Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Tuesday, February 16, 2010

Chastity VS Abstinence - Theology of the Body series

Percabulan merupakan dosa. Gereja mengajarkan demikian dan saya yakin semua orang setuju. Bahkan Yesus berkata, bila kita sudah mengingini perempuan atau laki-laki saja, kita sudah berbuat cabul dalam pikiran. Lalu kita mungkin bertanya : bagaimana dengan hasrat seksual saya?

Admit it : We have sexual desire
“Saya manusia biasa. Saya seorang Kristiani yang taat. Tapi… Bagaimanapun, saya akui, saya juga memiliki dorongan seksual.”

Selama ini mungkin kita berpikir bahwa dorongan seksual adalah dosa. Bila muncul pikiran soal seks, mungkin kita cenderung berkata pada diri kita, “Don’t think about sex! Don’t think about sex! Lupakan itu!” Kita cenderung menahan hasrat seksual kita, khususnya bagi yang belum menikah, kita tahu bahwa belum saatnya untuk melakukan hubungan seks. Dan kita berpikir bahwa untuk menjadi seorang yang baik, yang kudus, yang suci, kita harus melupakan seks.

Mari buang semua pikiran lama, dan akuilah, kita memiliki keinginan seksual. Siapapun kita, laki-laki atau perempuan, seorang biarawan maupun awam, seorang pelayan Tuhan maupun umat biasa, semua manusia memiliki keinginan seksual.

Seksualitas kita merupakan suatu GIFT atau karunia dari Tuhan. Dan dorongan seksual bukanlah suatu dosa. Sebab seksualitas manusia diciptakan Tuhan juga. Tuhan tidak menciptakan sesuatu yang buruk. Dengan adanya seks, suatu kehidupan baru dapat muncul. Tuhan menciptakan manusia dan Ia berkata, “amat sangat baik”, Tuhan juga berkata demikian terhadap seksualitas kita.


Dalam menghadapi dorongan seksual kita, terdapat 2 jenis pandangan, yaitu :
1. Abstinence
Di sekolah maupun di keluarga, bila ada pertanyaan mengenai seks, mungkin guru dan orang tua kita akan berkata : “itu hanya untuk yang sudah menikah.” atau “tidak boleh sebelum married!” Apa yang guru dan orang tua itu katakan, mengajarkan anak-anaknya tentang abstinence.

Jika kita lihat di kamus, abstinence artinya menahan nafsu. Seperti halnya ketika sedang berpuasa, kita menahan nafsu untuk tidak makan atau seperti berpantang, kita menahan nafsu untuk makan makanan kesukaan kita.

Namun, bila abstinence ini kita terapkan terhadap dorongan seksual. Seseorang tidak akan sepenuhnya bebas dari dorongan seksualnya. Yang ada ia malah menahan, menahan dan menahan hasrat seksualnya. Akibatnya dapat muncul bentuk pelampiasan seksual seperti ketergantungan pada pornografi dan masturbasi. Dan, bila seseorang sudah mencapai suatu kebebasan untuk melakukan hubungan seksual, segala dorongan yang terpendam itu akan BOOOM meledak. Akibatnya dorongan seksual menjadi tidak murni.


2. Chastity
Chastity berbeda dengan abstinence. Tepatnya, chastity jauh lebih indah daripada abstinence. Bila abstinence mengajarkan kita untuk berkata TIDAK pada seks, chastity tidak hanya mengajarkan kita untuk berkata TIDAK, tetapi juga berkata YA pada cinta sejati dan segala keinginannya.

Chastity tidak mengajarkan kita untuk menahan atau mengabaikan segala hasrat seksual alamiah kita, tetapi membantu kita mengarahkan hasrat seksual kita. Sebab Tuhan menginginkan kita untuk mampu mengendalikan dorongan seksual kita dan mengarahkannya kepada dorongan yang lebih dalam yaitu mencintai dengan murni.

“When you decide firmly to lead a clean life, chastity will not be a burden on you: it will be a crown of triumph." St. Josemaria Escriva

Tuhan memberikan manusia akal budi. Akal dan budi kita seharusnya mampu mengendalikan semua yang kita inginkan, termasuk mengendalikan dan mengarahkan hasrat seksual kita. Manusia berbeda dari binatang. Akal dan budi inilah membedakan kita dari binatang. Binatang hidup berdasarkan naluri atau insting atau keinginannya saja.



Chastity ialah gaya hidup baru yang dapat kita terapkan untuk menemukan cinta sejati. Karena cinta sejati bukan hanya soal seks, melainkan cinta sejati adalah soal pengorbanan diri, pemberian diri secara total, bebas, setia dan berbuah. Dan hanya orang-orang yang mampu mengendalikan hasrat seksualnya yang mampu untuk menemukan makna cinta sejati itu.


Let’s make chastity as our lifestyle!


“Only the chaste man and the chaste woman are capable of true love.” Pope John Paul 2


m0n
JCLU


Source : TOB for teens leadership training video chapter 2.

Monday, February 15, 2010

Hope and Redemption in Christ - Theology of the Body series

Suatu kali, saya tergerak untuk mengaku dosa. Ada suatu dosa yang sebenarnya sudah sering saya akui, tapi lagi-lagi jatuh dalam dosa yang sama. Romo mungkin juga bosan mendengar dosa saya itu. Saya pun bilang ke Tuhan, saya bosan. Tapi saya mencoba meninggalkan itu semua, saya mengakukan dosa itu lagi. Karena sudah cukup sering, rasanya rasa penyesalan mendalam menjadi tidak ada, hanya sekedar keinginan untuk lebih baik. Saya masuk dalam ruangan pengakuan, dengan hati biasa-biasa saja, tidak ada detak jantung yang lebih kencang atau air mata penyesalan yang menetes.

Saya mengakukan dosa-dosa saya, Romo pun memberikan nasehat dan doa. Saya mulai merasakan, degup jantung yang lebih ketika saya menyadari bahwa Romo nampak begitu sedih mendengar dosa-dosa saya. Saya pun mulai terketuk hatinya. Pengakuan selesai, saya berdiri, keluar dari ruang pengakuan. Saya menyesal. Saya mulai menangis, apalagi ketika muncul suara yang terngiang-ngiang di hati saya, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”

Saya tidak bisa menjawab apa-apa, tapi saya tahu Ia yang berbicara. Sambil berjalan menuju tempat duduk, suara itu terus terngiang-ngiang: “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”, “AnakKu, mengapa kau lakukan ini lagi?”. Saya duduk tepat dihadapan Sakramen Mahakudus, saya tidak bisa berkata apa-apa, saya hanya menutup wajah saya, merasakan air mata yang mengalir di wajah saya. Saya merasakan, Tuhan begitu sedih.



NGAKU DOSA? MALES AH~
Pengakuan dosa menjadi sesuatu yang cukup dihindari banyak orang. Ada yang beralasan malas, tidak punya waktu bahkan beralasan tidak punya dosa . Namun, pada umumnya kita merasa malu. Mengakui dosa dan kesalahan kita memang sesuatu yang memalukan.

Saya mengenali Romo itu dengan baik. Saya sering menyapanya dan meminta bantuannya. Keesokkan harinya, saya menjumpai Romo itu lagi. Tersirat sedikit perasaan malu. Tetapi saya tidak mau merasakannya. Saya tidak mau mengingat rasa malu itu, tetapi yang mau saya ingat hanyalah bahwa saya dibersihkan dari dosa-dosa. Sudah seharusnya saya bahagia.

Tuhan tidak memberikan Sakramen Pengampunan Dosa untuk membuat kita malu. Tetapi Ia ingin agar kita bersih, layak dan mampu menerima kepenuhan cintaNya. St. Agustinus berkata bahwa kita tidak menyembunyikan diri kita dari Tuhan, tetapi sebaliknya, kita sering menyembunyikan Tuhan dari diri kita. Tuhan adalah Tuhan yang Mahatahu. Ia tahu segalanya. Dan Tuhan tidak pernah ingin membuat kita menjadi malu, tetapi Ia ingin agar kita disucikan, dibaharui sehingga mampu menampung cintaNya yang begitu banyak yang akan diberikan pada kita.

Suatu hari seorang Pastor pernah ditanyai, “Bila ada seorang muda yang Pastor kenali dengan baik mengakukan suatu dosa besar, yang bahkan sepertinya tak mungkin dilakukan oleh anak itu, apakah pandangan Pastor terhadapnya akan berubah?” Pastor itu menjawab, “Ya, pandangan saya akan berubah. Bukan berubah menjadi suatu pandangan yang negatif, tetapi saya akan sangat mengagumi anak itu. Mengagumi kerendahan hati yang ia miliki.”

Orang yang mampu mengakui dosa-dosanya adalah orang yang rendah hati. Seperti yang Rasul Paulus katakan, “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.“ (Yakobus 4 : 10)

Tuhan juga memiliki yang namanya RAHMAT atau GRACE untuk kita.¬ Rahmat Tuhan inilah yang memampukan kita untuk bangkit dari segala dosa. Ketika kita berpikir bahwa kita tidak akan pernah mampu mengakui dan meninggalkan dosa-dosa kita, mintalah RAHMAT daripadaNya.


GOD OFFERS HAPPINESS, do you receive it?
Dalam suatu pengakuan dosa lain, saya pernah ditanyai oleh seorang Romo, “Ada 2 jalan, surga dan neraka, kamu pilih mana?” Lalu saya jawab dengan pasti: surga. Ia melanjutkan: “Tapi kenapa kamu masih sering pilih neraka?” Saya terdiam. Kita pasti memilih surga, walau dalam kenyataan, tindakan, perbuatan, keinginan kita selalu mengarah ke neraka.

Dan akibat dosa, hubungan manusia dengan Tuhan terputus. Karena dosa awal Adam dan Hawa, seluruh manusia yang lahir, pasti berdosa. Dosa atau yang sering dilambangkan dengan keinginan daging berlawanan dengan kehendak Tuhan, sehingga seringkali kita tidak melakukan kehendak Tuhan dan kehendak kita juga. (Galatia 5)

Namun, perlu kita sadari, Tuhan memutuskan untuk menyelamatkan kita dari dosa. Yesus menyerahkan diriNya untuk membayar semua hutang dosa kita. Yang menjadi pertanyaan, maukah kita menerima pengampunanNya?

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.(1 Yohanes 1:9)

Tuhan adalah Allah yang Maha Pengampun. Sebelum kita jatuh dalam dosa, Ia sudah terlebih dulu mati di kayu salib. St. Yohanes Maria Vianney berkata, “dosa-dosa kita hanyalah kerikil kecil di gunung kasih setia Tuhan yang besar.” Masih ada harapan dalam YESUS. Masih ada kesempatan untuk melepaskan segala keterikatan dosa kita. Masih ada kesempatan untuk bangkit LAGI dari segala keberdosaan kita.

Maukah kamu menerima tawaran ini?


m0n
JCLU

Friday, February 5, 2010

5 February 2010

Today, I’m so happy. I feel so blessed. I really enjoy my activities today.
First, I wake up at 6 am this morning. I slept enough, so, I wake up and feel so fresh! Then I pray. I go to campus around 7.30 and arrive at 8 to study together with my friends for the test. It feels good when I can share my knowledge and teach them the lesson they don’t understand. And then come the test, thanks GOD, I can do it. It’s a big success! I hope I can get full score: 100. Then I go home. I have my lunch, and then I take rest for awhile.

Then, it’s time for teaching again. Today, I have my old students who want to have lesson with me again. And they both, boy and girl, are so sweet. Lol. Start from 3 pm and which suppose to end at 5pm, but they still don’t want to stop doing the math questions until 6.15 pm! So diligent! And for me, doing the trigonometric question makes me headache! But I enjoy doing that, paying all my sadness when I had to take remedial for my trigonometric test when I was in senior high.

Then I have Mass with my mom. It’s first Friday. Then, I go home and have my dinner. And now, I’m writing this diary. Tomorrow I’ll go for a retreat. And on Wednesday, I’ll go to Bali. Hm… I can feel the beach and the waves. Xixixi.