Pages

This blog has been moved to www.m0njc.wordpress.com

Sunday, October 18, 2009

Tujuan atau sarana? Sarana atau tujuan?

Ketika ditanyai, cita-citanya seorang teman menjawab: dokter! Lalu saya lanjut bertanya, kalo udah jadi dokter, trus ngapain? Jawabnya: um… ya… menikmati hidup, menikmati kesuksesan.

Hal itu tidak salah. Tetapi jawaban pertama teman saya itu salah. Karena setelah ditanyai lebih lanjut, jawaban akhirnya bukan lagi dokter, tetapi menikmati hidup, sukses. Jadi, cita-citanya, impiannya, keinginannya sebenarnya adalah kesuksesan, hidup tenang. Bukan dokter. Dokter hanyalah sarana untuknya meraih kesuksesan itu.

Dokter, tujuan atau sarana?


Seorang kenalan, ia seorang pekerja keras. Motivasi sejak kecil terus dipegangnya, yaitu ingin rumah besar. Akhirnya, bisnisnya sukses, lancar. Dalam satu periode, bermiliaran Rupiah bisa ia dapatkan. Tetapi keluarganya retak. Anaknya terlantar. Kondisi tubuhnya mudah sakit. Walaupun kaya, ia tidak pernah mau membeli makanan yang enak-enak, katanya mahal. Gaya berpakaiannya pun tidak nampak seperti orang berduit. Anaknya dibiarkan makan bersama para pegawai makan makanan warteg.

Ia begitu giat mengusahakan saldo di rekening bank terus meningkat. Sampai-sampai ia mengorbankan keinginan pribadinya ataupun keinginan anaknya untuk sedikit saja menikmati hidup. Kerja keras tidak salah, tetapi untuk apa kita kerja keras? Yaitu supaya kita bisa hidup berkecukupan, dapat membeli atau menikmati apa yang kita inginkan, dapat membantu orang yang berkekurangan, memiliki uang tabungan bila terjadi sesuatu hal buruk. Dan akhirnya hidup tenang, tanpa perlu pusing berpikir besok makan apa, gimana cara bayar cicilan rumah, tagihan listrik, uang sekolah anak. Karena kita memiliki cukup uang untuk membayar semua kebutuhan hidup kita. Begitu bukan?

Uang, tujuan atau sarana?



Seorang teman bercerita, ia kehilangan handphone. Lalu ia berdoa, Tuhan, aku rela handphone itu hilang, semoga orang yang mengambilnya benar-benar membutuhkan. Tapi Tuhan, aku butuh handphone. Aku suka banget dengan handphone seri itu, Tuhan. Beberapa hari kemudian, temannya menawarkan hp second yang ia inginkan tersebut dengan harga sekian. Tetapi ia hanya punya setengah dari harga itu. Ia berdoa lagi, Tuhan, uang ku tidak cukup, aku butuh 750rb lagi. Tak lama, ada tawaran job yang entah darimana asalnya dan tepat membayarnya sejumlah 750rb. Ia pun berdoa lagi, Tuhan, Engkau baik banget deh, Kau cukupkan semua kebutuhanku.

Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu seperti jin milik Aladin yang mampu memberikan semua kebutuhannya atau seperti doraemon yang selalu mampu mengeluarkan alat-alat yang dibutuhkan nobita. Tetapi temanku ini lanjut berkata, Tuhan, aku tuh pengen banget hp model itu, karena aku ga pernah punya hp yang bisa program Alkitab. Kalau pake hp itu, aku kan bisa membawa-bawa FirmanMu dan membacanya dimanapun dan kapanpun.Kerinduan hatinya adalah Tuhan, SabdaNya, FirmanNya yang mana bisa ia peroleh lewat bantuan teknologi yaitu handphone.

Handphone, tujuan atau sarana?

Tuhan mengabulkan permintaannya karena Ia meminta bukan untuk keinginan matanya, keinginan tangannya, keinginan egonya, tetapi untuk kerinduan jiwanya, untuk tujuan panggilan hidupnya yaitu keselamatan jiwanya.

“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Yakobus 4:3

Tuhan, tujuan atau sarana?


m0n

JCLU

0 comments: