Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Wednesday, October 21, 2009

18 means…

18 means older…

18 means work harder…

18 means study harder…

18 means holier… : D

18 means calmer…

18 means nu life style…

18 means hangout more…

18 means driving alone…

18 means no more procrastinating…

18 means semangat!

18 means kuliah…

18 means discerning for vocation…

18 means praying for future husband…

18 means Franciscan or Carmelite???

18 means going to Lembah Karmel again!

18 means Camping Rohani Tumpang, Malang… arrgghh!!!

18 means blogging more… haha…

18 means humble.

18 means SERVIAM – I serve-

18 means better handwriting… lol

18 means dig my creativity

18 means thinking…

18 means a badminton expert!!! Gyahaha…

18 means computerized…

18 means happy J

18 means keep obedience

18 means Theology of the Body… haha… apaan seeh???

18 means less evil… hihi…

18 means I love sheep!

18 means ‘winning 1 more soul for Jesus’

18 means Java programmer… It’s a must!

18 means a php web programmer…

18 means rubik’s cube speed solver… huahuahua!

18 means saving for JMJ 2011!!!

18 means earn money.

18 means smart.

18 means a Rosary prayer…

18 means faith, love and hope…

18 means ‘I wanna be a saint if I die this year’

18 means lebih sabar… sabar…

18 means m0nJC

18 means myself

18 means coding… coding… coding…

18 means umur berkurang 1…

18 means lebih dekat ke Surga… haha…

18 means Colossian 3:23

18 means an Eucharistic life…

18 means 1 day still 24 hours, I hope for more!

18 means problems still occur…

18 means life goes on…

18 means PDKM St. Alfonsus!

18 means jalanin program kerja sie DOA… haha…

18 means be a good friend…

18 means kangen St. Ursula…

18 means keep dreaming!

18 means “Preach the Gospel always, use words if necessary.” St. Francis Assisi

18 means sing: ‘dalamnya kasihMu, Bapa….. terlebih dari sgalanya…’

18 means love

18 means after 17

18 means before 19

18 means lalalalala……

18 means wise…

18 means be serious! Be serious!

18 means ‘object oriented programming’

18 means ‘Jesus oriented life’

18 means ‘John Paul II, please pray for me’

18 means cooking more!

18 means tidy

18 means monicaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!

18 means having the heart of a saint.

18 means pure heart, pure mind

18 means time to give not just receiving…

18 means maturing…

Monday, October 19, 2009

Addicted

Hari Minggu besok, kamu harus menghadiri event besar dari tempat kerjamu dari pagi hingga malam. Sehingga tak memungkinkanmu untuk ke gereja hari itu. Maka, kesempatan Ekaristi hanya pada sabtu sore. Tetapi hari sabtu sore, ada Praise and Worship. Wah… gimana ya?

Kalo ikut PW, berarti ga bisa Misa.

Kalo Misa, berarti ga bisa ikut PW. Gila, tuh PW pasti seru banget! Khusus anak muda, dibawakan oleh band rohani yang lagi naik daun. Trus, jarang-jarang, kapan lagi ikut acara beginian? Mungkin diadakan seumur hidup sekali! Tiketnya dah beli, mahal! Hm…

Gimana nih, pilih mana…?


PD vs MISA

Dulu saya hidup hanya menunggu hari rabu, yaitu untuk PD. Saya berpikir, saya hanya dapat menjalin relasi dengan Tuhan lewat PD. Ternyata saya salah besar!

Dalam PD kita merasakan hadirat Tuhan. Kita merasakan jamahan-Nya, merasakan sapaan-Nya. setiap hati yang berbeban berat Ia angkat, yang terluka Ia sembuhkan.

Tetapi ada suatu waktu dimana kita tidak lagi hanya bertemu dan merasakan hadirat-Nya, tetapi kita bisa bersatu dengannya. Hati kita tidak lagi dijamah oleh-Nya, tetapi hati kita bisa melebur, bersatu dengan hati-Nya, yaitu hanya didapat dalam Ekaristi saja.

Apa yang akan terjadi bila seorang anak kecil hanya makan vitamin saja, tapi tidak makan nasi dan lauk pauk? Pagi makan vitamin, siang makan vitamin, malam makan vitamin saja. Apakah anak itu bertumbuh dengan normal? Tidak bukan? Begitu juga dengan jiwa kita. Jiwa kita memerlukan makanan sejati untuk bertumbuh, makanan pelengkap saja tidak cukup. Ekaristi merupakan makanan (santapan) utama jiwa kita. Ekaristi itu seperti oksigen yang kita butuhkan, dan tanpa itu kita tidak bisa hidup.


Jesus, our Eucharistic Love

Ada sepasang kekasih, sang pria suatu hari mendapat tugas dan ia harus pergi untuk waktu yang lama sekali. Ia memberi suatu cincin mahal sebagai tanda janji untuk kekasihnya, bahwa ia akan kembali untuk menikahinya.

Setelah pria itu pergi, si perempuan melihat cincin pemberiannya. Ketika ia teringat akan sang pria, ia melihat dan mengelus cincin itu. Terkadang ia berpikir dan membayangkan kekasihnya, apa yang sedang ia lakukan ya? Apakah ia masih ingat padaku? Jangan-jangan ia memiliki perempuan lain disana. Namun, ketika ia melihat cincin itu, ia terhibur dapat terus berharap dan percaya bahwa sang pria akan kembali.

Tuhan Yesus mendahului kita ke Surga untuk mempersiapkan tempat bagi kita, Dia tidak sepenuhnya meninggalkan kita, karena sewaktu Yesus naik ke Surga, Dia telah bersabda kepada murid-murid Nya “Aku senantiasa menyertai kalian sampai kepada akhir zaman” Ia menjanjikan kepada kita Roh Kudus setelah Ia bangkit dan Ia memberikan dengan rela Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi. Tuhan tidak membiarkan kita berjalan dalam ketidakjelasan, kebingungan, kelaparan maupun kehausan akan cinta-Nya. Ia bersabda, Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi (Yohanes 6:35) Tetapi Dia memberikan Roti Hidup yang mana didalamnya kita peroleh kekuatan untuk menjalani perjalanan hidup kita di dunia ini.


Eucharist: Being Small

Tetapi kenyataannya, kalau di Misa, rasanya ngantuk deh. Tapi kalo PD, ngak ngantuk, malah bisa merasakan hadirat Tuhan. Dulu saya juga tidak mengerti rahasia dibalik Ekaristi tersebut. Misa, ya rasanya begitu saja. Tetapi kemudian, saya belajar mencoba menggali makna Ekaristi itu. Saya berusaha datang Misa ga lagi untuk rutinitas atau kewajiban belaka. Tetapi saya datang dengan kerinduan, ingin bertemu Tuhan. Saya ga lagi memikirkan yang lain-lain selain Perayaan Ekaristi itu. Saya berusaha fokus dan menaruh sikap hormat pada Perayaan Ekaristi.

Tuhan hadir dalam bentuk hosti kecil, yang nampak ga berarti. Ia telah merendahkan Diri-Nya yang mahabesar dan hadir dalam roti kecil yang dapat kita lihat, pegang dan makan. Begitu pula kita harus datang dalam Ekaristi, yaitu dengan hati yang rendah dan memohon cinta-Nya. Dan percayalah bahwa Tuhan hadir dan Ia menunggumu untuk merendahkan diri bersamaNya, agar berkat-berkat-Nya dari tempat tinggi mengalir ke hatimu yang rendah.

Lama-lama, Ekaristi menjadi hidup dalam diri saya. Ekaristi tidak lagi menjadi rutinitas, tetapi menjadi sumber kehidupan. Dan rasanya tanpa Ekaristi, hidup ini ga ada artinya.


Eucharist, the center of my life

Kembali kepertanyaan awal, pilih mana?

Mari kita mulai belajar memahami rahasia besar dibalik Ekaristi dan menjadikan Ekaristi menjadi pusat hidup kristiani kita! Mintalah bimbingan Roh Kudus agar kamu dapat memahami Ekaristi lebih dan lebih lagi.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin saya ceritakan tentang Ekaristi, dan rasanya kertas dan waktu tidak akan cukup, semua biarlah terangkum dalam kata-kata orang kudus favorit ku ini.

It would be easier for the earth to exist without the sun, than without the Holy Mass.”
St. Padre Pio

Sunday, October 18, 2009

Tujuan atau sarana? Sarana atau tujuan?

Ketika ditanyai, cita-citanya seorang teman menjawab: dokter! Lalu saya lanjut bertanya, kalo udah jadi dokter, trus ngapain? Jawabnya: um… ya… menikmati hidup, menikmati kesuksesan.

Hal itu tidak salah. Tetapi jawaban pertama teman saya itu salah. Karena setelah ditanyai lebih lanjut, jawaban akhirnya bukan lagi dokter, tetapi menikmati hidup, sukses. Jadi, cita-citanya, impiannya, keinginannya sebenarnya adalah kesuksesan, hidup tenang. Bukan dokter. Dokter hanyalah sarana untuknya meraih kesuksesan itu.

Dokter, tujuan atau sarana?


Seorang kenalan, ia seorang pekerja keras. Motivasi sejak kecil terus dipegangnya, yaitu ingin rumah besar. Akhirnya, bisnisnya sukses, lancar. Dalam satu periode, bermiliaran Rupiah bisa ia dapatkan. Tetapi keluarganya retak. Anaknya terlantar. Kondisi tubuhnya mudah sakit. Walaupun kaya, ia tidak pernah mau membeli makanan yang enak-enak, katanya mahal. Gaya berpakaiannya pun tidak nampak seperti orang berduit. Anaknya dibiarkan makan bersama para pegawai makan makanan warteg.

Ia begitu giat mengusahakan saldo di rekening bank terus meningkat. Sampai-sampai ia mengorbankan keinginan pribadinya ataupun keinginan anaknya untuk sedikit saja menikmati hidup. Kerja keras tidak salah, tetapi untuk apa kita kerja keras? Yaitu supaya kita bisa hidup berkecukupan, dapat membeli atau menikmati apa yang kita inginkan, dapat membantu orang yang berkekurangan, memiliki uang tabungan bila terjadi sesuatu hal buruk. Dan akhirnya hidup tenang, tanpa perlu pusing berpikir besok makan apa, gimana cara bayar cicilan rumah, tagihan listrik, uang sekolah anak. Karena kita memiliki cukup uang untuk membayar semua kebutuhan hidup kita. Begitu bukan?

Uang, tujuan atau sarana?



Seorang teman bercerita, ia kehilangan handphone. Lalu ia berdoa, Tuhan, aku rela handphone itu hilang, semoga orang yang mengambilnya benar-benar membutuhkan. Tapi Tuhan, aku butuh handphone. Aku suka banget dengan handphone seri itu, Tuhan. Beberapa hari kemudian, temannya menawarkan hp second yang ia inginkan tersebut dengan harga sekian. Tetapi ia hanya punya setengah dari harga itu. Ia berdoa lagi, Tuhan, uang ku tidak cukup, aku butuh 750rb lagi. Tak lama, ada tawaran job yang entah darimana asalnya dan tepat membayarnya sejumlah 750rb. Ia pun berdoa lagi, Tuhan, Engkau baik banget deh, Kau cukupkan semua kebutuhanku.

Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu seperti jin milik Aladin yang mampu memberikan semua kebutuhannya atau seperti doraemon yang selalu mampu mengeluarkan alat-alat yang dibutuhkan nobita. Tetapi temanku ini lanjut berkata, Tuhan, aku tuh pengen banget hp model itu, karena aku ga pernah punya hp yang bisa program Alkitab. Kalau pake hp itu, aku kan bisa membawa-bawa FirmanMu dan membacanya dimanapun dan kapanpun.Kerinduan hatinya adalah Tuhan, SabdaNya, FirmanNya yang mana bisa ia peroleh lewat bantuan teknologi yaitu handphone.

Handphone, tujuan atau sarana?

Tuhan mengabulkan permintaannya karena Ia meminta bukan untuk keinginan matanya, keinginan tangannya, keinginan egonya, tetapi untuk kerinduan jiwanya, untuk tujuan panggilan hidupnya yaitu keselamatan jiwanya.

“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Yakobus 4:3

Tuhan, tujuan atau sarana?


m0n

JCLU

Sunday, October 4, 2009

Intercessory Prayer - Pendoa Syafaat

“Han, gue ada di aquarium. Liat kebelakang aja.” Begitu isi sms ku ke teman ku. Saat itu, sedang ada acara KRK-Kebangunan Rohani Katolik- bukan karaoke ya. KRK itu seperti PD yang besar dan meriah, full band, rame banget, dihadiri penduduk seantero kota dan pake tiket segala gitulah. Saya dan teman-teman turut berpartisipasi menjadi tim doa syafaat. Para pendoa syafaat duduk di suatu ruangan terpisah di bagian belakang auditorium tempat KRK berlangsung. Namun, kami masih dapat melihat KRK yang berlangsung karena dibatasi kaca tembus pandang, seperti di dalam ‘aquarium’.


Pendoa Syafaat? Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan?

Di ‘aquarium’ ngapain aja? Ya, berdoa. Kami yang di aquarium melakukan berbagai jenis doa, mulai dari Rosario, doa pribadi, doa lewat nyanyian, doa bahasa Roh, dan masih banyak lagi. Untung Gereja Katolik kaya akan jenis-jenis doa.

Para tim doa syafaat KRK itu berdoa untuk kelangsungan acara KRK, kami berdoa agar umat mau membuka hatinya, kami berdoa agar umat dengan setia mendengar Firman yang dibawakan, kami berdoa agar tidak mati lampu, kami berdoa agar senar gitar tidak putus, kami berdoa agar umat bebas dari macet saat datang, kami berdoa agar kuasa jahat dipatahkan, kami berdoa agar umat yang berbeban berat pulang dengan hati yang baru. Pendoa syafaat adalah orang yang setia berdoa untuk orang sekitarnya, baik diminta maupun tidak.


Cuma berdoa buat orang lain? Diri sendiri, gimana?

Pulang KRK apa yang saya rasakan? Cape, man! Gila, rahang gue rasanya mau lepas! Lidah gue udah lemes deh pokoknya. Rosario tiga lap, man!. Mungkin ga cuma saya, tapi teman-teman pendoa juga demikian.

Saat masa sebelum KRK, kami ditawari, siapa yang ingin bantu menjadi pendoa syafaat untuk KRK itu. Awalnya saya ragu. Mengapa? Gila, KRK besar tuh. Dipimpin oleh worship leader kondang. Pembawa Firman nya import pula! Kalo jadi pendoa syafaat, ya berarti cuma duduk diam, berdoa untuk KRK itu. Ga bisa ikutan loncat-loncat, jingkrak-jingkrak, ga bisa melantunkan penyembahan yang saya rindukan. Wah. Mau ga ya? Demikian pikir saya dan saya rasa teman-teman lain juga berpikir begitu. Akhirnya, hanya beberapa teman saja yang bersedia ikut menjadi tim pendoa syafaat.

Sebenarnya, saya agak kecewa dengan teman-teman yang menolak menjadi pendoa syafaat, namun tetap ikut KRK – jadi yang di luar aquarium-. Ya, itu pilihan mereka sih. Entah apapun alasannya, mereka lebih memilih untuk turut langsung dalam kemeriahan KRK daripada kebosanan di aquarium. Awalnya, saya pikir pendoa syafaat pulang dengan tidak membawa apa-apa, tidak seperti yang di luar aquarium, yang mungkin merasa on-fire lagi, merasa dipulihkan, sukacita ruarrbiasa, dll. Mengapa? Karena pendoa syafaat fokus berdoa untuk umat yang hadir, pendoa syafaat tidak mencari kepuasan hati sendiri. Yang ada malah cape.

Namun, diakhir KRK, rasanya saya juga dipulihkan oleh Tuhan dengan melihat para umat yang pulang dengan pancaran sinar harapan baru dimata mereka, dengan mata bengkak, dengan obrolan-obrolan: ‘Tuhan memang luar biasa ya!’ dan yang terutama saya rasanya bisa merasakan isi Surga yang bersukacita karena jiwa-jiwa boleh kembali dan bertobat. Dan juga mengingat bahwa pahala yang menuggu saya di Surga, yang mana orang-orang di luar aquarium ga dapet. Hehe.


Mendoakan Vs. Didoakan

Pilih mana, hayo…? Didoakan pasti seneng, bukan? Kalo mendoakan orang lain, nampaknya kita ga dapet apa-apa ya?

Tidak, jika kamu didoakan, mungkin kamu akan merasakan suatu ‘penghiburan rohani’. Namun, berdoa untuk orang lain memberikan sesuatu yang lebih indah, lebih mahal daripada ‘penghiburan rohani’ biasa, yaitu tidak adanya penghiburan rohani baru itu sendiri.

Lho, kok begitu? Ya! Mungkin kita setelah berdoa, setelah ikut PD, ikut KRK, merasa bahwa kita telah diberkati Tuhan, telah dicintai Tuhan. Setelah itu, kita cenderung untuk melupakan Tuhan karena kepuasan jiwanya rasanya telah penuh. Kita akan kembali mengingat Tuhan dan bertekun dalam relasi pribadi bersama Tuhan saat hati kita kosong. Lalu, apakah Tuhan sama dengan pom bensin? Yang hanya kita kunjungi saat hati kita kosong? Tidak mau begitu, bukan? Maka dengan berdoa syafaat mungkin kita tidak akan mengalami kepenuhan secara langsung. Namun, kita dibuatNya untuk terus merasa kosong, sehingga kita selalu kembali dan mengingatNya.

St. Fransiskus Asisi berkata, “Demikian yang harus kau katakan dalam doa dan ketika kamu meninggalkan doamu, kamu harus muncul sebagai pendoa yang miskin, bukan seseorang yang baru saja menerima anugrah baru. Karena kau dapat kehilangan sesuatu yang berharga demi kepuasan kecil dari kesombongan dan dengan mudah menggusarkan Dia, sehingga tidak memberi lagi.”


Siapa aja, yang berdoa syafaat?

1. Tuhan Yesus

Yesus juga pendoa syafaat? Yup! Yohanes 17 dengan jelas berjudul: Doa Yesus untuk murid-muridNya.

2. Paulus

Hampir di setiap surat rasul Paulus, ia selalu menulis bahwa ia dan rekan-rekannya selalu berdoa bagi umat Kristen saat itu. Salah satunya, “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.” 1 Tesalonika 1:2

3. Santo-santa

Begitu banyak doa-doa dan novena yang didoakan melalui perantaraan para kudus. Mereka yang begitu mencintai Tuhan juga rindu agar umat Tuhan yang lain juga semakin mencintai Tuhan.


Bertumbuh dalam doa

Seiring bertumbuhnya iman kita, isi doa kita pun berubah. Saya pernah merasa doa saya stuck di situ-situ saja. Lalu, saya coba mempersembahkan doa bagi orang-orang di sekitar saya. Lama-lama saya merasa bahwa doa menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.


Mulai berdoa syafaat? Yuk…

Jika kamu merasa doa pribadimu begitu-begitu saja, cobalah untuk berdoa syafaat. Doakanlah dulu orang-orang disekitarmu. Sebutkan namanya, bawa ia kepada Tuhan. Salah satu cara yang saya pakai biasa saya mendokan 50 orang dalam 50 butir doa Salam Maria pada doa Rosario, dijamin, kamu pasti ingin menambah satu putaran Rosario lagi deh. Kalau masih bingung bagaimana harus berdoa, mintalah bimbingan Roh Kudus karena Roh Kudus akan membantu kita dalam setiap doa kita (Roma 8:26-27).

Bawalah hanya kepada Tuhan, setiap pergumulanmu, keraguanmu, ketidakmampuanmu dengan tidak ragu-ragu. Yakin dan percayalah bahwa setiap doa yang dengan yakin didoakan, saaangat besarrr kuasanya (Yakobus 5:16). Dan ingat selalu Firman Tuhan terpendek dalam Alkitab: Tetaplah berdoa (1 Tesalonika 5:17).



m0n

JCLU