.

Hanya dengan kekuatan dari Tuhan, Monica dapat berkata kepada istri-istri, "Mulai saat mereka mendengar dibacakan apa yang dinamakan kontrak perkawinan itu, seharusnya mereka pandang kontrak itu sebagai alat yang menjadikan mereka hamba; maka seharusnyalah mereka sadar akan keadaannya dan tidak bersikap sok terhadap tuannya."

Ibu mertuanya pun, mula-mula sangat membencinya. Namun, oleh sikapnya yang penuh hormat dan kesabarannya, ia berhasil merebut hati Ibu mertuanya. Pada akhir hidup suaminya, Patricius menjadi seorang Katolik, dan ia melupakan semua yang terjadi sebelum Patricius mengenal Tuhan.





20 tahun air mata untuk Agustinus

Santa Monica dianugrahi 3 orang anak, anak pertama Aurellius Agustinus, anak kedua Navigius, anak yang baik dan patut menjadi contoh, dan anak perempuannya dan anak terakhir, Perpetua .

Anak-anaknya dibaptis Katolik pada masa kecil, kecuali Agustinus, karena suatu penyakit yang dialami Agustinus. Oleh sebab itu, Santa Monica amat perhatian kepada anaknya yang malas itu, jiwanya bergumul kepada Tuhan mengenai jiwa anaknya yang satu itu. Monica terus berusaha membawa suami dan anaknya kepada jalan yang benar. Dengan doa-doanya serta kelemahlembutan yang ditunjukkannya, ia tak pernah patah semangat akan hal ini.

Agustinus adalah anak yang pandai. Ia melanjutkan sekolahnya di Madaura lalu ke Karthago. Kekhawatiran muncul dalam diri Monica. Ia khawatir bila Agustinus akan semakin jatuh kedalam dosa bila ia jauh dari Monica.

Saat Agustinus ingin pergi dari Karthago menuju Roma, Monica semakin tidak setuju. Monica terus menahannya untuk tidak pergi. ia terus berdoa kepada Tuhan agar anaknya itu tidak jadi berlayar. namun pada malam hari, Agustinus kabur meninggalkan ibunya sendirian dengan air mata yang bercucuran.

Tuhan belum kunjung menjawab doa-doa Monica. Namun, Monica terus dan terus datang kepada Tuhan. Tak pernah seharipun ia melewatkan hari tanpa mengantar persembahannya ke Mezbah Tuhan. Dua kali sehari, ia mengunjungi gereja. Pagi dan sore untuk mendengar pemberitaan Firman Tuhan.

Agustinus menulis, "Wanita itu dengan air matanya meminta kepada-Mu bukan emas atau perak, bukan salah suatu harta yang fana, melainkan keselamatan jiwa anaknya..."

Pada akhirnya, Monica menyusul Agustinus sampai ke Roma dan mendampinginya di Roma. Tak lama kemudian, pertobatan Agustinus dimulai. Ia mempelajari berbagi ilmu namun semuanya tidak ada yang memuaskannya, pada akhirnya ia menemukan kebenaran pada iman Kristiani.

Proses pertobatan Agustinus memakan waktu cukup lama. Dari saat itu, ia masih berhubungan dengan teman-teman wanitanya. Namun, pada akhirnya, ia muak akan segalanya. Dan sungguh-sungguh mengikuti Sabda-Nya.





Kembali kepada Bapa

Ketika ajal Monica sudah mendekat, Agustinus berada disampingnya selalu. Kedua orang kudus ini melupakan apa yang telah terjadi dibelakang dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan. Suatu hari di Ostia, mereka bercakap-cakap mesra, Ibu dengan anaknya. Mereka menyadari kehadiran Tuhan ditengah-tengah mereka. Dan jiwa mereka sungguh diliputi bahagia yang tak terlukiskan. Saat Agustinus sungguh-sunguh bertobat, ia berkata bahwa Tuhan boleh memanggilnya sekarang, sebab kebahagiaan yang ia harapkan sudah tercapai, yaitu keselamtan jiwa Agustinus.

Lalu Monica jatuh sakit. Sampai hari kesembilan ia sakit, Monica meninggal. Ia meninggal pada usia 56 tahun dan Agustinus yang berusia 33 tahun. Agustinus menahan tangisnya, namun ia tidak dapat lagi menahan tangisnya saat pemakanan Ibunya. Agustinus yang keras akhirnya meneteska air matanya juga. Adeodatus, anak Agustinus dari kekasihnya pun menangisi kepergian Monica.

Pesan akhir Monica hanya supaya ia diingat di altar Tuhan, sebab tak seharipun dalam hidupnya ia melewatkan Kurban Ekaristi.



Orang Kudus Gereja Katolik

Santa Monica dikuburkan di Ostia. Lalu pada abad ke-6, tubuhnya dipindahkan ke ruang bawah tanah yang tersembunyi di gereja St. Aureus. Dan pada abad ke-13, pemujaan terhadap Santa Monica mulai tersebar, dan ditetapkan Pesta Santa Monica pada tanggal 27 Agustus. Pada tahun 1430, oleh Paus Martin V, diperintahkan supaya tubuh Santa Monica dipindahkan ke Roma. Banyak mujizat terjadi saat pemindahan itu, maka pemujaan terhadap Santa Monica diresmikan. Tak lama kemudian, dibangunlah sebuah Kapel untuk menghormati Santo Agustinus, maka tubuh Santa Monica dipindahkan ke Kapel tersebut.



--------------------------------------------------------------------------------------

Dirangkum dari 'Confessiones' karangan St. Agustinus

oleh : Francisca Monica

Artikel ini dipersembahkan khusus bagi Santa Monica, Santa pelindungku yang juga tak pernah berhenti berdoa untukku.

Semoga good-ending mu juga menjadi good-ending ku.


Santa Monica de Hippo untuk Patricius dan Agustinus.

Aku, (saint-to-be) Monica de Pademangan untuk papa dan mamaku.



m0nJC

JCLU



nb: um.... belom diedit dan kata-kata agak kurang bagus, harap maklum..

Tuesday, June 17, 2008

Theology of the Cross

'Theology is theology of the Cross, nothing else.' Begitulah teologi para pengikut Luther. Maksud Luther mengungkapkan teologi salib ini adalah untuk menentang teologi yang lain, Theology of the Glory, teologi kemuliaan.

Kali ini, saya cukup setuju dengan Luther tentang teologinya ini. Dan begitu pula dengan banyak santo-santa yang secara tak langsung mempraktekkan teologi ini secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan matiraga habis-habisan, pantang puasa, dll. Ya, hidup seorang pengikut Kristus, wajib, harus, kudu, sama dengan hidup Kristus, yaitu turun ke dunia yang kacau dari Surga yang bahagia, taat sebagai manusia, dan mati di Salib. Penderitaan. Salib.

Ya, kemuliaan Yesus bukan saat ia bersama murid-muridNya, tetapi saat di Kalvari.


“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Luke 9:23

Senin kemarin, saya menerima Sakramen Krisma. Sudah sekitar 1 bulan, saya terus menanyakan Tuhan, “Tuhan, apa sih sebenarnya yang dimaksud dewasa rohani? Kita menerima Sakramen Krisma berartimenjadi warga Gereja yang dewasa. Apa artinya? Saya benar-benar tidak mengerti, tidak punya gambaran. God, show me the answer, pliz.”

Ya, cukup lama saya bertanya-tanya. Saya sampai sedikit ketakutan, jangan sampai setelah menerima Sakramen Krisma, saya masih belum tahu apa itu artinya dewasa rohani, tak ada waktu untuk mengundurkan diri didetik-detik terakhir. Dan akhirnya, pagi hari pada hari senin itu, Tuhan menjelaskan jawabannya. Dan jawabannya adalah ayat itu. Penjelasan ayat itu saya rasa adalah Teologi Salibnya Luther.

Begitu pula yang dilakukan oleh St. Fransiskus Asisi, santo pelindungku yang baru kupilih untuk Krisma. Meninggalkan semua ‘glory’ yang ia punya, dan menempuh hidup yang bener-bener cari masalah, ‘Cross’.

Menjadi Katolik yang dewasa, berarti berani memikul salib sehari-hari. Itu saja kog, simple dan susah bukan?


It will be my Cross

Hanya dalam waktu seminggu setelah Sakramen Krisma itu, saya mendapat kabar buruk. Saya mendapatkan salib yang bagi saya cukup besar dan memusingkan untuk kelas 3 nanti. Jadi, dikelas 3 nanti, setiap murid, baik jurusan ipa, ips, bahasa, wajib membuat sebuah karya tulis. Well, saya agak excited awalnya. Topik karya tulis itu tergantung dari guru mata pelajaran apa yang kamu dapat. Saya sangat-sangat berharap mendapatkan guru agama atau guru TI. Kalo agama, sumbernya tinggal buku Scott Hahn, sudah cukup berat, sumber wawancara tinggal jalan ke pastoran. Kalau TI, yah, saya sukalah, pasti dengan semangat membuatnya.

Dan ternyata, karya tulis yang saya pikir saya akan semangat mengerjakannya, menjadi salib bagi saya. Salib yang juga adalah kelemahan. Saya mendapat guru matematika sebagai pembimbing karya tulis. Nightmare. Kenapa harus mat? Itu yang saya tanyakan ke Tuhan, karena kita tidak bisa memilih guru pembimbing, maka saya yakin, Tuhan pasti pasti pasti memberi yang terbaik. Dan yang terbaik untuk saya dari Tuhan, adalah matematika. Ya, saya sangat suka matematika, sewaktu sd atau smp. Tetapi, matematika yang dulu menjadi nilai andalan, sekarang menjadi nilai yang sangat sulit diperjuangkan. Matematika adalah pelajaran program ipa saya yang paling jelek nilainya. Selama 2 tahun di sma.


Ooooohhhhhhh………………….

Jujur saja. Kalau disuruh pilih, pasti tidak akan ada anak yang memilih matematika untuk karya tulisnya dan tidak ada anak yang menyerukan “Yes, saya dapat matematika!”. Tetapi, sedikit di dalam hati saya, entah mengapa ada sedikit rasa bahagia. Bahagia karena saya tahu, Tuhan bekerja dalam hidup saya dengan kelemahan saya. Matematika, nilai yang pas-pasan, paling jelek, paling rendah, paling susah, remedial 5 kali dari 8 ulangan, menjadi suatu kelemahan yang mana atasnya Tuhan bekerja.


Saya sangat berharap, setelah saya akan menghabiskan liburan dan kelas 3 saya dengan kalkulus dan kawan-kawan, saya akan kembali mencintai matematika dan kembali mendapat nilai yang baik dalam pelajaran matematika. Yeah, Jesus cares to my math score. And He wants to change my math score. Bukan hanya saya yang ingin nilai matematika saya menjadi baik, tetapi Tuhan juga ingin.

Dengan mengetahui teologi Salib, saya semakin yakin. Dengan karya tulis math itu, saya akan semakin sering menyentuh hal-hal tentang matematika yang bagi saya adalah salib. Dengan demikian, semakin sering saya memikul salib matematika saya dan menjalani Theology of the Cross. Amen.
JCLU
F.A.m0nJC

Live-In 2008....ow yeah...

June 2008
Live-in

Yup, Senin, 26 Mei 2008 yang lalu, selama 12 jam saya bersama teman-teman sekolah harus duduk di bus sampai ‘teposh’. Ngapain? Pergi kemana naik bus? Kami hari itu berangkat ke Yogyakarta, tepatnya di kabupaten Sleman untuk menjalani hari-hari di pedesaan yang setiap tahun diadakan oleh SMA Santa Ursula, yang akrab disebut progam ‘Live-In’.

181 siswi berangkat disertai guru-guru pendamping. 5 hari lamanya kami semua berada di sana. Di Yogya, kami ditempatkan dalam keluarga-keluarga Katolik dari Paroki St. Yusuf Medari, Sleman. Tiap keluarga terdapat 2 siswi yang ‘belajar’ di rumah keluarga itu.

Yup, tujuan live-in ini adalah belajar, namanya saja program pembelajaran luar kelas. Maka, sayang kalau harus membuang Rp850.000,00 untuk ke Yogya kalau tidak mendapatkan sesuatu. Maka setiap siswi di rumah keluarga-keluarga, wajib mengikuti pola hidup sehari-hari keluarga di desa itu. Jika keluarga itu adalah keluarga petani, maka siswi juga akan ikut ke sawah. Jika keluarga itu tukang kayu, maka kayulah yang akan menjadi ganti pen dan buku yang biasa mereka pegang. Apapun mata pencaharian keluarga itu, baik guru, tukang kayu, pedangang, peternak, petani, dan lain-lain, tiap siswi diharapkan dapat menimba ilmu dari semua hal dan kegiatan yang sangat jarang terlihat di kota.


Yogya, here we come!

Berangkat dari Jalan Pos pukul 4 sore, tiba di Medari pukul 5 subuh. Untuk pertama kalinya tidur di bus. Sebenarnya saya mabok darat kalau naik bus, puji Tuhan, kemarin saya tidak muntah. Karena ada antimo dan rekaman petuah Bo Sanchez yang saya simpan di handphone untuk didengar sepanjang perjalanan, maka perjalanan itu terasa lebih baik daripada yang saya kira.

Setibanya di Sleman, kami berkumpul di Gereja St. Yusuf. Kami makan, dan mendengar sedikit patah kata dari Pastor Paroki Sleman yang juga ‘ngepul’, sama kayak yang di Alfonsus. Kami dijemput oleh ketua lingkungan untuk diantar ke rumah ‘keluarga baru’ kami di daerah Seyegan, dusun Margoagung.

Saya dan 3 teman, dijemput naik mobil kijang. Wew! Saya berkata dalam hati, “Jangan-jangan keluarga di desa lebih kaya, daripada yang di Jakarta”. Maka dengan sedikit pamer, sewaktu melintas di depan teman-teman lain yang belum dijemput, saya membuka kaca mobil dan melambai-lambaikan tangan dan memasang muka tersenyum licik melewati teman-teman. Well, kami menempuh jalan yang cukup jauh dan terlihat sawah dan rerumputan hijau di kiri dan kanan, serta jalan yang lurus panjang terlihat tanpa ujung, saya berpikir, “Oh, Tuhan, kog jauh amat ya? Gila! Kacau! Ga bisa balik sendiri nih kalau ada apa-apa. Kemanapun aku dibawa, kuserahkan hidupku padaMu.” Serta teringat kepada St. Fransiskus Asisi, yang akan menjadi pelindung Krisma saya yang adalah seorang perantau. “St. Francis, I’m doing your rule here.”

Maka kami tiba di sebuah rumah. Pasangan live-in saya adalah Sely, anak IPS. Memang dipasangkan dengan anak dari jurusan berbeda. Sewaktu di mobil, terlihat dari kaca, terdapat 2 tikus di rumah itu. Tikus yang dimaksud bukanlah tikus hewan, tetapi 2 anak kecil usia hiper-aktif atau balita. Kacau. Sely sepertinya juga kurang suka dengan anak kecil. Well, apa boleh buat, tidak bisa tawar menawar.

Yah, lagi-lagi keluarga pedagang. Saya dan teman saya ditempatkan dikeluarga yang dirumahnya terdapat mini-market. Ada jualan voucher pulsa juga bahkan. Padahal, saya pengen keluarga peternak atau petani lah. Wew. Sejak masih berimajinasi seperti apa live-in nanti, saya sudah tahu, bahwa keluarga seperti apapun yang nanti saya dapatkan, pasti yang terbaik dari Tuhan. Maka, melihat keadaan rumah yang ‘lumayan’ itu, saya tahu dan yakin, seyakin-yakinya, kalau itu yang terbaik dari Tuhan.

Rumahnya cukup besar, dengan mini-market di bagian depan. Menurut mereka, toko seperti itu adalah toko besar, bukan mini-market. Ada 2 kamar tidur, 1 wc, ruang tamu, ruang keluarga, tempat jemuran sekaligus kebun, serta dapur dan tempat cuci yang masih beralaskan semen. Jika kamu melihat ke atas, yang terlihat bukan prafon, tetapi atap langsung.

Keluarga itu terdiri dari seorang bapak, Bapak Sugeng, ibu, Ibu Rini, dan 3 anak kecil. Semuanya anak laki-laki, yang tertua, Gery, sudah kelas 6 sd, maka sewaktu kami tiba, ia masih bersekolah. Dan adik-adiknya berusia 5 dan 2 tahun, Fito dan Faren, adalah anak-anak yang luar biasa dan agak gaib. Mereka tergolong keluarga muda. Bapaknya saja masih sekitar 30 tahunan.

Satu hal yang membuat saya yakin kalau itu memang kehendak Tuhan berada di keluarga itu, adalah cita-cita Gery, anak pertama yang sudah kelas 6 itu untuk menjadi seorang Romo. Wow! Kami tidur di kamar Gery. Kamarnya penuh gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Teman saya berkata, “kita tidur dilihatin sama Bunda Maria dan Yesus.”. Maka, segera saya bertanya kepada Yesus, “God, what do You want me to do with this child?”. Kata bapaknya, sudah dari TK ingin jadi Romo si Gery itu. Wew, maka teringatlah saya akan seorang Pastor di Alfonsus, yang katanya dari TK ingin jadi Pastor dan mainnya ‘misa-misa-an’. Si Gery itu, kulitnya juga hitam banget, berbeda dari adik-adiknya. Haha!

Wew, kegiatan kami disana: mencuci piring, cuci baju, jaga toko, makan setiap 4 jam, nonton tipi tiap malam, main badminton, dan yang paling banyak adalah bermain bersama adik-adik. Hua3x! disebrang rumah terdapat sawah, kami sempat jalan-jalan di pematang sawah yang tentu tidak ada di Jakarta.



Tuhan, saya ingin…

Tuhan banyak mengabulkan doa saya selama live-in ini.
Pertama, saya meminta teman yang dapat berbicara bahasa Jawa. Yes! Sely iso speak Jowo. Yeyeah!
Dua, di hari kedua yang boring, saya bilang ke Sely, “Wew, padahal saya pengen dapat keluarga peternak atau petani gitu biar bisa jalan di pematang sawah gitu…”. Dan tak lama kemudian, ketika Gery pulang sekolah, kami diajak ke sawah seberang, dan tada… kami sedang berjalan di pematang sawah, hehe…

Tiga, tentang domba. Kata teman2, saya maniac domba. Ya, binatang favorit emang domba. Wew, biasa saya melihat domba di internet, itu domba2 australia yang gemuk dan lucu. Kata mbak saya, di jawa adanya domba jawa. -Ya iya lah!- Maka, saya berseru kepada Tuhan, “Tuhan, saya udah jauh-jauh ke desa. Kampung sekitar sini banyak peternak, ada domba. Tapi dekat rumah dan lingkungan ini tidak ada. Tuhan, saya ingin melihat domba secara langsung dan pegang domba dan foto bareng.”. Doa yang satu ini dikabulkannya cukup lama, setelah 2-3 hari, baru saya melihat domba di pasar, dan di rumah teman lain. Akhirnya, saya melihat dan berfoto dengan domba. Tapi ga pegang, karena bau. Ga berani dekat-dekat juga. Intinya, I see domba… hehe…

Empat. Tuhan, saya ingin misa dua kali di yogya ini. Tapi menurut jadwal, kami hanya akan misa satu kali pada hari sabtu. Tetapi pada hari pertama kami berada di sana, ternyata ada kegiatan lingkungan atau yang akrab mereka sapa, sembahyangan. Dan sembahyangan malam itu adalah misa arwah. Wow.



Hewan-hewan-hewan…

Namanya di desa, udara masih seger, lingkungan masih ijo. Banyak hewan2 yang tak pernah dijumpai sebelumnya. Waktu lagi nyuci di dapur, ada keong putih, gede. Trus ada binatang yang kita ga tahu namanya apa, karena emang baru pertama kali liat. Kayak ulat bulu, tapi nemplok di dinding. Trus, entok, bebek yang bener2 bisa baris. Dan ada satu kejadian lucu.

Suatu malam, saya belum tidur karena bingung memilih nama krisma, Francisca atau Theresia ya? Akhirnya ga bisa tidur. Lalu ada kunjungan dari seekor tawon. Tawonnya seperti kecoa terbang. Otomatis saya takut, ngumpet dibalik selimut yang saya bawa dari rumah. Bunyi desing tawon terdengar jelas. Lalu saya mulai berdoa, Tuhan, tolong singkirkan tawon itu, binatang itu menganggu tidur anakMu ini. Tapi ga pergi-pergi. Maka saya teringat akan cerita santo Fransiskus yang berbicara dengan burung, kelinci dan serigala bahkan. Maka, karena akan memakai nama santo Fransiskus, saya mencoba apa yang ia lakukan.

Saya mencoba mengusir tawon itu. Saya berkata dalam hati sambil sedikit mengintip dari balik selimut, “Hai tawon, pergilah, saya mau tidur. Dalam nama Yesus dan atas nama Bapa Fransiskus, pelindung hewan menurut Gereja Katolik, tawon, pergilah. Hus. Hus.”. Well, setelah berkali-kali diucapkan, tiba-tiba, desing suara tawon itu hilang. Saya berkata, “Wuih.. ampuh, man!”. Namun, tak sampai 1 menit kemudian, “Zzzzzingggg…” suara tawon terdengar lagi. “Yah, kayaknya kurang ampuh deh Tuhan...”



Orang Jawa, orang Jawa…
Sewaktu disana, beberapa kali kami pergi keluar. Kami pergi ke rumah teman-teman yang lain, kami pergi ke pasar dan kegiatan lingkungan. Saat bepergian itu, sepanjang jalan naik motor, -disana banyak sekali motor, orang bepergian menggunakan motor-, kami bertemu banyak orang, melewati rumah-rumah orang. Ibu saya memboncengi saya. Sepanjang jalan, ibu sering sekali tersenyum atau bilang “mongo” ke orang-orang yang berjalan disekitar. Lalu saya bertanya, “Bu, kenalan, Bu?” ibu menjawab, ”Tidak.”
Orang jawa itu ramah-ramah, lemah lembut, tukang tersenyum.


Anak-anak badung dan ‘gaib’
Fito dan Faren, kedua adik kecil di rumah itu suka dengan power rangers. Mulai dari kaos, mainan, film, semuanya power rangers dan sejenisnya. Karena bandelnya ga ketolongan, saya juga lama-lama cape maennya. Ketika mereka bermain mengikuti pukulan, tendangan, loncatan power rangers, saya hanya duduk di pojok dan berpura-pura seperti sedang bermain game Street Fighter atau Tekken, haha. Mereka ceritanya pemainnya. Mereka berbicara bahasa Jawa kepada kami. Teman saya muden, tapi saya ngak. Maka, apapun yang mereka tanyakan kepada saya, saya jawab “ya, ya” saja.

Lalu, pada hari jumat malam, Bapak kami menceritakan sejarah kedua anak super badung itu kepada saya dan teman saya. Mereka itu anak yang gaib, Fito, anak kedua, hampir dijadikan tumbal suatu ilmu hitam. Jadi, ceritanya, dulu, tetangga mereka ada yang anak perempuan 2 bulannya mati mendadak. Bapak saya ikut melayat membawa Fito. Sejak saat itu, Fito setiap malam menangis terus selama 100 hari. Sepanjang hari menangis. Suatu ketika, Bapak membawa Fito ke kuburan anak perempuan itu, dan Fito berhenti menangis. Lalu, Faren, anak terkecil. Sewaktu Ibunya hamil, perutnya sering kembang kempis. Jadi ketika pergi kegiatan lingkungan, perutnya kempis, setelah pulang, perutnya besar lagi. Demikian itu terjadi selama 7 bulan awal masa kehamilan, jadi hanya 2 bulan terakhir, Faren, tinggal di perut Ibunya.

Orang desa, memang adat masih kental. Tradisi begitu melekat. Masih banyak kejadian gaib, menyeramkan sejenis santen, guna-guna, ilmu hitam lain yang pernah mereka alami. Bapak menceritakan hal itu kepada kami, namun tak bisa semuanya saya ceritakan disini. Sebagian dari hal-hal aneh tersebut selesai karena ‘bertanya pada orang pintar’ atau paranormal kenalan, karena adat mereka masih percaya akan hal itu. Namun, ada juga yang karena kuasa Kristus. Sewaktu Bapak bercerita tentang Fito yang akan dijadikan tumbal, namun gagal, saya bertanya, “Pak, saat itu, Fito sudah dibaptis belum?”. Jawab Bapak, “Sudah, sudah dari kecil.”. Ya! Saya menyimpulkan, itulah jawaban mengapa tumbal itu gagal terjadi atas Fito, karena ia terlah dijamin, telah dimaterai oleh rahmat pembaptisan dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Oh ya, bahkan saat kami di sana, ada kejadian gaib juga. Ibu kami sejak 4 hari yang lalu selalu pusing kepalanya sejak jam 6 sore sampai jam 12 malam. Akhirnya pusing itu berhenti ketika pada hari Jumat, kami bersama teman-teman dari keluarga lain, bersepuluh beserta keluarga pergi ke Gua Maria Jatiningsih. Dari sana, Bapak berdoa untuk Ibu, dibantu sepasang suami istri, orang tua teman kami yang ‘religius’ dimata mereka. Memang keluarga itu religius. Ada jadwal doanya. Tapi menurut saya mereka bergerak kearah Protestan. Setelah didoakan, kami pulang, dan kata Bapak, Ibu sembuh. Dan ibu bilang kalau ketika sakit kepalanya hilang, ada bau kemenyan di sekitar rumah. Wew. Untung kami tak ada di rumah saat itu.



Gua Maria Jatiningsih
Kami sempat berziarah ke salah satu tempat peziarahan dekat situ, Gua Maria Jatiningsih. Oh ya, ada cerita dari teman-teman yang mengikuti doa Rosario di lingkungannya. Mereka berdoa Rosario dalam bahasa Jawa, “Sembah bahkti Dewi Maria…”. Mereka menyebut Bunda Maria, Dewi Maria dan Yesus disebut, Sri Yesus.

Kami diutus berdua-dua…
Sejak awal, Suster Moekti, suster kepala sekolah, sudah berpesan, katanya, “Kalian diutus…”. Kalau boleh menambahkan, tepatnya, diutus berdua-dua, karena memang tiap rumah ada 2 utusan/anak. Maka, saya terus bertanya kepada Tuhan, Tuhan, saya hanya seminggu disini, apa yang bisa saya perbuat? Sepertinya tak banyak yang bisa saya perbuat untuk keluarga di desa, tetapi saya mendapat banyak dari desa.

Lalu pada hari Sabtu, kami semua dari Jakarta diminta menghadiri misa Krisma. Itulah kesempatan saya ikut misa orang jawa. Yang patut kita acungi jempol adalah cara berpakaian mereka yang benar-benar sopan. Sejak awal, oleh para guru, kami sudah diingatkan untuk membawa pakaian resmi satu pasang untuk menghadiri misa Krisma disana. Anak perempuan tidak ada yang memakai calana panjang ke Gereja, semuanya pakai rok. Bapak-bapak pakai batik, ibu-ibu juga pakai pakaian resmi.

Wah, kebetulan minggu depan saya akan Krisma, jadi di Yogya pengennya liat duluan misa Krisma, tapi karena hampir telat, jadi ga kebagian tempat duduk enak. Ga keliatan deh.


Bye Yogya…

Nah, akhirnya hari perpisahan. Ada sedikit rasa sedih yang kami rasakan. Untuk pulangnya, kami berkumpul di paroki lagi. Bersepuluh, kami diantar bersama. Banyak teman-teman lain yang sangat sedih sampai memeluk ibunya dan mencucurkan air mata. Nangis terisak-isak. Ntah mengapa, saya hanya sedikit berkaca-kaca saja matanya. Tapi saya senang dengan live-in ini, saya sepertinya punya keluarga di desa. Keluarga di desa Margoagung. Yang mungkin tak akan pernah ketemu lagi. Tapi, saya akan ingat selalu, khususnya kepada Gery, kalau suatu saat ia menjadi Romo, saya akan tanyakan apa dia ingat. Haha.

Kalau ditanya, apa ingin tinggal disana? Jawaban saya, ya, saya mau. Saya mau lingkungan alam yan gbegitu sejuk, hijau, enak deh pokoknya. Saya pengen juga punya tetangga-tetangga yang walaupun jarak antar rumah jauh-jauh, tapi saling kenal. Saya juga pengen, kalau di jalan, ketemu orang lalu tersenyum dan orang itu membalas senyuman saya. Saya juga pengen punya lingkungan yang begitu erat persaudaraannya. Ssay ingin membawa serta keluarga saya, rumah saya, ranjang saya, PD saya, untuk tinggal di sana saja.


Francisca Monica,
JCLU

Friday, May 23, 2008

Hot… Hot… So Hot…

My final test has finished. From day to a day, I felt tbhat there’s a feeling that always be around me, it’s the hot feeling.

Here the stories:

Wednesday, 14 May 2008, I went for a Penance after the morning mass. Father Kristo gave it. In the confession box, when I said my sins, I felt a warm feeling flowing from my head to my neck. And as I said my sins more, I became warmer, hotter. So, because I felt it was too hot, I decided to end talking my sin there, I was not concentrate to what I will say, It was really hot!

And when Father Kristo talked for absolution, it was still hot. So, I finished my Penance. I prayed, I thanked God for the amnesty, and the hot feeling stop. Then, I went out from the church, going home, I met Father Kristo, and I asked him whether he felt the hot feeling too. You know what he said? He said had he had turned on the air conditioner inside! Aarrgh!

Next days, during the final test. I sat in a room which has windows facing outside the school and sunlight can enter the room from the window. And I sat right in front of the window! The sunlight stroke me around 8 am until 9 am, and I was burnt there! I was hot. I remember the hot feeling I had in the confession box and I said to God, hope this sun stroke is a way that showed You blessed me in my final test, haha!

And on a day during the final test, the light out. So, it absolutely felt hot, sweat. I remember again the confession experience. And during the days, as the effect of global warming, everybody felt hot. Haha!

In the Old Testament, hot always represents an angry heart. In New Testament, hot or fire represents Holy Spirit. But in baking, hot means fresh.

Sometimes we read, ‘fresh from oven’ label on the bread, and we can believe that it’s fresh from oven with touching it and feel that it’s hot. Hot represents ‘new’ here. So, I believe, the hot feeling in my Penance is a symbol that God renewed me as fresh baked spirit to face the final test with Holy Spirit’ guide. Amen!

I truly believe that this semester’s final test is the most blessed one, with the anointing of Holy Spirit, I believe, I’ll get good enough score, as a tiny worship for Him.

Thanks God

Team's Retreat

Saturday-Sunday, 19-20 April 2008

Though I had to follow the retreat not from the beginning, I got some confirmation how I must serve my Lord.

Honestly, I thought that this retreat must be a great one, all of my serving friends in Prayer Meeting attended it and they all seemed so happy when I arrived there.

So, I try to ask mercy to God for giving me that happiness I had missed. So, I tried to recall why I wanted to serve Him (because that what I thought my other friends got from the previous session I had missed).

So, I recalled, recalled, and recalled, I arrived to a Chapel on the fourth floor in SMA Budi Mulia building, on the last prayer meeting I had in my junior high school.

It was the last meeting, I gathered with my non-Catholic friends in the prayer group, which we had prayed together for 3 years. I was really sad, so sad, that it was the last because I would graduated from the junior high and would move to a new school, which I dreamt since I was in the kindergarten.

I prayed, I wrestled in prayer to God, “God, plis, don’t let this be the last, I don’t want my relation with You ended here. Please send a teacher who will gathered us to pray in my senior high school, please make a group to pray together like this in my senior high school. I don’t want this end here, I don’t want this stop just like this, I want to love You till I’m old, I want to love You till my hair turned white.”

The last sentence was come from the core of my heart. Really. So, go back to the retreat. I remember those sentences, I knew why I was there on that day. I knew.

And through the sessions, I knew more how to serve Him well, I knew the right way and what will happen to me if I serve Him. It’s not easy to serve Him, it need struggle, wew!

And on the night, I got a prophecy from Ika. She said that God said to me to be more patient about my parents and the most shocking is she said that, “Tuhan ingin memakai kamu dengan luar biasa.”

Well, I wanted to laugh but I also believed He will. I had prayed for that. I had prayed since I was in my junior high school that I will not be His ordinary child, but I want to love Him and to be His extra-ordinary child.

Then, I asked for the record from the sessions I left. And I like the session which talked about the saints. Saint… that’s what I wanna be! All saints, didn’t ask for the Holy Spirit’s Gifts, they asked for mercy of God that they could be less and god became larger in them. A scripture-based prayer, haha… because I want to be a saint, I will try those! So, lately, I just asked for humbleness in my heart. Hehe..

Then, I tried the Holy Spirit Gift which often given and needed in a Prayer Meeting, a gift of speaking God’s message, that’s what Paul said for the Corinthians. We divided into groups, we prayed for one of the friends, we took turns.

For some message I got, my friends said it was true, well, halleluiah, thanks God. One thing, I learnt, to hear God’s message for a friend, doesn’t depend on what you feel (I felt so dry and tired and lonely not in the full charge), it depends on God’s mercy, just said what you got or you’ll never know whether it’s true or not.

Well, those just a little experience I got in the team’s retreat .

Thanks God for all.

Monday, March 24, 2008

My first visit to Emergency Room-UGD-unit gawat darurat RS. Husada

In order to fulfill my curiousness how it feels to be a doctor, finally, one of my dreams, to visit the emergency room was come true.

Here the background story…

On Easter, the happiest day, accident happened to my cousin’s family. My cousin wanted to refill their mineral water with replacing the new gallon of water. One of their mistake, they put the water dispenser on the table, so that to replace the gallon, they need to step up on chair and lift the heavy gallon.

My cousin, around 30 something woman, with her braveness and her carelessness, replace the gallon by herself. She always does this; this is not the first time for her. But here is the weakness of human, we can’t predict or decide what will happen next.

On this happy day, she replaced the gallon and she fell down from the chair. The chair was broken into two, and also the water gallon, so water overflew all over the house. And my cousin, fell down and her head knock the floor.

But this story doesn’t end up like this. Suddenly, her husband went downstairs after hearing her horrifying yell (I believe it’s horrifying!). And without knowing that water overflew his house, he ran and brak!! He, my cousin’s husband also fell down, unluckily, the pieces of the broken chair stabbed his leg. It’s on the same position with Jesus’ wound on His leg, really. And the gallon made his back, I mean, part of body near his back and near armpit scared. So, both of them lying on the floor, yelling and crying, with the blood flew and mixed with the water, overflew their house. What a bloody Easter!

Then, thanks God, my grandma came. Thanks God also my grandma doesn’t have heart attack. My grandma came and shocked with the bloody house. And then, a phone call rang to my house, my mom and dad went there quickly and helped them.

The entire true story above happened around 9 o’clock. And then, their little girl just came home after having her Easter Mass at church with her grandma (my aunty) and her baby-sitter. All were shocked. Unfortunately, I wasn’t there to see the bloody house.

After having the traditional help like ‘pijet-pijet’ and some ‘balsem’, my cousin’s husband still couldn’t stand or walk well. Until my uncle came and brought them to the hospital.


UGD, here m0nica comes!

What? Hospital. I beg my mom to let me go to accompany them to the hospital. So, here I came to the Emergency Room of Husada hospital, hua hua hua…!!!

With hard step, my cousin’s husband laid on the bed in UGD room. I accompanied him all along the occasion I was there. I am not too close to him, but I just curious for what the doctors would do.

I look around the UGD, it’s not as terrible as I thought before. There was not any emergency situation at all. Quiet and calm. Weird! But suddenly, there’s a man, I mean ‘abang-abang’ who got traffic accident came lying on bed with bloody leg, yup bloody scenery.


I saw the doctor sewed him

And the terrific scenery didn’t end up just like that. My cousin’s husband leg was going to be sewed, dijahit. And my eyes still opened when the doctor and nurse ‘sewed’ him, haha!

First, he was given the painkilling injection until he didn’t feel hurt. And the doctor started sewing him. I opened my eyes widely. No fear at all.

Here the photos. I took it just for kenang-kenangan my first visit to UGD.


Mighty God, powerless man

After Rontgen check, he’s ok, no serious damage in his bone. But you know what, just in 2 hours, he spent almost 700.000 Rupiah. And more terrible, I saw his face, depressed, hopeless. Well, a healthy man, just in 10 minutes could turn into a powerless man and lying hopelessly on the Emergency Room. That’s one of the weaknesses of human.

And that’s also the mighty of God, not more than 10 minutes, God can let you to be powerless.

From this accident, my family and I were warned to be more careful and surrender to God, because we really powerless and He’s the only mighty. Amen.

That’s my first experience to visit UGD. I love hospital atmosphere. Sometimes I thought I wanted to be a doctor, but I still don’t know, still looking for the right path.

(I’m still looking for God’s clue for my future, doctor or programmer, biology and chemistry or IT and physics, Medicine Faculty of UI or Computer Science of NTU, hospital or Microsoft. Haha… )


Psalms 8: 4-6

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

Sunday, March 16, 2008

Palm Sunday 2008

I have mass in the morning brought by 3 priests as celebrant. I always love Palm Sunday.

Masses which I love in Easter are Palm Sunday and Easter Mass with children. In those Mass, we’ll feel so happy, the atmosphere set are joyful actually.

Along the Holy Week especially, the Holy Days, I will try to write my feelings so next year or couple of years later, I still can memorize it again, haha. And post it in my blog, coz I have a blog, not in my smart laptop only.

Today, I love the perarakan masuk which we wave the palm and sing loudly only in the refrain, “Yeruuu.. salemm.. yeruu… salem…”, well, most of us only can sing in the refrain, and I proud to the part of those who only can sing the refrain, haha.

And also when the priests stain the Holy Water to our palms, all people love to bath, especially in church, so that when we got stained with the Holy Water, a bit of smile we will express.

And in some Masses in Holy Days, we are honored to take part in the readings of the gospel, wow. I will say ‘wow’, we take part in reading the Gospel, that’s great for me. Honoring the Liturgy of Words.

And we really take our part in His Crucifixion, we shout ‘Crucify Him… Crucify Him’, yang artinya, “Salibkan Dia… Salibkan Dia…”, yes, people who crucify Him are us, including me as the biggest sinner.

Well, that’s just a bit of the happiness opening the Holy Week, which I hope this week I could be a holy sinner, haha… let’s see and walk through these days in Holy Week faithfully to God. Amen. +

#01 PD Santa Ursula

Saturday, 15 March 2008

PD Santa Ursula

Finally, after long time, He made what I had dreamt since I enrolled myself to this school; to have a prayer community at my new senior high school comes true.

Mission has just began, on Thursday, 13 March 2008, Sr. Moekti, Devina_Ponchu, Elle, Yanita, Hanny, Herin, Hana, Yemima, VanYo, and me, ten people, gathered at the third floor hall to begin our Persekutuan Doa, wow. (Unfortunately, we forgot to take a photo.)

Technically, it was a bit a mess, but overall, great. We prayed, sang 2 songs (Terima Kasih Tuhan & Bapa yang Kekal), a little game (Apa kabar? Kita bergembira…), and read His Word. And Sister Moekti shared about her calling as a Nun, so did the other friends told about God’s Works in their life.

In the first meeting, I really could feel the joyful atmosphere. So, every time I remember the first PD at my skul, I was happy to think about it.

I really can feel that Sister was also so excited, through her shares and ideas. Deep inside, I know that she doesn’t want the students in this school to be good in academic lesson only, but also spiritually connected with God.

Sister Moekti was very happy so did the others. And through the questioner I gave, 66.67% want to have this PD twice a week.

Noooo.

At first, I felt tired doing this actually, coz I depended on my own power, not God’s power. And I thought that the PD will only gather once a month just for a few students. Jesus, I knew that I couldn’t do it by myself. All are Your works. It’s Your desire to love your children in this school more and more.

And I still don’t know how it will last, but let God do the rest, coz if He wants, it will be. I’m just doing what He said and whatever He said, I want to be ready to do all His commandments.

All, I surrender to You, coz all are Yours. Amen

Waktu sakit and my #5 Way of Cross...

(delayed)

Friday, 7 March 2008


Oooh, daku sakit tuday! Oooh, menderita.

Trus, kamu tau ga, hari ini hari apa?

Hari ini, hari Jumat!

Maka, dengan sakitnya daku, daku batal pantang daging dan puasa. Coz I know that my body need protein from meat.


Jumat Pertama & Libur mujizat yang hancur

Trus, yang paling parah, hari ini bukan Jumat biasa, hari ini, JUMAT PERTAMA bulan Maret, di masa Prapaskah pula!

So, you know what I have missed today? I missed Jalan Salib, Way of Cross, and ADORATION… noooooooooooooo……….!!!!! Super duper terrible…

Hari ini, hari libur mujizat pula, dan libur mujizatku, hanccuuurrrRRz! (di SanUr, libur=mujizat, kata ci Ika, mujizat kuadrat), jadi bisa lebih menghargai satu hari libur, ya, yes, i did it, i can feel it...


Back to God…

Ooooh, Tuhan menghendakimu untuk berristirahat, Monica. Entah apa rencanaNya?

Doa, Firman, komunitas, pelayananku, berjalan normal kog menurutku. But, over all, thanks God!

Ya, mungkin daku sudah terlalu banyak kegiatan fokusku, yaitu: sekolah, PD di skul, PD St. Alfonsus, dan menjadi katekis bagi m0mmy ku. 4 bidang yang kulayani, membuat beban hidup ini terasa begitu banyak. But, God is still with me.


Our Suffering is not as much as what our Lord had done

Tadi, I dikerok by m0m, mungkin masuk angin. You know, di kerok itu, sakitnya RuarR biasa…! And ditengah-tengah kesakitan itu, daku mengambil my phone dan segera membuka image, mencari gambar Jesus yang sedang mao di salib, maka, daku terdiam melihat gambar itu, bahwa apa yang daku rasakan selama dikerok itu sungguh tiada bandingnya, ga ada apa-apanya disbanding satu saja Luka Yesus.


My computerize life, game programmer???

Tentu saja daku ga mao begini, sakit mulu. Pengen sembuh dan besok ke skul. Coz I mao ambil CD The Sims yang ingin ku pinjam dari temanku, blakangan ini, daku seneng maen games. Jadi pengen jadi ‘game progremmer’ nih. Oh ya, I also planned to create a Bible program and one day, I hope that I can make a game rohani. Sounds great!

But, on this ‘sicky’ day, not too bad actually. Dalam keadaan begini (suhu tubuh 37.7° dan denyut nadi ±100/ menit_jam 7 pm= ngukur sendiri manual, agak bakat dan punya sedikit tampang jadi dokter, haha), daku bisa membuat poster untuk outreach PDKM. Yang sperti ini belum pernah ku buat



Menurutku, agak keren, tapi coloringnya masih agak kurang indah. Let’s get on Sunday and have my friends’ comments about it.


My #5 Way of Cross at home

Oh ya, tadi, daku doa Jalan Salib di rumah, with my m0m, great! Haha. I’m kind of people who hard to forget very special moment like this! I missed my #5 Way of Cross! In the beginning of Lent, I promise to myself that I will attend all the Way of Cross prayer at church, like what I did last year, full 7 W.O.C.s.

Well, memang, dalam 4 WoC sebelumnya, daku selalu datang tidak dengan keadaan sehat, dan akhirnya, soldier Tuhan ini, tumbang di minggu yang ke 5, ya, diizinkan Tuhan terjadi, maka terjadilah demikian…

Well, there’s something funny during the WoC at home with my m0m. in the perhentian X, there’re word: ‘martabat’, but my m0m read it: ‘martabak’, hahahahaha!!! I laughed spontaneously in prayer. Oh, I feel sorry, I regret it.

You know, what, I set my room like in the church, I put my blanket on the floor for us to kneel and I put my study table facing the Cross. Well, that’s great

My prayer

Lord, plis heal me, I wanna go to the church tomorrow, I wanna join my frens at syafaat next Sunday, I wanna give comments to Julia’s job as WL, I wanna go to school tomorrow, I wanna study programming and flash.

Heal me oh, Lord...

I really sad that I have to spend this Friday, just lying on my bed like this. I didn’t go to Your Church. (but thanks God, I didn’t go to church tadi, becoz after the WoC prayer at home, I sick again. If I went to church, my dad would have coet2 on me more, hoho, thanks God)


Amen

JCLU

Friday, March 7, 2008

Photo-photo

Dear all,

here are some photos of PD team:


retreat SHB August 2007



Team PD lama
(daku ga termasuk sih...)



Kunjungan ke panti asuhan Pondok Damai
(ternyata Panti Asuhan Ursulin, ada SERVIAM nya, haha)



masih banyak
kalo di upload smua
ga akan cukup menampung
ke-narcis-an manusia

JCLU

Friday, February 29, 2008

Joy of Christmas
(Tugas Bina Iman ku....)

Pengalaman menarikku selama liburan akhir tahun 2007 dan liburan awal tahun yang singkat

Joy of Christmas

Natal sudah berakhir, tapi rasanya saya belum mau beranjak dari pesta Natal. Ada suatu kegembiraan yang pasti dianugerahkan Bayi Kudus pada hari itu. Salah satu kegiatan menarik saat liburan yaitu hari-hari sekitar Natal.

Tanggal 24 Desember 2007, tidak seperti natal sebelumnya. Ini Natal terbaik selama ini. Sebenarnya tidak indah-indah amat, tapi setidaknya, sesuatu yang berbeda yang saya lakukan. Acara malam Natal, tentu saja Perayaan Ekaristi yang amat saya sukai dan acara bersama teman-teman PDKM.

Saya mengikuti Misa Natal pertama di Paroki saya, Paroki Santo Alfonsus Rodriguez, Pademangan, dimulai pukul 18.00. Tahun ini saya pergi bersama Mama saya. Kalau tahun-tahun lalu mungkin pergi bersama teman-teman atau bahkan sendiri. Mama belum Katolik, tapi lebih dari setengah tahun belakangan ini, saya ajak ke Gereja, ikut misa, dan sekarang sedang mendaftar untuk katekumen periode Paskah 2009, thanks God. Saya pergi pukul 17.30, setibanya di gereja, tempat sudah penuh, singkat cerita, dengan penuh perjuangan, Mama dan saya duduk dibawah tenda tambahan, dikursi plastik. Walau tidak nyaman, banyak nyamuk dan berisik, saya yakin tempat itu jauh jauh lebih baik daripada tempat Yesus lahir dulu.

Singkat cerita, Perayaan Ekaristi pun dimulai. Misa dipimpin ketiga Pastor yang ada di Paroki saya. Homilinya diisi oleh Romo Kristophorus Bala,SVD., pembimbing PDKM kami yang tercinta, yang sudah sangat amat akrab dengan kami, dan sudah sering kami iseng-in. Homilinya? Saya lupa. Yang pasti bagus. Setelah Misa, ada ritual yang biasa saya lakukan, yaitu mencari teman-teman dan mampir dan mengucapkan salam singkat yang manis untuk Bunda Maria. Kemudian saya pulang dan menanti waktu untuk acara selanjutnya.

Yang membuat malam Natal ini berbeda dari sebelumnya adalah acara malam Natal bersama teman-teman tim PDKM. Beberapa hari yang lalu tim PD ini baru saja dilantik, dan saya termasuk didalamnya. Saya masih tidak tahu benar apa rasanya ambil bagian dalam pelayanan sesungguhnya untuk Tuhan, tapi mungkin ini salah satu cara untuk menyenangkanNya.

Kami berkumpul pukul 22.00 di markas besar tim PD, atau yang lebih sederhananya disebut rumah salah seorang teman yang sering dijadikan tempat berkumpul. Teman-teman lain sudah mempersiapkan makanan, ada Pizza Hut, bakmi Ayung depan gereja (langganan kami bersama), serta koktail. Sebelum acara makan-makan, kami berdoa syafaat dulu dan dilanjutkan dengan sharing atau pengajaran dari Ketua PD. Doa syafaatnya seperti biasa, ala Karismatik, pujian dan penyembahan, serta doa-doa permohonan, dipimpin oleh ketua PD kami. Malam itu saya merasakan cinta Tuhan yang mendalam dan makna Natal itu sendiri, yaitu kelahiran dan kehadiranNya didalam hati kita.

Sebelum sesi makan-makan, ketua PD sharing dulu. Sharingnya cukup panjang sehingga tidak mungkin saya tulis di sini, tetapi intinya ‘Make Your Life Meaningful’. Carilah tempat dan pekerjaan dimana hidupmu bisa berarti untuk orang lain dengan menggunakan apa yang Tuhan berikan padamu. Dan yang ditunggu-tunggu, adalah sesi tukar kado. Saya membawa kado sebuah salib untuk diletakkan dimeja yang sudah dibungkus amat rapi dan ‘vakum’ oleh Papa saya. Berlapis-lapis dan menimbulkan banyak sampah saat dibuka kembali. Semua orang penasaran kado dari siapa itu, kurang kerjaan sekali, tapi saya diam. Saya menerima kado sebuah salib juga, entah dari siapa.

Dan setelah foto-foto dan main-main sebentar, pada pukul 01.30 tengah malam, saya pulang duluan. Papa sudah menjemput. Saya adalah yang termuda diantara mereka, hanya saya yang masih bersekolah, yang lain sudah kuliah dan kerja, jadi mereka sudah maklum kalau saya harus segera pulang. Mereka itu sudah seperti kakak-kakak saya yang baik. Dalam tim ini, saya seperti Rasul Yohanes yang paling muda, tetapi paling dikasihi Yesus, haha!

Acara malam Natal ini memulai kegembiraan Natal yang penuh sukacita dan kegembiraan Natal ini menghapus semua kesedihan sebelumnya yang disebabkan oleh berbagai pergumulan hidup dan nilai raport yang kurang memuaskan. Setelah pulang, saya bersiap-siap tidur, dan tak lupa berdoa. Lalu saya hanya tidur kurang lebih 4 jam.

Saya dibangunkan oleh malaikat pelindung saya dan alarm handphone saya sekitar jam 6. Saya segera bersiap-siap karena saya ingin ikut misa anak-anak lagi jam 7.30 pagi keesokkan harinya. Pergi sendiri tentunya, teman-teman PD tak terlihat pagi itu. Berdasarkan pengalaman kemarin malam, saya datang ke gereja jam 7 kurang. Ternyata gereja masih sepi. Saya rela bangun pagi lagi hanya untuk mengikuti misa anak-anak. Saya amat menyukai misa anak-anak, karena dulu, saat saya masih kecil saya tidak pernah ikut misa anak-anak. Saya dibaptis kelas 2 SMP. Dan dalam misa anak-anak biasanya pasti ada sesuatu yang menarik dan mengejutkan. Dan bukankah Yesus sendiri mengajarkan untuk datang kepada-Nya seperti anak-anak? Maka kadang-kadang kita perlu mengamat-amati seperti apa anak kecil itu.

Setelah misa selama 3 jam yang dipenuhi berisik oleh keributan mulut anak-anak yang bawel, saya melakukan ritual saya. Dan memang tidak ada teman-teman yang hadir pagi itu. Tapi ada Romo Kristo yang bisa disalami dan beberapa guru Bina Iman Anak yang saya kenal. Saya bergabung dengan mereka dan mengucapkan ‘Merry Christmas’ dan ternyata ada sesi foto-foto singkat. Seorang teman, guru Bina Iman Anak memperkenalkan saya kepada seorang teman lain yang katanya mukanya agak mirip dengan saya. Padahal menurut saya tidak. Bahkan Romo pun ikut-ikutan membanding-bandingkan saya dengan anak yang mirip dengan saya itu. Dan saya ditangkap untuk berfoto-foto dengan mereka. Aneh, tidak disangka, tapi seru juga, ya seru kalau diingat-ingat, hahaha!

Dan karena tidak ada kerjaan yang berarti, untuk mengisi Natal, saya pergi ke gereja lagi pada sore harinya. Sesuai pengalaman kemarin sore, tempat duduk gereja yang cepat penuh, maka saya berencana datang 1.5 jam sebelum misa dimulai. Cuaca sudah agak mendung. Saya pergi bersama Mama dengan berjalan kaki, karena Gereja Santo Alfonsus itu tidak jauh dari rumah saya. Saya lebih senang jalan kaki ke gereja. Sejak awal, Mama sudah bilang kalau tidak perlu pagi-pagi pergi ke gereja, tapi saya tidak terlalu peduli. Maka sampailah kami di gereja tercinta, dan terkejutlah kami, dan saya menjadi sedikit atau mungkin sangat malu dalam hati. Karena gedung gereja masih tutup! (gubraks, hahaha…!) Hanya ada satpam dan katanya bahkan koster gereja pun belum datang, haha. Maka kami pulang lagi. Lalu setengah jam sebelum Misa, saya kembali ke gereja dengan cuaca yang sudah turun hujan deras sehingga harus naik becak. Dan pada malam itu, gereja sepi sekali, seperti misa pagi harian. Apa yang terjadi? Mengapa orang-orang malah tidak ke gereja pada hari Natal? Saya kira itu akan menjadi perayaan paling sukacita, tapi kebanyakkan orang memiliki pikiran yang berbeda dari saya. Saya sedih melihat gereja yang sepi pada hari Natal, dan ramai di mal . Saya tidak tahu apa yang Bayi Kudus rasakan dengan situasi itu. Saya sampai bertanya-tanya ke beberapa teman apa ada yang salah dengan saya yang berpikiran demikian? Orang-orang hanya ‘ikut-ikutan’ meramaikan malam Natal, dan mereka pikir itu sudah berakhir, huh! Tidak bagi saya.

Dalam kegembiraan Natal, saya menanti Tahun baru, hari-hari menuju tahun baru hanya diisi dengan misa pagi yang menyenangkan. Dan sambil membuat resolusi-resolusi dan refleksi dan revolusi. Bagi saya tahun 2008 adalah tahun kebangkitan, Bangkit! Ya, itu yang Tuhan dan saya inginkan. Tidak hanya saya yang ingin lebih maju dan lebih baik ditahun depan, Tuhan juga ingin saya bangkit. Dengan kegembiraan Natal, Ia menghibur saya dengan penuh sukacita dengan mengingatkan kembali akan Kelahiran Penebus.

Begitulah pengalaman menarik yang dapat saya ceritakan untuk tugas Bina Iman. Semoga Tuhan menjamah dan memberkati Frater yang membaca sehingga dapat memberi tugas ini nilai yang baik, karena begitulah keinginan Tuhan yang ingin melihat anak-anakNya senang dengan mendapat nilai bagus, haha! Tak lupa, dalam kesempatan Natal dan Tahun Baru ini, saya dan mewakili teman-teman IPA 2, mengucapkan terima kasih dan maaf atas semua kesalahan yang menyakiti hati Frater.

‘Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.’, Roma 12:11.

Merry Christmas and Happy New Year 2008,

JC LU,

m0nJC,

diselesaikan pada 130108,

Pada Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus.

Sunday, February 17, 2008

Another side of me...

Don't be afraid.....
this just another 'crazy' side of me..

peace
JCLU


==>a bit stress




==>at Karmel

Sunday, February 3, 2008

H.U.M.B.L.E. by St. Josemaria Escriva (Opus Dei Founder)

17 BUKTI AKAN KURANGNYA KERENDAHAN HATI
oleh St. Josemaria Escriva


1. Berpikir bahwa apa yang dikatakan atau dilakukan lebih baik dari apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain.
2. Selalu ingin menuruti kemauan sendiri.
3. Berdebat dengan keras kepala dan dengan sikap yang kurang baik tanpa peduli benar atau salah.
4. Menyatakan pendapat ketika tidak diminta.
5. Memandang rendah pendapat orang lain.
6. Tidak menganggap bakat-bakat serta kemampuan diri sebagai pinjaman dari Tuhan.
7. Tidak menyadari bahwa diri sendiri tidak layak atas segala penghargaan dan pujian, bahkan tidak atas bumi tempatnya berpijak dan atas barang-barang yang dimiliki.
8. Membicarakan diri sendiri sebagai contoh dalam percakapan-percakapan.
9. Berbicara buruk tentang diri sendiri sehingga orang lain kagum atau menyanggah dengan pujian.
10. Membela diri apabila ditegur.
11. Menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang memalukan dari pembimbing rohani, sehingga kesan baiknya terhadapmu tidak berkurang.
12. Senang menerima pujian dan penghargaan.
13. Sedih karena orang lain lebih dihargai.
14. Menolak melakukan pekerjaan-pekerjaan remeh.
15. Berusaha menonjolkan diri.
16. Mempercakapkan kejujuran, kecerdasan, kecakapan atau gengsi jabatan diri sendiri.
17. Merasa malu atas kekurangan diri sendiri.

Saturday, February 2, 2008

Pope Ben XVI

Paus Benediktus XVI
ringkasan pljran b.i. waktu kelas atu...


Pada tanggal 19 April 2005, umat Katolik memiliki pemimpin gerejanya yang baru setelah Paus Yohanes Paulus II meninggal pada tanggal 2 April 2005. Beliau adalah Paus ke-265, dan Paus yang ke delapan yang berasal dari Jerman dan juga Paus tertua yang pernah terpilih, yaitu pada usia 78 tahun.

Beliau dilahirkan pada tanggal 16 April 1927 di Maktl am Inn, Bayern, Jerman. Dilahirkan dengan nama Joseph Alois Ratzinger oleh pasangan Katolik yang saleh. Ayahnya, Joseph Ratzinger adalah seorang polisi Negara yang anti Nazi dan Ibunya, Maria Riger. Beliau adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dengan seorang kakak laki-laki, Georg Ratzinger dan seorang kakak perempuan, Maria Ratzinger. Beliau lahir pada hari Jumat Agung dan keesokkan harinya dibaptis, yaitu pada Malam Paskah. Beliau amat mensyukuri hal tersebut.

Pada masa itu Nazi yang berusaha menguasai semua orang Katolik, oleh sebab itu keluarga Ratzinger hidup berpindah-pindah. Dari Auschau am Inn, di kaki pegunungan Alpen dari tahun 1932 sampai 1937, lalu pindah ke Hufschlag, di pinggiran kota Traunstein, Jerman. Bapa Suci Paus Benediktus XVI ini menguasai sepuluh bahasa. Ia adalah seorang pianis ulung, khusunya dalam karya-karya Mozart dan Beethoven.
Sejak kecil, cita-cita Joseph Ratzinger hanyalah menjadi seorang imam dan bahkan menjadi seorang uskup. Oleh sebab itu, pada tahun 1939, Joseph masuk ke seminari di Traunstein. Tetapi ketika Ia berusia 14 tahun, sesuai ketentuan wajib militer, ia bergabung dengan Pemuda Hitler. Tetapi Joseph dan teman-teman seminari lainnya sama sekali tidak tertarik dan sering melarikan diri dari pertemuan-pertemuan Nazi.

Bahaya maut mengancamnya pada hari menjelang kekalahan Jerman. Ia memberanikan diri mengambil kesempatan dalam kekacauan perang untuk pulang ke rumah. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk menghindari tembakan dan serangan tentara di setiap persimpangan jalan. Ia berhasil pulang ke rumah, namun diikuti oleh 2 perwira Nazi. Namun oleh perlindungan Allah Bapa yang Mahabaik, ia berhasil lolos. Kedua perwira Nazi itu hilang begitu saja. Sementara, banyak temannya yang tertangkap dan mati digantung. Pada akhirnya, ia pulang.

Lalu pada bulan Januari 1949, bersama dengan kakaknya, Joseph kembali melanjutkan pendidikan seminarinya di keuskupan Munich. Wajib militer dan peperangan membuat mereka harus mengejar ketertinggalan mereka yang bertahun-tahun tertinggal. Mereka bertujuan untuk melayani Kristus dalam gereja untuk membangun dunia yang lebih baik.

Dengan penuh iman Bapa Suci berkata, “Tak seorang pun dari antara kami yang ragu bahwa Gereja merupakan pilihan yang tepat bagi kami. Kendati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam menghadapi serangan gencaran Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan lain dalam masyarakat, gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya. Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami sendiri. Tetapi kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab dibangun di atas batu karang.”
Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan menjadi imam di Katedral Freising. Pastor Ratzinger mulai mengajar, dan belajar filsfat dan teologi. Empat tahun kemudian, ia menjadi dosen dan mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi di Freising lalu pindah ke Bonn, Munster, Tubinga dari tahun 1953 sampai dengan 1969. Kemudian, Pastor Ratzinger menjadi professor teologi dogmatik dan sejarah dogma serta Wakil Rektor di Universitas Regensburg.

Pada usia 35 tahun, beliau menjadi penasihat ahli teologi dalam Konsili Vatikan II. Beliau mengarang banyak buku, karya terbaiknya adalah “Pengantar Agama Kristen” yang berisi kumpulan pelajaran kuliah tentang pengakuan iman apostolik, serta karya ”Dogma dan Wahyu”, kumpulan khotbah dan renungan.

Pada tanggal 27 Mei 1977, beliau ditahbiskan sebagai Uskup Agung Munich dan Freising. Lalu pada tanggal 27 Juni, Paus Paulus, mengangkatnya sebagai Kardinal. Pada tanggal 25 November 1981, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai Prefek Kongregrasi untuk ajaran iman serta sebagai Presiden Komisi Kitab Suci dan Komisi Teologi Internasional Kepausan.

Pada tanggal 6 November 1998, Kardinal Ratzinger dipilih sebagai Sub-dekan Dewan Kardinal dan pada tanggal 30 November 2002, Paus Yohanes Paulus II mengesahkan pemilihannya sebagai Dekan Dewan Kardinal. Beliau juga adalah Presiden Komisi bagi Persiapan Katekismus Gereja Katolik.

Dengan beberapa peranan penting diatas, dapat kita simpulkan bahwa Kardinal Ratzinger adalah seorang yang paling berpengaruh dan dihormati di Vatikan sebelum menjadi Paus akhirnya. Beliau adalah tangan kanan Paus Yohanes Paulus II dan memimpin pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005.

Padahal berulangkali beliau sempat ingin mengundurkan diri ke suatu desa di Bavaria dan menghabiskan sisa hidupnya dengan menulis. Namun demikian, beliau juga berkata bahwa beliau siap menerima segala beban tanggung jawab yang diletakkan Tuhan diatas bahunya.

Setelah Bapa Suci Yohanes Paulus II wafat, diadakan pemilihan Paus baru. Pemilihan Joseph Ratzinger sebagai Paus baru sudah dapat ditebak oleh para pejabat Vatikan. Pemilihan Paus baru (konklaf) tersebut dilakukan dengan mengumpulkan 115 Kardinal. Dibuka dengan Misa Kudus dan renungan. Pada siang hari, mereka berkumpul di Kapel Pauline, berdoa memohon bimbingan Roh Kudus, lalu pergi menuju Kapel Sistina untuk melaksanakan pemungutan suara.

Pemungutan pada pagi hari dan siang hari. Selama pemilihan, para Kardinal yang memilih dibiarkan sendiri. Untuk mendapatkan seorang Paus baru, harus mencapai 2/3 dari seluruh perolehan suara. Kertas suara dikumpulkan di atas altar di Kapel Sistina di dalam suatu wadah tertutup. Sebelum memasukkan kertas, dihadapan altar, Kardinal mengucapkan sumpah.

Setelah semua kertas suara terkumpul, wadah dikocok, kemudian dihitung sesuai jumlah semula. Kertas suara dibacakan oleh Kardinal yang ditetapkan untuk memantau jalannya pemungutan suara. Dengan tiga orang saksi, kertas suara yang sudah dibaca dijalin dalam satu benang menjadi suatu rangkaian.

Setelah suara dijumlahkan, pemeriksaan ulang dilakukan. Jika terjadi kecacatan pada surat suara selama pemungutan suara ini, semua dokumen pemungutan suara dibakar dan dilakukan pemungutan suara ulang setelah doa dan renungan selama satu hari. Setelah Paus baru terpilih secara sah, semua kertas suara dibakar. Pemilihan Paus ke-265 ini hanya dilakukan satu kali pemungutan suara, lalu diumumkan Paus baru tersebut kepada umat.

Ribuan orang menunggu pengumuman terpilihnya Paus baru, yang biasanya ditunjukkan dengan asap putih yang membumbung di udara dari cerobong asap Gereja Santo Petrus. Tak lama, Kardinal Medina keluar dan mengumumkan Paus baru telah terpilih, yaitu Kardinal Joseph Ratzinger dengan nama Benediktus XVI. Pelataran Basilika Santo Petrus gaduh dan tepuk tangan beserta bendera hitam-merah-kuning yang berkibar diantara umat. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Paus Benediktus XVI dan pengucapan berkat.

Pada tanggal 24 April 2005, umat kembali berkumpul untuk menghadiri Perayaan Ekaristi perdana Bapa Suci Benediktus XVI serta penyematan pallium penggembalaan, yang bermakna tanggung jawab penggembalaan dan cincin, melambangkan penjala manusia demi keselamatan.

Seperti yang kita ketahui, setiap Paus memiliki nama resmi tersendiri dan bebas memilih sendiri. Paus ke 265 umat Katolik memilih nama Benediktus XVI. Beliau memilih Santo Benediktus sebagai pelindungnya dengan beberapa alasan yang cukup menarik, logis, dan memiliki tujuan khusus.

Paus Benediktus sebelumnya, Paus Benediktus XV adalah seorang Paus yang dikenal melakukan banyak hal untuk perdamaian dunia. Pada zaman sekarang ini, perdamaian dunia-lah yang sedang gencar-gencarnya dipertahankan dan dikembangkan oleh pemimpin-pemimpin negara, maupun agama di dunia.

Ada pula yang mengatakan Paus Benediktus XVI memilih nama ini karena Santo Benediktus adalah Santo pelindung Eropa dan mendirikan Ordo Benediktin dan dihormati oleh umat Katolik karena melestarikan peradaban Kristiani dalam abad pertengahan. Agar Eropa tidak kehilangan warisan Kristiani mereka.

Melihat Paus Benediktus XV yang masa jabatannya singkat, Bapa Suci sadar betul bahwa masa pontifikatnya tidak akan berlangsung lama, mengingat usia dan kesehatannya, ia sempat mengalami pendarahan otak pada tahun 1991. Sementara itu banyak yang masih harus dilakukan.

Bapa Suci Benediktus XVI adalah orang yang terkenal dengan pemikiran konservatif dan dogmatis. Berbagai rumor sempat terdengar. Beberapa orang kurang setuju atas pemilihan beliau sebagai Paus. Bapa Suci yang sebelumnya hanya bekerja dibalik layar, sekarang harus berhadapan langsung dengan realitas dan permasalahan umat yang beragam di dunia. Namun, para Kardinal yang dulu memilih beliau tentu sudah tahu benar bagaimana jalan pemikiran dan pandangan Bapa Suci, yang konsevatif dan dogmatis itu.

Kepemimpinan Paus Benediktus XVI ini, tentu tak lepas dari beberapa tantangan. Bapa Suci yang berpandangan konsevatif harus menghadapi kenyataan, bahwa Gereja Katolik sudah menjadi sekular dan liberal. Paus Benediktus juga dihadapkan dengan masalah homoseksualitas, skandal seks, AIDS, aborsi, politik, dan pengeksploitasian terhadap binatang.

Berbagai kontroversi sebelum menjadi Paus pernah ia lakukan, yaitu penerbitan deklarsi Dominus Iesus yang menghebohkan, yang menolak paham pluralisme agama dan menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan, lalu penolakkan pemberian komuni kudus kepada beberapa politikus Amerika Serikat yang dianggap bekerja sama dengan kejahatan, serta pertentangan terhadap komunisme dan sikap tidak menghormati Gereja Anglikan, Lutheran, dan Protestan.

Beliau di tahun 1960-an, dikenal sebagai teolog yang liberal. Tetapi marxisme yang berkembang pesat pada zaman itu dan banyaknya umat yang keluar dari ajaran Gereja Katolik, mengubahnya menjadi teolog yang konservatif.

Akan tetapi, konservatisme yang dimiliki oleh Paus Benediktus XVI, adalah suatu pernyataan dan peneguhan iman di tengah dunia yang diserang oleh ateisme, sekularisme, dan relativisme. Dibawah penggembalaan Paus yang murah senyum ini, Gereja Katolik diajak untuk mencari kembali asal ajaran dan tradisinya. Paus sendiri belakangan sering melakukan dialog antar agama-agama lain.

Terdapat beberapa perbedaan dalam kepemimpinan dibandingkan dengan Paus sebelumnya. Bapa Suci Yohanes Paulus II adalah seorang filsuf yang mudah berspekulasi, tetapi Bapa Suci Benediktus XVI adalah teolog yang dengan keras kepala membela ajaran-ajaran dan penghayatan iman. Namun keduanya tak jauh berbeda. Tentu saja, ia sudah menjadi tangan kanannya selama 23 tahun dengan kesamaan tugas dan permasalahan yang dihadapi.

Dibawah pimpinan nahkoda baru, hendak dibawa kemanakah bahtera Gereja katolik ini? Bagaimana Paus Benediktus XVI akan mengembangkan keyakinan Gereja Katolik dan membuat dunia yang lebih baik, masih harus dibuktikan. Masih banyak yang harus ia lakukan untuk menggembalakan umatnya untuk mendekat kepada Tuhan sebagai wakil Kristus.



untuk Pope JP2 menyusul beberapa bulan atau tahun lagi...
JCLU

SanPadrePio::.. quotezZ

Lebih mudah dunia tanpa cahaya matahari, daripada tanpa Misa Kudus.
(Arsip Padre Pio)


Engkau hendaknya hanya minta satu hal saja kepada Allah: mencintai-Nya. Sisanya adalah ucapan syukur.
(Surat kepada Padre Benedetto, 20 November 1921)


Jika engkau bisa bercakap-cakap dengan Allah, bercakaplah dengan-Nya, pujilah nama-Nya. Jika engkau tidak bisa berdoa karena kelelahan, janganlah khawatir. Ketika anda berbicara kepada Allah, masuklah kamarmu dan kuncilah, dan seperti seorang pengawal raja, sambutlah Dia. Dia akan melihatmu dan merasa senang dengan kehadiranmu. Kemudian pada kesempatan lain, Dia akan menghiburmu dengan membimbing tanganmu, berbicara kepadamu, dan berjalan bersamamu sepanjang jalan di taman doa-Nya.
(Kutipan Pencerahan)


Engkau sedang belajar menilai, memahami, merasakan, serta menyentuh kasih yang telah kauperoleh dari Allah. tetapi, Saudariku, engkau harus menerima dan percaya, bahwa semakin jiwamu mencintai Allah, semakin kurang ia merasakan cinta itu.
(Surat kepada Raffaelina Cerase, 19 Mei 1914)

JCLU